Sabtu, 22 Desember 2012

In My Dream (part 2)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 07.01

Kenapa Dong Hae ada disana? ini lanjutannya In My dream part 2... Have a nice reading... ^^

Taman.
Aku masih terisak saat kami duduk di taman. Dong Hae memberiku sebotol air mineral. Aku hanya memegangnya. Aku tidak bisa memikirkan apa-apa sekarang.
“Ya, kenapa kau tidak meminumnya, itu adalah minuman berharga dariku,”
“Mwo ya? Ini kan hanya air mineral?”
“Apapun yang berasal dari Lee Dong Hae akan menjadi benda yang sangat berharga,”
“Apa-apaan itu? Gumawo,”
Dong Hae hanya menatapku. Aku memandang sepatuku. Kami berdua terdiam.
“Apa yang dia inginkan? Kenapa dia melakukan hal itu? Kenapa dia tidak mengatakan padaku saja kalau dia ingin berpisah? Kenapa harus dengan cara seperti ini? Apa dia tidak bisa menghargaiku sedikit saja? Kenapa harus seperti ini?” air mataku kembali mengalir. Kali ini aku hanya terisak pelan. Aku sebenarya tidak ingin menangis.
“500 won,”
“Ng??”
“Kau harus membayarku 500 won karena kau sudah menangis di pundakku, dan kapanpun kau menangis di depanku, kau harus membayarku 500 won, araji?”
“Apa itu? Memangnya kau ini mesin minuman? Kenapa aku harus membayarmu?”
“geurom, aku adalah mesin minuman, jadi kau harus membayar,”
“Aku lebih baik tidak menangis daripada harus membayarmu 500 won, huh,”
“Makanya kau jangan menangis,” kata Dong Hae pelan.
“Wae yo?”
“Jangan salah paham, kau tidak tahu, kau jelek sekali saat menangis, kau tidak kasihan pada orang-orang yang melihatmu?”
“Mwo? Kenapa kau ini selalu mengejekku?”
“Karena kau bodoh,” dia tertawa. Entah saat dia tertawa, dia terlihat lebih baik.
*****************************************************************
Aku masih belum bisa menghubungi Kai. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal padanya. Kami sudah berteman sangat lama, aku tidak ingin persahabatan kami berhenti begitu saja. Aku berjalan ke arah ruang olahraga. Pelajaran olahraga sudah selesai, aku masih memakai pakaian olahragaku.
“Ya, kau yang disuruh Pak Kim kemari?” tiba-tiba seorang guru memanggilku.
“Ne??”
“Sudah cepat, ambil bolanya dan bermainlah dengan baik,”
Pak guru itu meniup peluit saat aku bahkan tidak mengerti apa yang terjadi. Dan saat itu juga aku berada  dalam sebuah permainan basket. Aku masih belum menyadari situasiku saat tiba-tiba seseorang merebut bola dari tanganku. Akupun berusaha keluar dari lapangan. Tapi seseorang mengoper bola padaku. Aku tidak tahu apa yang kulakukan. Seseorang menyuruhku untuk mendrible bola. Saat itulah untuk pertama kalinya setelah 4 tahun aku berlari sambil mendrible bola. Aku pernah takut untuk bermain bola basket karena aku penah hampir membuat lubang di kepalaku gara-gara bermain basket. Sejak saat itu aku begitu membenci basket yang sangat kusukai. Aku pernah bercita-cita menjadi atlet basket nasional di negeri ini. Tapi kemudian aku menguburnya dan melupakan basket. Tapi ternyata aku sangat merindukan permainan itu. Dan kini setelah sekian lama aku bermain basket lagi. Rasanya seperti hidup kembali. Selalu menyenangkan untuk bermain basket. Tim kami menang pada akhir pertandingan.
“Baiklah, pengumuman akan keluar minggu depan, kalian telah bekerja keras, beristirahatlah dengan baik,”
Apanya yang pengumuman?
“Pengumuman apa?” tanyaku pada seorang yeoja di sampingku.
“Mollaseoyo? Tentu saja pengumuman siapa yang bisa masuk tim inti basket sekolah kita, kau berharap bisa masuk kan? Aku sangat berharap bisa masuk, ah, Kang Hye Ri imnida, kau?”
“Ah, Shin Ji Hyun eyo, mollagesoyo, aku hanya mampir tadi,” jadi ini seleksi untuk masuk tim inti? Apa yang sudah kulakukan?
“Kau hanya mampir tapi bermain sangat mengesankan, bagaimana bisa?”
“Jjinjja?”
“Jongmal yo, kau di asrama mana?”
“Aku asrama 2,”
“Nado, gachi ga yo?”
“Oh, ne, kajja,”
Kami mengobrol banyak saat perjalanan kembali ke kamar. Dia ternyata pemain basket pro saat SMP. Dia terlihat seorang yang baik. Dia ada di kelas sebelah dan kami berjanji akan berlatih bersama. Aku akan bermain basket lagi, gwaenchana??
Aku sedang mengerjakan PR ku di kelas pagi ini. Aku kecapekan gara-gara bermain basket. Aku langsung tidur semalam. Aku tak sempat mengerjakan PR ku. Tiba-tiba Hyuk Jae datang mengagetkanku.
“Ya, Ji Hyun, kau ikut seleksi tim basket inti, kenapa tidak bilang padaku??”
“Oh, itu, aku..,”
“Gwaenchana, aku senang kau ikut. Ya, kita bisa berlatih bersama,”
“Ah. Geureyo,”
Aku kembali mengerjakan PR ku. Hari ini kelas terasa membosankan. Entah apa yang dijelaskan oleh Pak Guru Angker itu. Sepertinya dia hanya berteriak-teriak saja dari tadi. Aku menoleh ke belakang melihat Dong Hae. Dia tidur. Hyuk Jae juga hampir tertidur. Kelas sunyi senyap, hanya suara Pak Guru Angker itu yang menggelegar ke seluruh kelas. Kenapa lama sekali kelas berakhir? Kelas berikutnya juga sama saja. Aku tidak tahu nama guru yang mengajar, tapi sepertinya dia mengajar sastra, dia membaca puisi yang sangat aneh. Dia juga menyuruh kami membuat puisi tentang kacang tanah. Dia pikir kami semua ini petani?
Akhirnya setelah serangkaian kebosanan, kelas pun berakhir. Aku bernafas lega. Sepertinya semua siswa melakukan hal yang sama. Aku tidak tahu apa yang ingin kulakukan hari ini. Aku berjalan menyusuri jalan di pinggir lapangan sepak bola. Sudah hampir musim gugur tapi kenapa masih panas sekali? Aku berusaha menelepon Kai, tapi masih tetap tidak bisa. Aku belum menceritakan hal ini pada Sulli dan Henry. Aku tidak ingin mereka tahu. Aku ingin menyelesaikan semua ini sendiri.
Akhirnya hari itu aku hanya tenggelam dalam laptopku. Aku melihat beberapa foto saat kami masih SMP, ada aku, Sulli, Henry, dan Kai. Aku merindukan masa-masa itu. Saat kami masih bersama-sama. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, tak ada seorangpun dikamar ini selain aku, aku menuruni tangga dan membuka pintu. Kang Hye Ri berdiri dengan senyum lebar, dia memakai seragam olahraga.
“Annyeong! Wae kau masih disini? Hari ini pengumuman siapa yang lolos masuk tim inti, ayo kita ke gedung olahraga,”
“Jigeum? Kupikir masih lama, ne, aku pakai sepatuku dulu, apa perlu aku berganti seragam olahraga?” aku hanya memakai kaos dan celana pedek saat itu.
“Ah, tidak perlu, pallee,”
“Ne,”
Aku memakai jaket dan sepatuku. Kami pergi bersama-sama ke gedung olahraga. Hari sudah hampir malam ternyata. Kenapa cepat sekali. Sekolah kami ramai saat malam. Beberapa siswa lebih memilih aktivitas di malam hari dengan alasan panas saat siang hari. Beberapa siswa sudah berkumpul di lapangan basket. Ada Hyuk Jae juga, dia melambai padaku. Aku hanya tersenyum. Dia terlihat bersemangat sekali. Akankah aku masuk tim inti? Aku takut memulai semua ini, bayangan itu tidak pernah bisa hilang dari kepalaku.
Kami berbaris di tengah lapangan basket dan mendengarkan instruksi dari pelatih. Hanya 12 orang yang akan terpilih dari keseluruhan 30 siswa yang ikut seleksi. 6 dari siswa laki-laki dan 6 dari siswa perempuan. Entah aku ingin terpilih atau tidak. Aku ingin bermain basket, tapi aku masih benar-benar belum bisa menghapus luka itu. Bahkan sampai sekarang bekas lubang di kepalaku masih sering sakit. Aku takut, aku benar-benar takut. Bayangan aku tergeletak di tengah lapangan dengan darah mengalir deras dari kepalaku masih sangat melekat.
Pelatih mulai mengumumkan nama-nama siswa yang terpilih masuk tim inti. Aku tidak begitu memperhatikan. Aku sibuk dengan pikiran dan ketakutanku. Apa sebaiknya aku mengundurkan diri? Kenapa juga kemarin aku ke gedung olahraga? Dan siapa Pak Kim ynag menyuruhku untuk berman basket? Semua ini aneh. Aku sudah bertekad untuk tidak mengikuti apapun, tapi kenapa semuanya jadi seperti ini?
“Kang Hye Ri, kau masuk tim inti,” kata pelatih.
Muka Hye Ri menjadi sangat cerah. Dia memelukku. Ternyata pelatih sudah mengumumkan siswa perempuan yang masuk tim inti. 
“Kau dengar itu, aku masuk tim inti,”
“Ne, chukkae yo,”
“Dan yang terakhir masuk tim inti perempuan adalah Shin Ji Hyun,”
Aku sangat terkejut.
“Jeoneun??”
“Ne, semoga kalian bisa bekerja sama untuk menang dalam turnamen nanti, latihan akan dimulai satu minggu lagi, persiapkanlah diri kalian”
Hye Ri kembali memelukku. Aku masih berdiri mematung. Kenapa aku terpilih?
“Kau dengar itu Ji Hyun? Kita masuk tim inti. Kita akan bermain basket bersama, pasti akan sangat menyenangkan, ne?”
“Oh. Ne,”
“Ya, Ji Hyun-aa, kita akan berlatih bersama mulai sekarang, kita tim inti,” Hyuk Jae datang dan memukul lenganku pelan.
“Kau juga masuk tim inti?”
“Kau kemana saja? Aku adalah yang pertama masuk tim inti, kau tidak dengar tadi?”
“Oh, aku sepertinya terlalu gugup tadi, chukkae yo,”
Aku berjalan menyusuri jalan setapak di sebelah lapangan sepakbola. Seharusnya aku kembali ke asrama bersama Hye Ri, tapi dia tiba-tiba harus ke perpustakaan. Aku menelepon eonnieku.
“Ya, Ji Hyun-aa, kenapa baru sekarang menelepon?? Kau tahu betapa aku ingin mendengar suaramu! Kau belum menceritakan apapun tentang sekolahmu. Kau sekamar dengan siapa? Bagaimana guru disana? Apa kau pernah dihukum? Apa kau sudah menemukan seorang pria disana? Ya, kenapa kau diam saja?” suara eonni terdengar sangat keras. Dia memang sangat cerewet.
“Ya eonnie, aku harus menjawab pertanyaan yang mana dulu? Kau seperti polisi, ka uterus bertanya seperti burung beo, naneun bogoshippo yo,”
Eonnie terdiam. Tidak ada yang bicara diantara kami untuk beberapa saat.
“Nado, eomma sangat merindukanmu, appa juga, kau sehat kan?”
“Hemm. Eonnie?”
“Ne?”
“Kau ingat saat aku hampir mati karena terjatuh saat bermain basket?”
“Ne, kau seperti bisa mati kapanpun. Kau tahu betapa khawatirnya aku? Aku menangis selama tiga hari di pangkuan eomma karena kau tak kunjung sadar, saat itu aku berani bertukar apapun asal kau bisa sadar kembali. Dan setelah kau sadar, kami semua sangat lega. Sejak saat itu kami melarangmu bermain basket. Dan saat kau melihat bola basket kau akan menangis sampai menjerit-jerit. Ayah melarangmu untuk bermain basket sampai bilang ke guru agar mengizinkanmu tidak mengikuti basket. Wae? Kenapa kau bertanya tentang ini?”
Tak terasa air mataku sudah mengalir. Aku berusaha untuk tidak terdengar seperti menangis.
“Aniyo. Eonnie, kadang aku sangat ingin bermain basket, arayo?”
“Ji Hyun-aa. Gwaenchana? Apa ada yang terjadi?”
Eonnie benar-benar bisa membaca suasana dengan baik.
“Opseoyo, lagipula apa yang bisa terjadi? Naneun gwaenchana, jongmal gwaenchana.” Aku menghapus air mataku. “Eonnie, saranghae.”
“Mwo ya? Kau ini kenapa sih?”
“Ani. Eonnie, aku akan mengikuti kata hatiku. Aku harus mandiri dan jadi diriku sendiri kan? Aku tidak ingin jadi bayangamu terus, aku juga bisa hidup tanpa kau yang membantuku, kekekeke,”
“Kau ini benar-benar, kau tahu, aku sering tidur di kamarmu, aku benar-benar kesepian di rumah. Pulanglah di akhir pekan, aku rindu ingin menjahilimu,”
“Ya, kenapa kau suka sekali menyiksaku? Kau menyuruhku pulang hanya untuk kau siksa? Seharusnya kau yang mengunjungiku, kenapa tidak ada yang mengunjungiku?”
“Kau ini. Kau ingin bicara dengan eomma atau appa? Mereka sedang nonton televisi sekarang,”
“Aniyo, aku hanya ingin ngobrol denganmu. Aku akan menelepon mereka nanti.
Kami diam beberapa saat.
“Ji Hyun-aa,”
“Ne?”
“Kalau kau ingin bermain basket lagi, kau main saja. Siapa yang peduli dengan lubang di kepalamu, bukankah itu impianmu?”
“Eonnie,” aku sangat terkejut mendengar perkataan eonnie.
“Naneun ara yo, kau selalu ingin bermain basket, kau memang masih takut, tapi bukankah ketakutan harus dihadapi? Kau tidak boleh kalah oleh ketakutan, dengarkan hatimu,”
“Eonnie, mollayo, aku masih belum tahu, tapi mungkin aku akan memikirkannya, bagaimana kau bisa tahu?”
“Kau tahu akau ini selalu tahu, Ji Hyun-aa, hwaiting!!!”
“Ya, kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba aneh?”
“Aishh, kau ini, bukankah kau yang mulai?”
Beberapa saat kemudian kami masih bertengkar dan saling mengejek. Aku tidak tahu kalau seseorang mendengarkan pembicaraan kami. Aku sedikit lega bisa bercerita pada eonnie, dan mungkin aku bisa memulainya sekali lagi.
*******************************************************************
Aku sedang mengobrol dengan Hyuk Jae di kantin saat tiba-tiba seorang jeoya berlari ke arah meja kami.
“Ya, kau lihat Dong Hae Oppa? Dimana dia?”
Aku dan Hyuk Jae saling menatap. Kenapa yeoja ini?
“Mollayo, nugu ya?”
Bukannya menjawab dia malah melotot ke arahku.
“Mollagesoyo?” dia tiba-tiba melakukan tarian yang menurutku agak aneh.
Aku dan Hyuk Jae kembali saling menatap.
“Kau masih juga tidak tahu? Jongmal mollagesoyo? Aigo, aku tidak percaya ini, kau benar-benar tidak tahu siapa aku? Bagaimana bisa ada yang tidak tahu siapa aku, kau dari planet mana?”
“Mianhae, tapi aku benar-benar tidak tahu kau ini siapa,” kata Hyuk Jae.
“Kalian tidak tahu internet itu apa? Kalian tidak pernah menonton televisi? Apa kalian tahu Kim Ha Ra?”
Aku dan Hyuk Jae menggeleng dengan penuh kepolosan. Aku benar-benar tidak tahu siapa dia ini.
“Ah, lupakan,”
“Ha Ra-aa, kenapa kau disini? “
Tiba-tiba Lee Dong Hae datang.
“Oppa-aa!!!” yeoja itu berteriak manja dan menggelayut di lengan Lee Dong Hae. Apa-apaan sih yeoja ini? “Kenapa tidak menjawab teleponku??”
“Apa aku harus menjawab teleponmu? Sudah sana pulang, kalau ketahuan bisa ada masalah,” Dong Hae mendorong yeoja itu keluar dari kantin.
Kenapa yeoja itu aneh sekali? Aku dan Hyuk Jae melanjutkan makan kami sambil mengobrol tentang latiha basket dua minggu lagi. Aku masih tetap takut dan bimbang untuk bermain basket lagi. Aku takut appa akan menentangku. Karena dari semua orang yang paling menentagku bermain basket adalah appa. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa ikut seleksi itu. Rasanya semua ini aneh.
Sulli mengajakku keluar sore itu. Aku setuju saja dengan idenya. Dan disinilah kami sekarang. Mandi uap di sauna. Wah, menyegarkan sekali.
“Kenapa mengajakku kesini?”
“Wae? Kau tidak suka? Aku hanya rindu padamu, kita jadi jarang pergi sekarang,”
“Ne, kau benar,”
“Ada berita apa di sekolahmu? Apa ada cowok tampan disana?”
“Kau bisa memili sesukamu, cowok-cowok disana sangat tampan dan penuh gaya, aku saja sampai heran,”
“Wah sepertinya menyenangkan juga di sana, ah, ne, kabar Kai bagaimana?”
Aku yang sedang makan telur langsung tersedak. Ah, kenapa Sulli bertanya tentang itu? Aku harus jawab apa?
“Oh, dia.. dia sedang sangat sibuk dengan kegiatan barunya, aku jarang bertemu dengannya, iya begitulah,”
“Apa maksudmu begitulah? Kalian baik-baik saja kan? Hanya saja aku jarang mendengar kabar darinya,”
“Ne, kami baik-baik saja, dia sibuk jadi agak jarang menghubungi kita,”
Aku berusaha memperlihatkan kalau kami baik-baik saja. Jadi Kai juga tidak menghubungi Sulli dan Henry. Apa yang harus kulakukan?
“Ah Ji Hyun-aa, apa benar Lee Dong Hae sekelas dengamu? Ceritakan padaku dia seperti apa?”
“Ah, dia biasa saja, dia sanagt terkenal di sekolahku, banyak yeoja mengejarnya, dia duduk di belakangku, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku selalu punya banyak hal yang kupikirkan saat bertemu dengannya, tapi saat benar-benar bertemu dengannya aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak pernah benar-benar ngobrol dengannya,” aku sedikit berbohong pada Sulli, kenyataannya dia pernah memelukku di pusat perbelanjaan.
“Ne, kau benar, akan sangat membingungkan saat bertemu idola, apa dia benar-benar tampan sepert di televisi,”
“Ummm, sepertinya dia lebih tampan di dunia nyata, bahkan dia sangat tampan, dia benar-benar memiliki charisma, dia sangat menawan, kau harus melihatnya sendiri,”
“Ya, kau tidak benar-benar terpesona olehnya kan?”
“Mwo? Ani, aku hanya menyukainya sebagai idolaku, kenapa aku harus menyukainya?”
“Geure, kau jangan benar-benar menyukainya, pasti akan banyak masalah,”
“Mwo ya?”

Setelah dari sauna, kamu pergi ke toko buku. Kami memang sering ke toko buku, kami bukannya ingin membeli buku, kami hanya menumpang membaca di sana. Kami sedang asyik membaca buku saat aku melihat Kai dengan seorang yeoja. 

To be continued...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea