Kamis, 25 April 2013

A Man In Love (Part 4)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 06.02 0 komentar

Bagaimana Yunho menghadapi semua kenyataan yang ada? A Man In Love... 

Ujian sekolah pun tiba. Yunho telah mempersiapkan semua dengan baik. Hari ini hari terakhir ujian. Lembar jawaban sudah hampir sepenuhnya terisi. Waktu yang tersisa hanya 5 menit. Dia mengecek jawaban perlahan setelah itu mengangguk pelan. Dia merasa cukup puas dengan jawabannya. Dia mulai merapikan alat tulis dan soal-soal ujian lalu menutup lembar jawaban, memasukkan alat tulis ke dalam tas dan beranjak meninggalkan tempat duduknya. Beberapa temannya juga melakukan hal yang sama. Dia keluar dari kelas dan seseorang telah menunggunya.
“Ya, eottae? Kau bisa mengerjakannya?” tanya temannya itu, Changmin.
“Bagaimana menurutmu?” Yunho balik bertanya.
“Tunggu, kalau melihat raut wajahmu, sepertinya kau bisa menanganinya dengan baik,” kata Changmin mencoba menebak-nebak.
Yunho hanya tersenyum. “Kau sendiri?”
“Kau tahu kan otakku ini seperti kura-kura? Aku benar-benar butuh keajaiban untuk bisa lulus, kau sih enak, ah, kenapa kau ini pintar sekali?” Changmin menunjukkan wajah iri.
“Kau ini bicara apa? Sepertinya otakmu itu terlalu panas,”
“Geure, bahkan tadi kepalaku berasap gara-gara soal ujian,”
Yunho hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Kau mau pulang?” tanya Changmin. Mereka duduk di sebuah bangku di taman.
“Molla, aku ingin pergi ke suatu tempat, kepalaku benar-benar penuh saat ini, aku ingin mendinginkan kepalaku,” jawab Yunho sambil menerawang.
“Ne, kau benar, kita memang butuh penyegaran, sebaiknya kemana kita?”
“Ya, apa kita terlihat seperti sedang merencanakan sebuah kencan?”
“Busun mariya? Ya, kapan pengumuman penerimaan di Universitas Korea?”
“Ah, geure, aku hampir lupa, pengumumannya hari senin,”
“Apa menurutmu kau akan lolos?”
“Entahlah, ini tidak seperti ujian di sekolah, semua penuh ketidakpastian, tapi aku berharap bisa lolos, kalau tidak maka aku akan pergi ke Mokpo dan menangkap ikan di sana,” kata Yunho.
“Apa maksudmu menangkap ikan? Kau pikir kau ini nelayan? Sudahlah, yakinlah kau akan lolos, kecuali kalau kau ini adalah aku, maka bersiaplah ke Mokpo, hahaha,”
“Kau sendiri, apa rencanamu selanjutnya? Universitas mana yang kau pilih? Kau ini, seharusnya kau juga memikirkan masa depanmu, apa selamanya kau akan seperti ini?”
“Geokjongmara, kau tahu aku ini Mazinga Z, aku akan terus hidup,” kata Changmin.
“Itu bukan masalah kau akan terus hidup atau tidak, tapi apa kau tidak ingin melanjutkan sekolahmu?” tanya Yunho.
“Ya, kau tidak peduli aku mati atau hidup? Teman macam apa kau ini?” ujar Changmin. Dia terdiam sejenak. “Aku juga masuk Universitas Korea,” ujarnya pelan.
“Mwo? Kau ini bicara apa?” tanya Yunho heran.
“Aku juga mengikuti ujian masuk Universitas Korea, hanya saja aku tidak ingin kau tahu, aku juga waktu itu satu kelas denganmu, kau terlambat datang waktu itu, kau terlalu serius dan kau juga bersama seorang yeoja, aku ingin menyapamu, tapi lebih baik aku membuat kejutan kan?”
Yunho menoleh menatap Changmin dalam-dalam.
“Kenapa melihatku seperti itu?”
Yunho tidak menjawab dia hanya menatap Changmin.
“Aku ingin mengikutimu, kau satu-satunya temanku, kalau tak ada kau, aku bisa apa, jadi aku putuskan masuk Universitas Korea, sebenarnya aku sudah memikirkan ini sejak lama, maka dari itu aku mendaftar kesana, lolos atau tidak aku hanya berusaha,” kata Changmin.
Yunho masih menatap Changmin dalam-dalam.
“Ya, kau tidak naksir aku kan?”
Mata Changmin terbelalak.
“Mwo ya?? Kau pikir aku penyuka sesama jenis?”
“Kau tahu, tiba-tiba aku jadi merinding, tapi aku tetap berharap kau lolos,”
Yunho beranjak meninggalkan Changmin yang masih terbengong-bengong. Yunho tersenyum kecil sambil berjalan, Changmin beranjak menyusul Yunho.
**********************************************************************
Yunho berjalan pelan menyusuri deretan pertokoan di salah satu sisi kota Seoul. Tidak ada yang ingin dia beli, dia hanya ingin berjalan-jalan. Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi di ujung jalan. tempat ini adalah pusat hiburan terbesar di distrik ini. Dipenuhi fasilitas yang serba mewah dan berkelas. Orang-orang yang masuk pun tidak sembarangan, mereka harus punya tanda khusus agar bisa masuk.  
Yunho menatap bangunan itu dengan tatapan kosong. Tempat inilah dimana dia dulu sering meghabiskan kesehariannya sepulang sekolah. Bermain bola, bermain bersama teman-temannya. Tempat ini dulu adalah sebuah tanah lapang yang luas dengan taman kecil yang damai dan indah. Ayahnya selalu bermimpi ingin membangun rumah sakit di tanah ini. Tapi impian tinggallah impian, tanah itu terlanjur jatuh ke tangan orang lain dengan berbagai kekejaman.
Sebuah ingatan melintas di kepala Yunho. Saat itu dia masih kecil, masih sangat kecil. Dia baru berusia enam tahun dan dia baru saja masuk sekolah dasar. Dia selalu pergi ke tempat ini sepulang sekolah. Tempat ini cukup jauh dari rumahnya, tapi dia selalu menyempatkan diri ke tempat itu. Dia punya tempat rahasia, sebuah lubang untuk menyimpan uangnya. Uang saku yang selalu diberi ayahnya tiap pagi. Dia berniat membeli sebuah sepeda dengan uangnya sendiri. Dia masih sangat kecil, terlalu kecil untuk memiliki keinginan membeli sepeda dengan uangnya sendiri, tapi itulah Yunho, selalu punya keinginan yang kuat untuk mewujudkan mimpinya. Dengan memiliki sepeda, dia akan lebih mudah pergi kemanapun yang dia suka. Dia memilih tempat itu untuk menyimpan uang karena dia merasa lebih aman menyimpan di tempat itu dibandingkan menyimpannya di rumah. Kakaknya pasti akan mengambil uang itu. Kakaknya Yunho adalah orang yang sangat meyebalkan versi Yunho.
Hari itu, saat dia selesai dengan tabungan rahasianya, dia melihat seorang anak perempuan yang berlari dengan wajah ketakutan. Yunho kecil tidak pernah menyukai anak perempuan, menurutnya anak perempuan itu berisik. Tapi saat melihat wajahnya yang pucat ketakutan, Yunho menghampirinya. Belum sempat Yunho bertanya, dia melihat tiga anak laki-laki berari ke arah anak perempuan itu. Tanpa berpikir panjang Yunho berdiri di depan anak perempuan itu dan melindunginya. Dia mengambil sebatang kayu di sebelahnya dan berusaha mengusir anak-anak berandalan itu. Sempat terjadi perkelahian kecil diantara mereka, tapi Yunho dengan gigih berusaha melawan mereka. Tiga anak laki-laki itupun akhirnya menyerah dan meninggalkan Yunho beserta anak perempuan itu.
Anak perempuan yang tak dikenalnya itu terisak pelan di belakangnya. Yunho mendekatinya dan menatap anak perempuan itu. Dia menunduk dan badannya gemetaran. Yunho mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkannya ke anak perempuan itu.
“Minumlah,” kata Yunho riang.
Anak perempuan itu menoleh. Yunho tersenyum lebar, wajahnya sedikit memar di sana sini,  tanganya yang tergores di beberapa tempat menyodorkan sekotak susu strawberry ke arah anak perempuan itu. Perlahan tangan anak perempuan itu meraih kotak susu yang diberikan kepadanya dan mengambilnya. Dia membuka pelan kotak susu itu dan meminumnya perlahan.
“Enak? Kau suka?” tanya Yunho.
Anak perempuan itu mengangguk dan perlahan senyumnya mengembang. Yunho senang melihat senyum anak itu.
“Gomawo,”
Hanya itu yang diucapkan anak perempuan itu dan mereka hanya duduk di rerumputan tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Keesokan harinya, Yunho kembali ke tempat itu, kali ini ada tujuan lain selain menyimpan uangnya. Dia ingin bertemu dengan anak perempuan itu. Entah kenapa dia ingin bertemu dengannya lagi, dia ingin berkenalan dan berteman dengan anak perempuan itu. Mereka tidak sempat berkenalan kemarin. Tapi hampir seharian dia menunggu anak perempuan itu tidak datang lagi. Hari berikutnya dia ingin menunggu anak perempuan itu lagi, tapi seorang yang jahat datang dan mengacaukan rumahnya. Dia tidak pernah bertemu lagi dengan anak perempuan itu. Bahkan sampai saat ini tempat itu telah menjadi tempat yang asing untuk Yunho, anak perempuan itu tak pernah datang. Yunho tersenyum kecil mengingat kenangan yang hanya setitik kecil itu. Perlahan dia berbalik meninggalkan tempat itu.
Sejenak setelah Yunho meninggalkan tempat itu, bahkan punggung Yunho masih telihat, sebuah mobil datang. Chae Rin turun dari mobil itu dan memandangi gedung itu selama beberapa saat. Ayahnya menyuruhnya untuk menunggunya agar bisa pulang bersama. Chae Rin duduk di taman depan gedung itu.
Dia membuka tasnya dan mengambil sebuah buku yang belum selesai dia baca. Dia membuka pembatas dan melanjutkan membaca, baru beberapa saat dia membaca, dia kembali membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sekotak susu strawberry. Chae Rin membuka kotak susu itu dan meminumnya perlahan. Dia tidak melanjutkan membaca, tapi menerawang menatap langit. Sebuah kenangan tiba-tiba memaksanya untuk kembali ke ingatan beberapa tahun silam.
Saat itu dia berdiri di depan gerbang sekolahnya. Dia sedang menunggu supir yang menjemputnnya. Entah kenapa hari itu supirnya sangat terlambat, sekolah sudah sepi dan dia masih belum dijemput. Saat sedang menunggu, tiba-tiba tiga anak laki-laki menghampirinya dan memaksa Chae Rin untuk memberi mereka uang. Chae Rin yang ketakutan dengan ulah tiga anak itu segera berlari untuk menghindari mereka. Dia terus berlari, dia sangat ketakutan. Dia berlari tak tentu arah. Dia hanya ingin terbebas dari ketiga anak nakal itu. Dia melihat sebuah tanah lapang dengan taman kecil di dalamnya. Dia berlari kesana dan mencoba mencari tempat sembunyi. Saat itulah seorang anak laki-laki berdiri di depannya.
Anak laki-laki itu mengambil sebatang kayu di sebelahnya dan berusaha mengusir anak-anak berandalan itu. Sempat terjadi perkelahian kecil diantara mereka, tapi anak laki-laki itu dengan gigih berusaha melawan mereka. Tiga anak laki-laki itupun akhirnya menyerah dan meninggalkan Chae Rin beserta anak laki-laki itu.
Chae Rin terisak pelan di belakang anak laki-laki yang tak dikenalnya itu. Dia mendekatinya dan menatap Chae Rin. Cha Rin menunduk dan badannya gemetaran. Anak laki-laki itu mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkannya ke arah Chae Rin.
“Minumlah,” katanya riang.
Chae Rin menoleh. Anak laki-laki tersenyum lebar, wajahnya sedikit memar di sana sini,  tangannya yang tergores di beberapa tempat menyodorkan sekotak susu strawberry ke arahnya. Perlahan tangan Chae Rin meraih kotak susu yang diberikan kepadanya dan mengambilnya. Dia membuka pelan kotak susu itu dan meminumnya perlahan.
“Enak? Kau suka?” tanya anak laki-laki itu.  
Chae Rin mengangguk dan perlahan senyumnya mengembang. Anak laki-laki itu terlihat senang melihat senyum Chae Rin.
“Gomawo,”
Hanya itu yang diucapkan Chae Rin dan mereka hanya duduk di rerumputan tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Keesokan harinya Chae Rin pindah ke luar negeri. Ayahnya memaksa mereka untuk tinggl di luar negeri dengaan alasan perusahaan mereka sedang mengalami masa kritis. Sejak saat itu, Chae Rin tidak pernah melihat anak laki-laki itu, dia hanya terus meminum susu strawberry untuk mengingat anak laki-laki itu.
“Apa kau akan terus minum susu itu?”
Chae Rin kembali ke masa kini, suara ayahnya menarikknya kembali ke dunia nyata.
“Susu ini tidak pernah meracuniku, kenapa aku harus berhenti meminumnya?” ujar Chae Rin.
“Terserah kau saja, ayo pulang,” kata ayah Chae Rin.
Chae Rin hanya mengangguk, dia memasukkan kembali bukunya, dan beranjak menggandeng tangan ayahnya meninggalkan gedung megah itu. Gedung yang tidak tahu apa-apa, tidak pernah mengerti arti sebuah kenangan. Tapi tempat itu, tempat itu menyimpan sebuah kenangan, mungkin untuk beberapa orang, termasuk anak laki-laki yang gigih dan anak perempuan dengan senyumnya yang selalu mengembang. Tanpa tahu bahwa jarak mereka tidak pernah sejauh yang mereka kira…
**********************************************************************

1.       Jung Yun Ho               0101300876
Yunho tersenyum di depan papan pengumuman, namanya tertera di peringkat pertama. Itu artinya dia akan kuliah di Universitas Korea dan tanpa biaya. Itu sudah cukup baginya. Sementara itu, Changmin masih sibuk mencari namanya di ratusan daftar nama yang diterima. Matanya terus mengamati tiap nama yang tertulis di papan itu. Lalu sampailah dia pada nomor 247.
247. Shim Chang Min      0101307889
Mata Changmin terbelalak tak percaya saat menemukan namanya ada di deretan nama-nama yang diterima di Universitas Korea. Yunho menghampiri Changmin yang masih berdiri mematung di depan papan pengumuman sambil terbelalak dan mulut yang sedikit terbuka.
“Ya, kau di terima?” tanya Yunho.
Changmin tidak menjawab. Dia masih saja berdiri mematung.
“Ya, gwaenchana? Kau diterima tidak?” tanya Yunho lagi keheranan dengan sikap Changmin.
Changmin menoleh kaku, lalu menunjuk ke papan pengumuman. Yunho mengikuti arah telunjuk Changmin dan melihat nama Changmin tertera di sana. Air mukanya berubah senang.
“Ya, kau di terima, kau benar-benar lolos,” ujar Yunho sambil menepuk pundak Changmin dengan perasaan senang.
Changmin hanya menunduk.
“Ya, kau diterima, kau seharusnya senang kan?”
Changmin mengangkat wajahnya, air matanya sudah mengalir seperti air hujan. Yunho kaget melihat tingkah Changmin.
“Yunho!!!!” teriak Changmin sambil memeluk Yunho.
Beberapa orang menoleh ke arah mereka. Yunho langsung malu dengan tingkah Yunho. Tapi Changmin mennagis semakin keras. Yunho hanya bisa menepuk-nepuk pundak Changmin. Kehidupan baru mereka pun akan segera dimulai…
**********************************************************************
“Jadi kalian berdua diterima di Universitas Korea?” tanya Paman Jungjin saat Yunho dan Changmin memberitahu Paman Jungjin.
“Geure, benar-benar kejaiban aku bisa masuk kesana paman, kalau Yunho tak perlu kaget begitu Paman,” ujar Changmin.
“Kau benar, aku masih belum percaya kau bisa diterima”
“Mwo ya? Apa aku sebodoh itu?” tanya Changmin.
“Kau sendiri yang selalu bilang otakmu itu lambat, tapi aku senang kalian bisa masuk, kuliahlah dengan baik, jangan permalukan orang-orang yang sudah menerima kalian,”
“Paman ini bicara apa sih?” tanya Changmin.
Mereka bertiga tertawa.
“Lalu apa kau masih akan tinggal di sini?” tanya Changmin.
“Busun?”
“Aku akan menyewa flat, aku ingin hidup mandiri, apa kau masih mau merepotkan Paman?” jelas Changmin.
Paman Jungjin menatap Yunho. Yunho berpikir untuk beberapa saat.
“Ya, kau tahu seberapa besar jasa Paman padaku, apa boleh aku meninggalkannya? Aku akan tetap tinggal di sini dan membantu Paman, kau juga harus membantunya,” ujar Yunho.
“Kau boleh saja pergi kalau kau mau,” kata Paman Jungjin.
“Ani, aku ingin tetap di sini, bagaimanapun juga, Paman sudah merawatku, sekarang giliranku yang menjaga Paman,” kata Yunho ringan.
 “Kau pikir aku ini anak kecil yang harus kau jaga?” tanya Paman Jungjin.
Mereka bertiga tertawa. Tiba-tiba terdengar seseorang masuk ke dapur. Chae Rin datang dengan wajah berseri-seri. Tanpa mengucapkan salam atau apapun dia duduk di sebelah Yunho.
“Bagaimana hasil pengumumanmu?” tanya Chae Rin bersemangat.
“Kami berdua diterima,” jawab Yunho.
“Berdua,” tanya Chae Rin.
“Denganku tentu saja, aku Changmin, annyeong,” jawab Changmin riang.
“Oh, ne, aku Chae Rin,” ujar Chae Rin.
“Kau sendiri?” Yunho balik bertanya.
“Kau tidak akan percaya ini, tapi aku benar-benar di terima, ah, aku benar-benar senang, mulai saat ini kita akan satu universitas, pasti menyenangkan,” kata Chae Rin.
“Geure,” ujar Yunho singkat. Entah kenapa sejak mengetahui tentang ayah Chae Rin, sikap Yunho perlahan berubah terhadap Chae Rin. Dia merasa harus menjaga jarak dengan gadis itu. Mengetahui semua hal itu membuat kepala Yunho sakit.
“Ya, jadi kalian bersenang-senang tanpaku?”
Lee Joon masuk dan bergabung dengan mereka.
“Busun ya?” tanya Chae Rin. “Kami sedang membicarakan tentang pengumuman Universitas Korea,”
“Jadi kau kesini untuk memberitahuku?” tanya Lee Joon.
“Begitulah, sekaligus aku ingin mengejekmu, apa kau tidak ingin kuliah?” tanya Chae Rin.
Yunho beranjak dan membantu Paman jungjin menyiapkan makan malam.
“Apa hidup ini hanya tentang kuliah?” Lee Joon balik bertanya.
“Kalaupun bukan tentang kuliah, apa iya kau akan terus bermalas-malasan?” Chae Rin balik bertanya.
“Apa aku semalas itu? Aku juga sedang memikirkan hal ini, mungkin aku akan ikut pendaftaran gelombang kedua, tunggulah aku pasti akan menyusulmu,” kata Lee Joon.
“Baguslah kalau begitu, sebaiknya kau diterima,” kata Chae Rin. “Jadi kau teman Yunho?” Chae Rin menoleh ke Changmin.
“Ne, kami sangat dekat,” ujar Changmin.
“Ya, kalau kau terus saja bicara seperti itu, aku akan benar-benar menendangmu keluar,” ujar Yunho.
“Wae? Dia sepertinya sangat manis,” kata Chae Rin.
“Geure, ya Yunho, dengar itu? Aku in sangat manis, aku juga heran kenapa kau selalu mengejekku, “
“Mwo ya? Aku benar-benar takut padamu sekarang,”
Mereka semua tertawa. Pembicaraan kecil itu berlangsung sampai beberapa saat kemudian. Tanpa saling menegtahui, setiapa dari mereka memperhatikan satu sama lain. Beberapa sempat mencuri pandang dan memperhatikan. 

to be continued....

Senin, 15 April 2013

Learning Korean Trough K-Pops: Ojakgyo Family/ Ojakgyo Brothers (By: Popo)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 18.09 0 komentar

Dear readers..!!!
Today we will leave the busy city to talk about the country life in Korea. Let’ meet drama which takes place in a duck farm near Seoul. It’s “Ojakgyo Family”. 


“Ojakgyo Family” is about four brothers who have different personalities. 






The drama focuses on their love interest and marriage. In the farm in a suburban Seoul district, a hardworking mother and goofy father live together as well as with their four sons. One day, a woman named Baek Jaeun appears in front of them and then occurs a big fight over control of the Ojakgyo Farm. Four women marry into the family of brothers to create an extended family. The drama was loved by viewers for its illustration of love and marriage.

“Ojakgyo Family” is based on a farm named “Ojakgyo (오작교)”. It is the name of a bridge from a Korean legend. In order to help two lovers meet, the bridge was created by magpies and crows once a year. So in Korea, “Ojakgyo” is known as the bridge that connects lovers together. Through this drama about four brothers who dream of love and marriage, let’s find out how they express their hopes.

When Taehui professes his love, he expects an answer from Jaeun.
First, Jaeun tells Taehui like this:
Doraogo sipeotta (놀아오고싶었다)
Jaeun had been away from the farm, but she had always wanted to return. The reason was that she missed his face (Bogo sipkko (보고싶고)), his voice (mokssoriseul deutkkosipkko (목소리를듣고싶고)), and wanted to run to him (dallyeogagosipeotkki (달려가고싶었기)).
Doraogo sippta. 놀아오고싶다
Bogo siptta. 보고싶다
Deotkko siptta. 듣고싶다
Dallyeogago siptta. 달려가고싶다





The most important part is “Mueoseul hago siptta (모엇을하고싶다)”.
By stating a certain action before the phrase, “Hago siptta (하고싶다)”, it expresses one’s desires to carry out that action. You can state the action you’d like before the phrase, “Hago siptta (하고싶다)”. 

For example:
If you want to say you want to eat something you can put “meokda” before “Hago siptta (하고싶다)” to create “Meokko siptta (먹고싶다)”.
If you want to sleep, say “Jago siptta (자고싶다)”.
If you want to go somewhere, say “Gago siptta (가고싶다)”.

There are other ways to express your desire other than “Hago siptta (하고싶다)”. Sentences end differently depending on other parties and situations, but the important word is “Barada (바라다)”. When you wish for something to become a certain way, you can say “Barada (바라다)”. When you place actions or things before “Barada (바라다)”, you usually say “–eul baranda (--을바란다)”





For example:
If you’d like to success, say “Seonggonghagireul baranda (성공하기를바란다)”.
If you’d like to be happy, say “Haengbokagireul baranda (항복하기를바란다)”.

“Ojakgyo Family” was a story about four brothers and their marriages. We learned the expression of wanting something. Shall we review the expression that we learned today?
If you want a certain action, you can add words before “Hago siptta (하고싶다)”.
Place the verbs meaning “to see”, “to hear”, “to go”, and “to eat” before the phrase to make
Bogo siptta. 보고싶다
Deotkko siptta. 듣고싶다
Gago siptta. 가고싶다
Meokko siptta. 먹고싶다
If you really want something to go your way, you can say “barada (바라다)”.
You can add word such as “success” or “happiness” to create
Seonggonghagireul baranda (성공하기를바란다) or
Haengbokagireul baranda (항복하기를바란다).

I’d like to meet you next time. I hope we can meet again next time. 
Annyeong!!!



(cr: deugeundeugeun hanguko KBS World)

Senin, 08 April 2013

Sebuah Tulisan Memotivasi Diri Sendiri

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 06.27 0 komentar
*cek sound*

Hari ini gue memutuska untuk terus menulis, apapun itu. Gue selalu berharap gue bisa jadi penulis yang hebat, yang bisa bikin buku, bikin novel, bikin LKS, bikin buku cetak buat ana SD, eh yang dua terkahir itu kalo udah kepepet aja deng, hehe. Gue pengen bisa kayak penulis-penulis hebat yang ada di luaran sana (termasuk luang angkasa juga, ya kalo ada penulis dari luar angkasa sih...). Agatha Christie, J.R.L. Tolkien, J.K. Rowling, Sir Arthur Conan Doyle, Roald Dahl, C. S. Lewis, walah masih buanyak lagi penulis-penulis hebat yang bener-bener tulisannya layak buat diapresiasi. Belum lagi yang dari negeri sendiri, salah satung Dee, tulisan dia itu unik banget. 
Nah, gue pengen kayak mereka itu. Tapi selama ini gue cuma ngalamun, ngayal, apa lagi, mimpi, kalo gue pengen jadi penulis, tapi gue sama sekali nggak pernah mau mengawali niat buat nulis. Sebenernya banyak yang udah gue tulis, status, tweet, status, tweet, 15 status perhari, 30 tweet per hari, banyak kan? Lho, itu termasuk menuils lho ya, nulis up date an.. Haha.. 
Ini sebenernya mau unulis apaan sih gue? Jadi bingung sendiri.. 
Gue sebenernya suka nulis, tapi nggak tahu ya yang namanya ide itu suka seenaknya sendiri. Jadi ni ya kalo gue udah duduk manis di depan laptop dengan segala keinginan gue buat nulis, ide tuh nggak pernah mau yang namanya dateng ke otak gue. Numpang lewat aja kagak mau dia. Udah sampe merem melek nyari ide, segala posisi nulis udah gue coba, sampe ketik REG spasi IDE juga udah, tapi tetep aja tuh ide kagak nongol-nongol. Giliran gue lagi ngapain gitu, eh si ide asal nylonong aja gitu masuk ke otak gue. Iya kalo pas gue kebetulan deket sama sepasukan alat tulis menulis, lha kalo gue pas suatu saat deketnya sama sepasukan  mahasiswa mau demo, apa iya gue tiba-tiba nepuk pundak salah satu mahasiswa itu sambil ngomon, "Mas, boleh pinjem bolpen sama kertasnya? Tiba-tiba saya dapet ide buat tulsan saya nih mas," Iya kalo masnya itu kebetulan bawa, lha kalo yang ada masnya tiba-tiba brubah jadi Godzilla trus gue yang di demo gimana? Gue juga kan yang susah. Tapi emang gimana ya rasanya di demo? Itu brati kan kayak kita di labrak sama orang yang nggak setuju sama kita kan? Kenapa jadi mikir itu?? 
Ah, gue emang kebanyakan basa-basi nih, gue tah banget gimana kalo gue udah bertele-tele, kebanyakan selingan, malah jadi nggak fokus. Ini kenapa jadi bahas aib gue? Ah, gue emang comel banget... Sampe mana tadi?? Tuh kaan ilang lagi ide gue buat nulis, salah siapa coba kalo udah gini? Siapa yang mau tanggung jawab kalo gue udah kehilangan ide kayak gini? Nggak ada kan? Emang yang namanya ide itu misteri dunia akhirat segala abad sepanjang tata surya (kayak pernah denger nih..), susah buat diukurnya. Gue kalo udah keabisan ide pasti cuma bisa, close Ms Word, Start, Shut Down.. 3 minggu kemudian baru keinget pas buka Ms Word lagi kalo lagi nulis... Jiah, kalo gini mah kapan tulisan-tulisan gue kelar? Sampe Indonesia bisa masuk World Cup juga kagak pernah selesai tulisan-tulisan gue. Nasib.. Nasib.. Semua ini emang gara-gara si ide itu, udah sering gue di PHP sama dia, tapi nggak tahu kenapa masih aja gue berharap sama dia, cinta gue ke dia emang nggak akan pernah padam.. *jadi Sandy Sandoro*
Tapi.. Kenapa gue jadi nyalahin ide ya? Sebenernya si ide itu nggak salah-salah amat sih, dia kan masih dalam masa pertumbuhan, masih labil, jadi suka galau, suka pergi ddateng nggak jelas, trus semua ini gara-gara apa dong? Kalo gue urut-urut ini, usut punya usut, semua ini emang berawal dari diri gue sendiri.. Gue aja kaget kok bisa semua ini berasal dari diri gue sendiri, kenapa? Kenapa? Kenapa gue yang disalahin? Apa salah gue? Apa? Gue kan masih SMP... Apa yang bisa dilakuin anak SMP kayak gue? Gue nggak bisa apa-apa, gue nggak berdaya.... (Ini menjadi bukti kalo gue kebanyakan nonton sinetron yang banyak adegan penganiayaannya, biasanya sinetronnya diawali dengan seorang anak yang dipungut, 78 episode kemudian dia menerima warisan dari ayah angkatnya yang disertai teriakan dari ibu angkat yang nggak terima.. Hiks.. Tragis...) Itulah kenapa gue ngak pernah bisa kreatif, nontonnya sinetron bawang bombay mulu sih... 
Tuh kan, ngarang lagi.. Sampe mana coba tadi gue nulisnya... inget-inget dulu ya...
2 jam kemudian... 
Bentar belum inget...
8 jam kemudian...
Masih belum inget...
3 hari kemudian...
Belum juga inget..
Lempar bakiak!!!
Oke gue inget (nulis dengan muka ada bekas bakiak), jadi ini bukan karena ide, ini karena gue, gue yang memulai semua ini, gue,... Sekali lagi, GUE! Gue nggak pernah mau memotivasi diri gue buat nulis, gue nggak pernah meluruska niat (karena emang belum ada yang nyediain jasa rebonding niat) jadi ya gini ini, niat gue masih curly dan sedikit bergelombang. Di jaman sekarang ini mau nulis itu jadi hal yang gampang banget. Komputer, laptop, netbook, semua serba canggih. Mau nulis di mana aja, share ke mana aja, semua udah tinggal klik klik dan beres. Nggak kayak dulu yang musti capeknya berkali-kali, capek beli bolpen, beli kertas, masih capek nulis berlembar-lembar, belum kalo salah mesti ngulang. Lha sekaranng kurang apa coba? Nulis tinggal negtik, share tinggal cari web yang pas, gampil gampil gampil gampil!! Tapi gue, sampe sekarang masih belum bisa menghasilkan apa-apa. Tulisan (yang masih belum kelar) gue masih tersimpan (kurang) rapi di folder-folder yang ada di netbook gue yang setia, belum kepikiran mau dibawa kemana.. 
Jadi mulai sekarang gue berusaha untuk bisa menjadikan diri gue alat tulis yang bisa menghasilkan tulisan-tulisan, walalu mungkin kurang berkualitas, tapi seenggak-enggaknya bermakna buat diri gue sendiri (dan semoga juga buat orang lain..). Gue akan terus menulis, apapun itu, bahkan menulis resep pun mungkin kelak akan gue lakuin, karena gue suka, gue suka nulis, dan gue suka itu. Mungkin nggak ada orang yang mau baca tulisan gue, terbukti dari banyak tulisan gue yang gue share, cuma satu dua yang baca, itupun dengan ancaman dan paksaan, tapi nggak papa, gue akan menjadi pembaca setia tulisan gue, dan semoga akan ada pengikut-pengikutnya keak entah brapa ribu tahu cahaya lagi... 
Gue akan terus menulis.. Terutama menulis pengeluaran gue per bulan, dan juga menuliskan mimpi-mimpi gue di tembok kamar gue, biar kalo gue bangun, gue nggak bakalan lupa apa impian gue, dan mungkin aja gue bakalan bisa mewujudkan semua impian gue itu.. 
Cukup sekian dan terima kasih, sampai jumpa di tulisan berikutnya.. *gaya ala MC tahun 90an*


Minggu, 07 April 2013

Learning Korean Trough K-Pops: SUPER JUNIOR (By: Popo)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 19.05 0 komentar

Dear Readers..!!
Today, I’ve prepared songs of an idol band that all the readers like. Are you curious? They’re amazing young men. You can look forward them singing a song related to an apron. Of the many K-Pop groups, you can’t leave out “Super Junior”, the most popular group of them all. “Super Junior” is talented I both singing and dancing. It’s an awesome boy band that debuted in 2005. There are many members in the group, and they are loved by many fans.


The song that I’ll introduce today is a song of a sub-unit group of “Super Junior” that sings mostly cheerful songs. “Cooking? Cooking!” by “Super Junior Happy”. Today’s focus is on “Super Junior”! do all of you love them? All of the members are handsome and are great at singing. We’ll look at “Cooking? Cooking!” lyrics, a very exciting song by “Super Junior”. “Wang” is a word that expresses someone that is best at something. Do you remember? So the song is about someone who cooks the best.
 
Cooking? Cooking!
By: Super Junior Happy
Reff:
[LEETEUK] Waenirinji uhneunal juhnyuhk chodae handamyuh
Nuhui jibeuro nareul boolluhjji naneun gidaehaessuhjji
[YESUNG] Gulmgo gulmgo ddo gulmuh niga haejul mashinneun juhnyuk gidaehamyuh sangsanghamyuh sutgarageul deun geu sungan
([EUNHYUK]  Iruhke matuhbsuhdo dwenayo?!)
[KANGIN] Iruhke matuhbsuhdo dwenayo? Dodaeche mu uhlnuheun guhngayo?
([YESUNG] Oh ew nomu matuhbsuh) Charari naega nuneul gamgo mandeunge duh na eulguhtman gatayo
[LEETEUK] Mashi uttuhnya naege mudneyo
([EUNHYUK] Mwoyaaa!)
Ddo naege museun himi innayo
([SUNGMIN] Ooh, ooh mashiddaaa)
Juhngmal mashiddarago haedduhni geunyuh useumyuh hangeureut duh juneyo… nal sallyuhjwo

Reff II:
[LEETEUK] Iruhke matuhbsuhdo— ([SHINDONG] Aniji!)
[KANGIN] Iruhke mashissuhdo dwenayo?
([SHINDONG] Geuruhji!) Ige sarami mandeun guhngayo?
([SUNGMIN] Jagiya!)
[SUNGMIN] Iruhnge iddaneun somundo naneun deuruh bonjuhkdo obneunde
([YESUNG] Ooh mashissuh uhttuhkae!)
([LEETEUK] Nomu joha nomu joha!)
[LEETEUK] Mashi uhttuhnya naege mudneyo
([YESUNG] Choigo!!) Nunmul heullimyuh nan marhaejjyo
[YESUNG] Muhrie tuhlnago iruhke mashinneun yorineun nan chuheumiya
([SHINDONG] Hahahaha!) ([KANGIN] Aah mashissuhyo!)
([SUNGMIN] Eheheh) ([EUNHYUK] Duhwoyo~)
[GIRLFRIEND] Jagiya baebulluh?

The song is about girlfriend who can’t cook but learns how to cook to make the best dish for her boyfriend. Let’s learn expression related to food and its taste. The most important thing about food is its taste. “Mat ()” is what you feel with your tongue when you eat.





When something tastes very good, you can say “Masitta (맛있다)”.

Babi masitta. (밥이맛있다) = This delicious rice.
Ppangi masitta. (빵이맛있다) = Delicious bread.
Pizza-ga masitta. (피자가맛있다) = Pizza is delicious.

You can complete the sentence by adding the name of a certain food.

But if the food tastes bad, you can say “Madeoptta (맛없다)”. The opposite of “Masitta (맛있다)” is “Madeoptta (맛없다)”.


Babi madeoptta. (밥이맛없다) = The rice is not good.
Ppangi madeoptta. (빵이맛없다) = The bread is not good.
Pizza-ga madeoptta. (피자가맛없다) = Pizza is not good.

It’s easy, isn’t it?

When you want someone who taste you food to say “Masitta (맛있다)” or “Madeoptta (맛없다)”, you must ask the person how the food taste first.

You can ask like this “Masi eottae? (맛이어때?)”.


There are more formal ways to ask the question.

“Masi eottaeyo? (맛이어때요?)”.
For the response you can say
“Masisseoyo (맛있어요)”.
“Madeopsseoyo (맛없어요)”.

Or

“Masi eotteosseunikka? (맛이어떻슴니까?)” .
You can answer
“Masisseumnida (맛있슴니다)”.
“Madeopsseumnida (맛없슴니다)”.

There are many types of taste. Shall we learn about this? Let’s take a look to another song by “Super Junior”.

Bittersweet
By: Super Junior
Dalkomhan ne geu mal 
nal jugineun ne geu mal 
gamanhi kkaemulmyeon sseudisseun geu mal geumanhae

Miwohaji motae 
saranghajido motae g
yeolguk domangchyeobeorindan geu mal jebal geuman geumanhae


It’s the song called “Bittersweet” by “Super Junior”. It’s a difficult expression. But the lyrics include words such a “Dalkom (달콤)” and “Sseudisseun (쓰디쓴)”.




“Dalkom (달콤)” comes from “Dalda (달다)” which means sweet.
Do you like to eat candy or chocolate? I like chocolate very much.
“Dalda (달다)” expresses a sweet taste like candy and chocolate.

Satangi dalda. (사탕이달다) = This candy is sweet.
Chocolate-i dalda. (초콜릿이달다) = Chocolate is sweet.
Seoltangi dalda. (설탕달다) = Sugar is sweet.
Kkuri dalda. (꿀이달다) = Honey is sweet.

Thos are some good examples.

The next expression is “Sseudisseun (쓰디쓴)”.
It comes from “Sseuda (쓰다)” which means a bitter taste.
The opposite of “Dalda (달다)”, “Sseuda (쓰다)” is a taste that is very bad.

Yogi sseuda. (양이쓰다) = The medicine is bitter.
Coffe-ga sseuda. (커피가쓰다) = The coffee is bitter.

Those are some examples.

In the song “Bittersweet”, it depicts the words between lovers sound as sweet as candy, but the meaning of the words are also as bitter as medicine.

Other expressions of taste that appear in the Korean language include a taste that stingy when you eat chili pepper and mustard. It’s “Maeptta (맵다)”.

Do you gimchi, Korea’s most famous food? When your mouth stings after eating gimchi, you can say:

Gimchiga maeptta. (김치가맵다) = Spicy gimchi.
Gimchijjigaega meptta. (김치찌개가맵다) = Spicy gimchi stew.
Gochuga maeptta. (고추가맵다) = Spicy pepper.

Those are some examples.

Which expression would you like to illustrate the taste of salt?
It’s “Jjada (짜다)”

Sogeumi jjada. (소금이짜다) = The salt is salty.
Jeotkkari jjada (젓갈이짜다) = Salted fish is salty.

Those are two examples.

Satangi dalda. (사탕이달다) = The candy is sweet.
Yogi sseuda. (양이쓰다) = The medicine is bitter.
Gimchiga maeptta. (김치가맵다) = Spicy gimchi.
Sogeumi jjada. (소금이짜다) = The salt is salty.
Try to remember them!

On November 6, 2005, “Super Junior” debuted with their first song, “Twins”.

 In fall 2012, they celebrated 7 years of their debuted. Over the last 7 years, they toured Japan, China, Southeast Asia, the States, and Europe. 






They become the best loved K-Pop group in the world. Despite their busy overseas schedule and sub-unit activities, the group is famous for the love of their fans and their friendship. They will publish a photo album in Asia to celebrate 7 years. Let’s look forward to what they will present next in the future.


How did you enjoy the articles with “Super Junior”? Was it sweet? Let’s review today’s expressions.

When food taste good, say “Masitta (맛있다)”
When food taste bas, say “Madeoptta (맛없다)”
There are also different types of taste.  
Satangi dalda. (사탕이달다) = The candy is sweet.
Yogi sseuda. (양이쓰다) = The medicine is bitter.
Gimchiga maeptta. (김치가맵다) = Spicy gimchi.
Sogeumi jjada. (소금이짜다) = The salt is salty.

Why don’t you talk to your family about your meal afterwards?
See you next time.
Annyeong!!!


(cr: Deugeundeugeun Hanguko KBS World)
 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea