Senin, 11 Juli 2011

konayuki

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 03.33 0 komentar


konayuki, mau kisetsu wa
itsumo surechigai
hitogomi ni magiretemo
onaji sora miteru no ni

powdered-snow, within the revolving seasons
we always miss each other [1]
although we got separated within the crowd,
we look into the same sky

kaze ni fukarete
nita you ni kogoeru no ni

blown in the wind,
we feel the same chills

boku wa kimi no subete nado
shitte wa inai darou
soredemo ichiokunin kara
kimi wo mitsuketa yo

everything about you, [2]
guess I don’t really know
even so, from one hundred million
I still found you [3]

konkyo wa nai kedo
honki de omotterun da

although i’m not really sure, [4]
i’m seriously thinking about it

sasai na iiai mo nakute wararai, wararai
onaji jikan wo ikite nado ikenai
sunao ni narenai nara
yorokobi mo kanashimi mo munashii dake

if slight quarrels may lose our laughters
then we must not live in the same moment of time
if we can’t be honest to each other [5]
happiness and sadness are just empty

konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
futari no kodoku wo wake au koto ga dekita no kai

powdered-snow, until our hearts become white-dyed
let us meet so that we can share our loneliness

boku wa kimi no kokoro ni, mimi wo oshiatete
sono koe no suru hou e sutto fukaku made
orite yukitai, soko de mou ichido aou

i want to put my ears into your heart
to hear the voice that gently leads into the depth
i want to go descend, and let us meet once again there

wakariaitai nante morarai, morarai
uwabe wo nadete ita no wa boku no hou
kimi no kajikanda te mo
nigirishimeru koto dake de tsunagatteta no ni

although I say that I want to understand,
but I can only stroke the surface of my words
even your hands that have become cold,
only by holding them tightly, we were connected

konayuki nee eien wo mae ni amari ni moroku
zaratsuku ASUFARUTO no ue shimi ni natte yuku yo [6]


powdered-snow, even too fragile before the eternity
fell and became stain upon the rough asphalt

konayuki nee toki ni tayorinaku kokoro wa yureru
soredemo boku wa kimi no koto mamoritsudzuketai…

powdered-snow, in such time unreliable, shaking my heart
even so, I want to keep on protecting you…

konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
futari no kodoku wo tsutsume sora ni kaesu kara…

powdered-snow, until our hearts become white-dyed
wrap up our loneliness, return it to the sky…

Selasa, 05 Juli 2011

Seuntai Cerita Sebuah Perjalanan

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 23.36 0 komentar

Perjalanan gue hari ini ke semarang sedikit berkesan. Awalnya sih emang rada sedikit bete, gue juga nggak tau kenapa. Gue juga heran sama diri gue sendiri gue, selalu nggak punya alasan untuk apapun. Gue suka ini tanpa alasan, gue nggak suka itu tanpa alasan, gue benci ini tanpa alasan. Gue juga nggak tau kenapa, gue cuma ngrasa terkadang sesuatu itu emang nggak membutuhkan penjelasan. Emang salah kalo kita suka ato nggak suka sama sesuatu, biarlah itu terjadi begitu aja, suka ya suka, nggak suka ya nggak suka, udah, habis perkara kan?? Kok malah bahas ini, gue kan mau cerita soal perjalanan gue ke semarang hari ini. Gue tadi melintas di kebun kopi yang sedang berbunga. Wow! Keren, senyum gue mengembang tak ada habisnya ngliatin hamparan bunga putih yang super duper wangi. Jadi teringat musim salju di Eropa sana. Putih dimana-mana. Persis kayak salju. Cuman ini lebih wangi. Salju wangi nggak ya? Tau deh, liat salju aja lum pernah, wangi to nggak ya mana gue tau.
Tapi beneran deh, wangi banget. Ngingetin gue ke masa kecil gue yang hobi manjatin pohon kopi. Bokap dulu punya pohon kopi. Beberapa, kalo berbunga bagus banget, wanginya sama. Trus kalo uda berbuah, pasti gue suka banget manjatin tu pohon. Kangen banget ma masa-masa itu. Indah. Hampir 2 km gue diiringi bau wangi itu, menenangkan. Kata bapak kondekturnya “wangi banget, ki seng jenenge ambune suwargo (wangi banget, ni yang namanya bau surga)”. Denga senyum mengembang dia bilang kayak gitu. Gue mengiyakan aja, gue sendiri juga nggak tau surga itu wanginya kayak apa. Liat surga aja belum, he he. Tapi sedikit banyak gue setuju. Wangi ini mungkin mewakili wangi surga, menenangkan dan membawa kedamaian. Bapak kondektur kembali menekuni kertas yang sejak tadi dipegangnya, gue biarkan bapak itu sibuk dengan pekerjaan. Gue kembali menatap hamparan pohon kopi. Membentuk perbukitan, keren! Salah satu pengalaman menarik saat gue naik bus. Biasanya kan penuh sesak, bau-bauan aneh, asap rokok. Dengan pemandangan bunga kopi yang putih dan semerbak mewangi, sedikit memberikan sentuhan indah dalam perjalanan gue. Hemmmmhhh... nggak sabar pengen ngeliat pemandangan itu lagi, moga aja pas gue pulang ntar, pohon-pohon kopi itu masih berbunga.... indahnyaaaaa.... :)
 

surat dari kolong meja

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 01.54 0 komentar

Wahai laki-laki,
Yang setidaknya pernah menjadi mantan calon pacarku...
Perlu ku kabarkan padamu betapa hari ini kondisiku sehat-sehat saja. Memang sedikit agak lesu, lelah dan tak tahu harus melakukan apa, tapi secara umum baik-baik saja. Aku barusan tidur di kolong meja. Tidak, tidak membayangkanmu, tapi juga tidak membayangkan siapa-siapa, atau hal lain apapun. Karena aku lesu. Aku hanya kepengen tidur. Membuang semua kesibukan, kepenatan dan semua hal yang membuatku mual di dunia ini. Wahai laki-laki mantan calon pacarku, aku tahu kamu sama sekali nggak peduli dengan semua yang kukabarkan padamu. Karena aku kan bukan siapa-siapamu, dan kamupun bukan siapa-siapaku. Hanya laki-laki mantan calon pacarku. Tapi apa salahnya mengabarkan hal ini padamu. Aku ingin memngabarkan ini pada siapapun. Apalagi kau, laki-laki mantan calon pacarku. Sebab aku percaya kau masih mengingatku. Yang pernah nyampulin buku bahasa inggris punyamu. Tapi, mengapa kau seolah-olah lupa kan akan kehadiranku? Aku takkan menuntut banyak. Yang kurindukan hanyalah perhatianmu, ha..ha.. tapi jangan percaya dan terkecoh, itu Cuma kalimat iklan produk lampu yang aku kutip. Tentu saja, aku tak membayankan diriku akan sepenting itu untukmu. Walau sebetulnya aku ingin. Tapi kenyataannyaapa yang aku inginkan tak pernah terjadi. Makanya kau hanya menjadi mantan calon pacarku. Dan aku perempuan mantan calon pacarmu. Andai aku boleh bertanya, sebetulnya aku ingin sekali bertanya. Sebab sampai kini aku tak pernah mengerti mengapa kau tak mau menjadikanku pacarmu. Apakah aku terlalu pendek untukmu? Terlalu gemuk? Terlalu bodoh? Ato terlalu miskin? Mungkin terlalu pendek atau juga terlalu miskin. Tetapi setauku kau bukan tipe laki-laki yang memamndang eksistensi seseorang dari materi. Kaupun bahkan sangat bersahaja. Apa adanya. Kau type laki-laki yang cerdas, rasional, mandiri, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Bahkan cara berpikirmupun sangat moderat. Itu sebabnya aku hampir tak pernah melihat kekuranganmu. Pun seandainya nilai-nilai itu masuk ke wilayah yng sifatnya fisik. Matamu bagus. Rada sipit sih. Hidung satu. Mulut juga satu. Nggak lebih. Dan wajahmu oval seperti telur ayam kampung. Salahkah bila aku mencintaimu? Walau kau sendiri, seperti yang semua orang tau, tak pernah menggubrisku sedikitpun. Tapi itu tak penting buatku. Terpenting aku bisa mencintaimu. Itu membuatku bahagia. Membayangkanmu, mengenangmu, mengingatmu kala tersenyum, membuatku kuat. Bersemangat. Menghadapi segala rintangan, segala tantangan dan mengalahkannya. Cinta, tentu saja dlam pandangan orang banyak, membuat kuat. Sekalipun cinta itu adalah cinta yang tak terbalas. Seperti hari ini, aku terpuruk di kolong meja. Sambil berusaha menepis segala kelesuanku. Syukur aku bisa menulis puisi dan mempersembahkannya padamu sebagai laki-laki mantan calon pacarku. Tapi dimanakah kini dirimu? Hingga aku cari kau ke langit, ku hanya dengar nyanyian burung. Ku cari kau ke laut, ku hanya temukan ikan-ikan. Kucoba mencarimu ke hutan, ku hanya dengar auman sang raja rimba. Jadi sebenarnya dimana kau berada? Mengapa aku begitu merindukan dan mencintaimu? Apa itu salah.....???
            Surat ini, nggak akan pernah sampai padamu wahai laki-laki mantan calon pacarku. Kau tak perlu khawatir waktumu akan terbuang sia-sia membaca surat dariku ini, karena aku tau akan tak akan sanggup menyelesaikan surat ini. Aku terlalu lesu untuk itu. Maka dari itu biarlah kulanjutkan tidurku dikolong meja ini, dengan surat yang takkan pernah sampai ini.......
 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea