Senin, 10 Desember 2012

Miracle

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 01.40

Nyoba-nyoba nulis Fan Fiction, hhhheee... Enak juga mengkhayal punya pacar super star, hhheee... ini part 1, akan ada lanjutannya,, selamat membaca... 


Akhirnya tahun ajaran baru tiba, dan musim panas ini akhirnya aku masuk SMA, dan aku masuk Higashi Senior High School. Sekolah yang sudah kuimpikan sejak lahir. Sebenarnya tidak juga, aku bahkan tidak tahu apa itu sekolah saat lahir. Aku ingin masuk Higashi karena disana ada ekskul dance nya. Nomor 1 di Korea. Benar, aku ingin menjadi dancer, bukan sekedar street dancer seperti kakak laki-lakiku, tapi aku ingin menjadi dancer professional yang di kenal oleh dunia. Bukan hal mudah bagiku untuk masuk sekolah ini, aku harus belajar mati-matian tiap malam untuk bisa lulus ujian masuk sekolah ini. Aku harus rela meningalkan game-game kesayanganku demi membaca tumpukan buku pelajaran, benar-benar menyiksa.
Oh ya, perkenalkan namaku Lee Hye Soo. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku punya kakak laki-laki, dia bernama Lee Hyuk Jae. Dia adalah kakak paling bodoh sedunia, tapi dia adalah kakak paling baik sedunia. Dia selalu menjagaku semenjak kepergian orang tua kami. Dia rela harus kuliah sambil bekerja mati-matian agar bisa menyekolahkan kami berdua. Dia punya prinsip seperti mendiang ayahku, biarlah kita hidup susah tapi tetap berpendidikan tinggi. Maka dari itu dia terus bekerja demi sekolah kamu berdua.
Sebenarnya kehidupan kami berdua berkecukupan. Ayahku seorang yang berkecukupan dan meninggalkan banyak harta untuk kami. Tapi hidup kami terus berlanjut dan kami butuh banyak uang untuk melanjutkan kehidupan kami.
Masuk ke Highasi High School menjadi pilihan kakakku. Aku tidak pernah punya keinginan untuk masuk sekolah orange elit itu. Tapi kakakku bersikeras agar aku masuk sekolah itu. Dia ingin aku memperoleh pendidikan terbaikku. Aku sangat menyayangi kakak ku, dia adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki, akhirnya aku pun mengikuti apa maunya.
Dan di sini lah aku sekarang, berdiri di gerbang Higashi High School, terpana melihat sekolah itu. Benar-benar sekolah dengan reputasi tinggi. Bangunan yang luas, fasilitas yang sangat bagus, dan guru-guru berkualitas. Masuk sekolah ini menjadi prestis tersendiri bagi orag-orang tertentu. Orang-orang yang masuk sekolah ini juga pasti anak-anak orang kaya, pikirku. Apa mungkin aku sanggup bertahan dengan orang-orang seperti itu?
                “Ya, kenapa kau berdiri di sini saja, upacara penerimaan siswa baru sudah hampir mulai, kajja!” Yoo Jin, sahabatku, menarik tanganku.
                “Ah, ne,” aku pun berlari mengikutinya.
Tempat upacaranya sangat luas. Siswanya juga banyak sekali. Yoo Jin mengajakku duduk di bagian tengah. Akhirnya kami mendapat tempat duduk dan menunggu acara di mulai. Aku memandang sekelilingku. Berbagai macam siswa ada di sana. Mungkin tidak ya aku mengenal mereka semua?
“Annyonghaseyo, Lee Seung Hyun imnida, kau bisa memanggilku Seungri, banggapseumnida,” tiba-tiba seorang cowok mengajakku berkenalan. Aku agak gugup diajak kenalan tiba-tiba seperti itu.
“Oh, ne, Lee Hye Soo imnida,” aku menjabat tangannya. “Kenapa kau dipanggil Seungri?”
“Aku suka itu” jawabnya enteng.
“Ne, memang terdengar bagus,”
“Tentu saja, nama itu akan terlihat keren saat kelak aku menjadi dancer ternama,” katanya riang.
“Mwo?? Kau ingin jadi seorang dancer? Nado!” aku langsung bersemangat.
“JJinjja???” dia tiba-tiba berbinar-binar.
“Benar, aku ingin sekali menjadi penari professional negeri ini, ayo kita masuk club menari?” ajakku tiba-tiba. Aku ini bicara apa sih?
“Benar, itu yang aku ingin lakukan di sini, kau tahu, pelatih-pelatihnya sangat berpengalaman, mereka benar-benar dewa penari, akan sangat menyenangkan bila bisa dilatih oleh mereka, ne?”
“Ne, kau benar, ah acara nya sudah dimulai,”
Acara penerimaan siswa baru ini sungguh mengesankan. Sekolah ini benar-benar luar biasa. Tapi aku masih ragu, apa aku bisa berthan di sini? Oppa, apa aku bisa?
Aku dan Yoo Jin satu kelas. Seungri yang waktu itu, ternyata juga satu kelas sama aku. Kami pun berteman baik. Pelajaran di sekolah ini sangat susah. Otakku yang setingkat belalang sembah ini tidak akan pernah bisa mengikuti pelajaran di sekolah ini. Hari ini hari sabtu, dan aku harus duduk di meja belajarku untuk mengerjakan PR. Aku harus mengerjakan PR ini, kalau tidak pak guru Kang akan terus memarahi. Huh, kenapa dia suka sekali marah-marah?
Tok! Tok!
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk.
“Masuk,” kataku sambil terus membaca soal-soal di buku.
“Yaa, Hye Soo-aa, apa yang kau lakukan di kamar?” kakakku datang membawa cemilan.
“Kau tidak lihat aku sedang mengerjakan PR?” aku merebut cemilan di tangannya.
“Ya, ini kan hari sabtu, kenapa kau tidak keluar saja dulu, PR kan bisa besok dikerjakannya,” kata kakakku sambil mengambil buku dari meja.
“Oppa, kau tidak tahu sih, pelajaran di sekolah sangat sulit, Pak Kang selalu saja mengomel padaku karena nilaiku jelek terus, ini pun hadiah dari Pak Kang karena nilaiku yang hancur,” jelasku dengan mulut penuh keripik kentang.
“Kau ini, kapan kau akan pintar?”
“Mola, mungkin jika otak Einstein bisa diambil dan ditukar dengan otakku,” sekarang aku berbaring di tempat tidur.
“Kau ini ada-ada saja, sudah, sini aku bantu mengerjakan, setelah itu kita jalan-jalan,”
“Jjinjja?” aku bangun dengan mata berbinar.
“Jongmal yo, makanya cepat selesaikan PR mu,” kata Kak Eunhyuk sambil mengacak rambutku pelan. Walaupun dia namanya Hyuk Jae, tapi aku lebih sering memanggilnya Kak Eunhyuk.
Aku mengerjakan PR ditemani oleh kakak. Walaupun dia itu urakan dan sangat jahil, tapi otaknya sangat cemerlang. Dia selalu menjadi juara kelas di sekolah. Dia selalu pulang membawa piala di setiap lomba cerdas cermat. Tidak ada guru yang marah padanya kalau dia nakal. Dulu ibu sangat membanggakan kakak. Kenapa aku bisa sangat berbeda dengannya ya?
Setelah satu jam akhirnya PR ku selesai. Sesuai janji kakak, kami pun jalan-jalan. Kami berjalan-jalan ke pusat kota. Kakak harus membeli keperluan untuk kuliahnya. Kakakku mengambil jurusan arsitektur. Dia keren sekali.
“Oppa, aku lapar, bisakah kita mencari tempat makan dan pesan Bulgoggi, aku rindu bulgoggi buatan ibu, ne Oppa?”
“Ara, tunggu sebentar, aku harus membeli satu barang lagi, kau tunggu di sini, aku segera kembali, araseo yo?”
“Ne, araseo,”
Kakak berlari ke toko buku di lantai dua. Aku menunggu sambil melihat-lihat. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ah, ada pesan dari Yoo Jin.
Kau dimana? Aku sendirian di rumah.
Aku membalas smsnya. Kasihan Yoo Jin di rumah sendiri.
Aku sedang mengantar Kak Eunhyuk berbelanja. Kau mau bergabung dengan kami? Kami akan makan malam setelah ini.
Aku menekan tombol kirim. Beberapa saat kemudian ada balasan.
Ani, aku sedang nonton drama favoritku di televisi. Datanglah besok ke rumahku, orangtuaku pergi hingga senin.
Aku membalas pesannya.
Oh iya, hari in kan hari sabtu, kau pasti nonton drama itu. Baiklah, aku akan ke rumahmu besok.
Yoo Jin membalas.
Baikklah, selamat berbelanja, salam untuk kakakmu.
Aku baru saja akan membalas pesan Yoo Jin saat tiba-tiba ada sesorang menabrakku.
Bruk!
Keras sekali hingga kami berdua terjatuh.
“Ya, kenapa berdiri di tengah jalan? Kau pikir ini jalan milik keluargamu?” tiba-tiba cowok itu berteriak padaku.
“Mwo? Bukannya kau yang menabrakku? Harusnya kau minta maaf padaku,” aku berusaha berdiri, aduh, lututku sakit sekali.
“Aku tidak punya waktu berdebat denganmu,”
Dan pergilah cowok itu. Akupun berhasil berdiri. Aduh, sakit sekali lututku. Kenapa dia berlari-lari di tempat seperti ini? Bukankah itu berbahaya?
“Hye Soo-aa, mian, kau pasti menunggu lama,” kakak akhirnya kembali.
“Aniyo, sekarang kita makan, aku sudah lapar sekali, kaja!” aku menarik tangan kakak dan mengajaknya ke sebuah restaurant. Akhirnya kami makan di sebuah restaurant tak jauh dari taman kota. Masakan di sini sangat enak. Saat sedang makan tiba-tiba ada keributan. Suara meja dipukul.
Brak!
“Sudah kubilang aku tidak mau, kenapa masih memaksa?” kata seorang namja.
“Beraninya kau berteriak pada ayahmu,”
Tiba-tiba namja itu pergi.
Bukankah itu namja yang tadi menabrakku? Aku meilhatnya berlari keluar dan naik sebuah mobil. Ada apa dengannya?
“Dasar orag aneh,” kata kakak tiba-tiba.
Aku mengangguk.
**************************************************************
Di sekolah.
“Ya, Hye Soo-aa, pembukaan club dua minggu lagi, kau masih ingin masuk club dance?” Tanya Seungri saat istirahat.
“Tentu saja, kita akan kesana bersama kan?”
“Ne, aigo, aku tidak sabar menunggu hari itu,”
“Kau ini bersemangat sekali,”
Saat itulah aku melihat namja yang kutemui di pusat perbelanjaan kemarin. Dia bersama dua temannya sedang berjalan kearah gedung olahraga. Ditangannya ada sebuah bola basket. Aku terus menatapnya.
“Ya, apa yang kau lihat?” Seungri mengagetkanku.
“Ah, aniyo, aku tidak lihat apa-apa,” aku memalingkan pandanganku ke makananku.
“Aaahh, aku tahu, kau pasti sedang melihat Kyuhyun Hyung kan?”
“Khyuhyun-ssi? Kau tahu siapa dia?”
“Siapa yang tidak mengenalnya? Cho Kyuhyun. Dia pemain basket terhebat dari sekolah kita, dia selalu membawa sekolah kita menang dalam setiap lomba basket di negeri ini.” Jelas Seungri.
“Jjinjja??”
“Molaso yo?? Kau ini kemana saja? Masa orang seterkenal dia kau tidak tahu? Dia anak pemilik sekolah ini. Dia sangat populer sekali.”
Aku melongo mendengarkan penjelasan Seungri, hebat sekali dia.
Bel berbunyi. Pelajaran setelah ini adalah olahraga. Aku tidak terlalu menyukai olahraga, aku lebih suka menari. Aku dan Yoo Jin selesai berganti baju. Kami pergi ke gedung olahraga dan berkumpul dengan siswa lain. Bu guru Nam sangat cantik saat di kantor, tapi entah kenapa dia jadi sangat keren di lapangan olahraga. Bu guru Nam menyuruh kami untuk bermain basket. Kenapa harus basket? Aku benci basket. Aku pun bermain asal-asalan karena aku memang tidak bisa bermain basket. Hanya memasukkan bola dalam keranjang, apa bagusnya? Saat sedang berlari menghidari seorang pemain di depanku, tiba-tiba mukaku terasa panas dan kepalalu sakit sekali. Setelah itu aku tidak merasakan apa-apa.
Aku mebuka mataku pelan-pelan. Aigoo, sakit sekali wajahku. Rasanya seperti dijatuhi berton-ton beras. Aku mencium bau obat-obatan. Sepertinya aku berada di ruang kesehatan. Aku memandang sekelilingku. Aku melihat ada dua perawat sedang memeriksa sesorang. Aku memejamkan mataku lagi. Lalu kubuka lagi dan seorang namja duduk di tempat tidur di sebelahku. Dia bermain PSP dan tidak kelihatan kalo dia sedang sakit. Aku bangun dari tempat tidur.
“Kau juga sakit?” tanyaku padanya.
“Ani, aku hanya pura-pura sakit agar tidak mengikuti pelajaran Pak Park yang membosankan itu,” dia mejawab tanpa berpaling dari PSP nya.
“”itu kan tidak boleh,” kataku tiba-tiba.
“Ya, nugu ya?” dia menoleh dan kami sama-sama terkejut.
“Kau??” kata kami bersamaan.
“Kau kan yang menabrakku kemarin? Kau harus minta maaf padaku!”
“Kenapa aku harus minta maaf? Kau yang berdiri di tengah jalan! Bukan salahku kalau aku menabrakmu!” teriaknya.
“Kenapa berteriak? Aku tidak tuli. Apa susahnya minta maaf?”
Dia baru saja akan mengataka sesuatu saat Yoo Jin masuk.
“Hye Soo-aa, kau sudah sadar, aku khawatir sekali, kau tadi kena bola basket, hidungmu berdarah da kau pingsan. Jigeum, gwaenchana?” Yoo Jin terlihat sangat khawatir.
“ Gwaenchanayo, geokjeongmara, kita kembali ke kelas saja, kajja!” aku menarik tangan Yoo Jin meninggalkan namja menyebalkan itu.
******************************************************************
Akhirnya hari penerimaan club datang. Aku tidak sabar menunggu bel pulang sekolah. Seungri malah sudah hampir tidak bisa menahan kesabarannya. Dia benar-benar bersemangat. Aku sendiri merasa nerves, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran, berkali-kali Pak Kang menegurku, aku berharap kelas cepat berakhir.
Saat istirahat, seungri sudah sepeerti cacing kepanasan.
“Ya, Seungri-ssi, kau tidak bisa diam sebentar saja? Aku sedang mencoba menyelesaikan soal-soal ini,’ tegur Yoo Jin yang terlihat sedang berfikir keras.
“Aihhh, kau ini, kau tidak bisa sebentar saja memikirkan hal lain selain buku-buku itu?”
”Memangnya kau?”
“Sudahlah kalian ini,” aku melanjutkan makanku, sementara Seungri kembali menari-nari.
Aku melihatnya lagi. Dia sibuk mendrible bola basket di tangannya. Apa dia akan masuk club basket juga? Hah, apa peduliku, dia kan orang yang menyebalkan. Tiba-tiba beberapa yoja datang dan minta berfoto dengannya.  Bagaimana bisa orang seperti dia menjadi populer dan disukai banyak orang? Pasti ada yang tidak beres pada otak mereka. Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Jam pelajaran akhirnya selesai. Aku dan Seungri segera melesat keluar dan berganti pakaian. Kami segera berlari ke gedung ektrakulikuler. Kami memasuki ruang menari. Luas sekali tempat itu. Ada beberapa siswa juga yang ingin mengikuti seleksi ini. Ini bedanya sekolah Hagashi dengan sekolah lain. Di sini, jika ingin mengikuti sebuah club harus lolos seleksi. Benar-benar keren.
Tiba-tiba seorang yoja masuk dan semua orang memandangnya takjub. Aku mlihatnya biasa saja. Baiklah, dia memang cantik, rambutnya juga bagus, bajunya apalagi, pasti merek terkenal. Aku pernah lihat yang seperti itu di toko merek terkenal. Di sebelah kanan kirinya ada dua yoja yang juga berpenampilan sama bagusnya. Kemudian dia duduk di salah satu bangku di dalam ruangan dan mengeluarkan cermin lalu mematutkan dirinya. Apa yang dia lakukan di sini? Belum juga pertanyaanku terjawab datang 3 orang.
“Siapkan diri kalian, audisi segera di mulai.” Kata salah seorang dari mereka.
“Perkenalkan, saya Park Hyo Jo, ketua club dance, Lee Dong Hae, dan Kim Hee Chul, kami adalah pengurus dan sekaligus pelatih kalian kelak, jadi berikan yang terbaik agar kalia bisa lolos,” kata Park Hyo Jo-nim.
Benarkah aku bisa dilatih oleh mereka? Benarkah ini aku tidak bermimpi. Semua orang tahu siapa ketiga orang itu. Mereka adalah penari professional yang terkenal di seluruh dunia. Aku harus bisa lolos dan bisa dilatih oleh mereka. Aku harus melakukan yang terbaik. Semua bersiap-siap. Audisi pun dimulai. Aku semakin nerves. Aku lihat Seungri yang penuh percaya diri saat menari. Dia benar-benar sangat bagus. Dia menari seolah music ada dalam dirinya. Setiap gerakannya benar-benar hidup. Pasti dia lolos.
Dan sekarang giliranku. Aku berdiri di tengah-tengah semua orang menatapku. Seungri memberiku semangatnya. Aku mengangguk. Aku tidak pernah belajar menari sebelumnya. Aku hanya melihat Kak Eunhyuk ketika dia sedang berlatih bersama teman-temannya. Aku menari karena aku suka. Setiap gerakan yang seirama dengan music, membuatku bahagia. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli aku lolos atau tidak, aku hanya ingin menari dan menunjukkan pada semua orang bahwa aku bisa. Aku memejamkan mataku, mulai bersatu dengan music dan aku mulai menari. Saat menari aku merasa seperti terbang, setiap gerakan memberikan energy baru dalam diriku, dan aku merasa benar-benar menjadi diriku saat aku menari. Aku bisa melupakan semua beban berat hidupku dengan menari. Hentakan music menyembunyikan tiap luka yang kurasakan. Menari benar-benar ajaib. Dan tariankupun selaseai.
Suara tepuk tangan membawaku kembali ke tanah. Seungri menghampiriku dan memelukku.
“Kau daebak, kau benar-benar menakjubkan, tarianmu seperti dewa, dari mana kau berlatih dance?” Seungri memberondongku denga pertanyaan.
Aku masih sibuk mengatur nafasku. Aku mengucapkan terimakasih pada para pelatih dan kembali ke tempatku. Seungri mengikuti dari belakang. Aku mengambil botol air minumku dan menenggaknya.
“Yaaaa, kau hebat sekali,” Seungi mengacak-acak rambutku.
“Hentikan, kau ini apa-apaan sih, aku tidak berlatih pada siapapun, aku hanya sering melihat kakakku berlatih bersama teman-temannya dan aku sering berlatih sendiri,”
“Tapi kau benar-benar hebat tadi,”
“Gomawo, semoga kita bisa lolos”
“Ne, kita harus lolos,”
“Kaja, kita pulang,” aku beranjak dan pergi meninggalkan tempat audisi.
Arah rumah Seungri dan rumahku berlawanan. Kami pun berpisah di halte dekat sekolah. Saat hendak mengambil ponselku, sesorang menabrakku.
Bruk!
Aku terjatuh dan ponselku terlempar. Aduh, sakit sekali, kenapa orang-orang ini tidak melihat jalan sih?
“Hah, kau lagi, kau suka sekali berdiri di tengah jalan!”
Aku mendongak. Namja itu lagi. Kenapa dia ada dimana-mana sih?
“Kau bilang apa? Kau ini, kau menyebalkan sekali,” aku mengambil ponselku dan berlari ke arah halte bus.
Beberapa saat kemudian namja itu berlari mengejarku. Aku menambah kecepatan lariku, aku jago soal berlari. Bis ku sudah datang, aku langsung masuk ke dalam bis, dan duduk di bangku belakang. Bis berjalan dan dia masih tetap mengejar. Michoso??? Kenapa dia mengejar bis?
Bis bergerak perlahan dan dia berhasil mengejar bisku. Dia menggedor-gedor jendela di sebelahku, aku semakin heran dengan tingkahnya.
“Ahjusshi, tolong berhenti,” aku berlari ke arah pintu bis. “Jongmal jhosonghamnida,” aku membungkuk dan turun dari bis.
“Ya! neo michyeosseo?? Kenapa mengejar bis?”
Dia membungkuk mengantur nafasnya. Dia terengah-engah.
“Kau tidak lihat, ponsel kita tertukar!”
Aku melongo terkejut. Cepat-cepat kuambil ponsel dari dalam saku jaketku. Benar, ponsel kami memang tertukar. Aku tersenyum malu dan menjulurkan ponselnya.
“Mianhae, aku tidak tahu kalo ponsel kita tertukar,”
“Makanya jadi orang jangan bodoh,” katanya sambil menyerahkan ponselku.
“Mwo? Siapa yang bodoh? Kau itu bodoh, siapa yang menabrakku tadi?” dia benar-benar menyebalkan.
Aku berbalik dan pergi meninggalkannya. Haiiish, apa-apaan dia itu, seenaknya mengataiku bodoh, dia yang bodoh!!!
Tiba-tiba ada seorang ahjusshi pingsan ditengah jalan. Aigoo, apa pula ini. Kenapa tiba-tiba paman ini pingsan. Aku segera menghampirinya.
“Ahjusshi, gwaenchana? Ya, ahjusshi, berthanlah,” aku menoleh dan namja tadi masih ada di sana. Sedang menelepon. Aku berlari menghampirinya dan menariknya.
“Ya, apa yang kau lakukan??” dia menghempaskan tanganku.
“Ada seorang paman yang pingsan, kita harus menolongnya,” aku menunjuk ahjusshi yang pingsan itu.
“Itu bukan urusanku, kenapa kau sibuk mengurusi orang lain??”
“Mwo? Babo ya!” aku memukul lengannya keras dan segera menolong ahjusshi tadi.
“Ya, appo!”
Aku tidak mempedulikannya, aku segera menolong ahjusshi itu, tapi aku  juga tidak kuat menggendongnya. Haissh, kenapa dia tiddak mau menolongku. Aku menoleh mencari taksi, kenapa tidak ada taks yang lewat. Di dekat situ ada klinik, tapi tidak mungkin juga aku kuat menggendong paman ini. Aku hampir putus asa saat dia datang dan segera membopong paman itu dan membawanya ke klinik terdekat. Aku mengikutinya dari belakang.
Di klinik sang paman segera ditangani oleh paramedic di sana. Kami menunggu di ruang tunggu.
“Gumapta, karena sudah menolong paman itu,” kataku padanya.
“Kenapa kau yang berterimakasih?” Tanyanya heran.
Aku tidak menjawab. Aku hanya tersenyum dan dia menatapku heran. Aku lapar sekali. Aku belum makan siang semenjak istirahat tadi. Aku capek sekali setelah audisi tadi. Aku beranjak keluar untuk mencari makan. Dia melihatku keluar dan mengikutiku.
“Kau mau kemana?”
“Aku lapar, aku mau mencari makan, kamu mau ikut?”
“Kau mau cari makan di mana?” sepertinya dia juga lapar.
“Tarawa,”
Aku berjalan menuju sebuah penjual sate ikan. Sate ikan itu enak sekali.
“Bibi, aku mau sate ikannya,” aku mengambil sate ikan yang masih panas.
Ahjumma penjual sate ikan memberiku mangkuk berisi saus. Aku maka sate ikan dengan lahap. Enak sekali sate ikan ini. Namja itu menatap aneh padaku.
“Waeyo? Kau mau? Ambil saja,” kataku dengan mulut penuh daging ikan.
“Kenapa aku harus makan itu?”
“Yasudah kalo tidak mau,” aku terus makan sate ikan. Sepertinya dia juga lapar sekali. Tapi kenapa dia tidak mau makan. Ada-ada saja.
Tiba-tiba dia mengambil sebuah sate ikan dan langsung memakannya.
“Huwaaa, panas!”
Aku tertawa melihat tingkahnya. “Ya, kau tidak liat asap yang mengepul itu?”
“Tapi, enak juga,” katanya.
Dan beberapa saat kemudian kami sibuk makan setiap tusuk sate ikan yang ada. Melihat tingkahnya benar-benar membuatku tertawa. Dia bilang ini adalah pertama kalinya dia makan sate ikan di pinggir jalan. Aku heran, selama ini dia hidup dimana? Setelah hampi sepuluh tusuk sate ikan, kami pun membayar dan kembali ke klinik.
“Kau benar-benar baru pertama kali mencobanya?” tanyaku dalam perjalanan kembali ke klinik.
“Kenapa? Tidak boleh?” jawabnya ketus.
“Ani, hanya heran saja, kau orang Korea tapi belum pernah makan sate ikan di pinggir jalan?”
“Sudah diam, aku akan pulang,”
“Pulanglah, aku kan menemui pama tadi,”
Dia pun pulang tanpa mengatakan apapun. Dasar orang aneh.
Ternyata paman tadi baik-baik saja, hanya kelelahan. Pihak klinik akan mengurusnya dan mengantarnya pulang. Aku mengucapka terima kasih dan segera pulang. Kakak pasti mencariku.
Benar saja, sampai rumah kakak sudah berdiri di depan pintu.
“Kau darimana saja? Kenapa baru pulang?” Kak Eunhyuk terlihat sangat khawatir.
“Mian Oppa, aku tadi ikut audisi club di sekolah, lalu ada pama-paman pingsan di tengah jalan, jadi aku menolongnya, kau marah ya?”
“Aku tidak marah, kan kau bisa meneleponku, lain kali jangan ulangi lagi ya?”
“Ne Oppa, kau sudah makan? Aku akan memasak untukmu,”
“Aku belum makan, kau tak perlu masak, kita makan di luar saja, kau mau?”
“Ne Oppa, kajja,”
Aku masih memakai seragamku saat aku dan kakak makan malam.
“Kenapa kakak mengajak makan diluar?” tanyaku saat makan.
“Hari ini kau kan ulang tahun, kau lupa itu?”
“Jjinjja? Kenapa aku bisa lupa ya?” aku tertawa.
“Oppa punya sesuatu untukmu,” Kak Eunhyuk mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.
“Jjinjja Oppa? Apa?”
“Bukalah,”
Aku membuka kotak itu dan ada sebuah jam tangan sangat bagus di dalam.
“Uwaa, ini cantik sekali Oppa,” kataku berbinar-binar.
“Kau suka?”
“Suka sekali Oppa, gomawo,” aku segera memeluk Kak Eunhyuk.
Aku sangat bersyukur Kak Eunhyuk adalah kakakku. Dia benar-benar malaikatku. Malam itu setelah makan, kami melihat kembang api di Sungai Han. Aku benar-benar senang.
****************************************************************
Keesokan harinya, Seungri sudah menunggu ku di gerbang. Wajahnya sangat cerah.
“Kau terlihat senang sekali,”
“Tentu saja, hari ini kan pengumuman audisi, kita pasti lolos, kajja,” Seungri menarikku ke arah gedung ekstraklikuler.
Disana sudah ada beberapa siswa. Kami langsung mencari nama kami diantara nama-nama siswa yang tercantum di papan. Dan kami menemukan nama kami diantara sepuluh orang yang lolos.
“Seungri-aa, kita lolos!!!!!”
“Benar kan, kita akan lolos,”
Seungri memelukku dan kami sangat senang sekali. Ini benar-benar keajaiban. Hidupku tidak pernah bisa lebih baik lagi. Ini hadiah ulang tahun terindah untukku.
Pulang sekolah, kami berkumpul untuk mendapat pengarahan dari para pelatih. Senangnya bisa mendapatkan pelatihan dari mereka. Kami diberi teknik-teknik dalam menari, kami diajarkan gerakan-gerakan baru yang belum pernah kupelajari, kami juga di beri ilmu untuk menari dengan hati. Benar-benar hebat. Sudah hampir satu bulan aku mengikuti club menari dan hari ini pelatih mengumumkan sebuah kompetisi couple dance. Aku dan Seungri langsung memutuskan untuk ikut. Aku belum pernah couple dance sebelumnya, dan ini akan jadi tantangan untukku.
Hari itu, pulang sekolah, tiba-tiba namja menyebalkan itu menghampiriku di taman sekolah. Dia menarikku ke arah pohon besar di taman sekolah.
“Ada apa? Kenapa tiba-tiba menarikku?”
“Kau harus jadi yojachinguku mulai sekarang,” katanya tiba-tiba.
“MWOOO???” aku benar-benar terkejut mendengarnya. Dia ini apa-apaan sih?
“Kau tidak dengar? Kau harus jadi yojachinguku mulai saat ini.”
“Ya, nugu ya? Kenapa bicara seenaknya?”
“Aku Cho Kyuhyun, apa kurang jelas? Aku mau kau jadi yojachinguku, pokoknya harus!” dia memaksa.
“ANDWEEE… Kenapa aku harus mau jadi yojachingumu? Aku bahkan tiak mengenalmu, dan kau itu meyebalkan!” tentu saja aku tidak mau.
Kyuhyun diam beberapa saat.
“Aku terpaksa melakukan ini, aku akan dijodohkan, dan aku tidak mau, aku harus membawa seseorang agar orang tuaku percaya aku mempunyai kekasih, dan mereka tidak akan menjodohkanku lagi,” jelas Kyuhyun.
“jadi kau mau pura-pura jadi yojachingumu sehingga kau terbebas dari perjodohan? Kenapa harus aku? Aku kan tidak menyukaimu,”
“Jebal, untuk satu bulan saja, sampai orang tuaku percaya kalau aku bisa mencari pendamping hidupku sendiri, “ dia memohon kepadaku.
Ya Tuhan, apa lagi ini? Kenapa tiba-tiba ada namja yang memintaku untuk jadi kekasihnya? Ini sangat rumit. Aku harus bagaimana sekarang???? 

to be continued...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea