Selasa, 11 Desember 2012

Miracle (Part 2)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 02.42

Yey Yatta.. lnjutan Miracle udah ada, ini Part 2 nya... 
Cerita kemaren si Kyuhyun minta si Hye Soo buat jadi pacar pura-puranya, apa ya jawabannya? ini dia.. check this out....


..........
“Kenapa kau diam saja?”
“Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku bingung karena kau tiba-tiba mengatakan semua ini,” aku benar-benar bingung. Ini semua di luar dugaanku.
“Kau tinggal jawab iya atau tidak, apa sulit untukmu menjadi pacar pura-pura untukku?”
“Lalu kenapa aku harus membantumu? Apa untungnya buatku? Aku tidak bisa,”
Aku berbalik meninggalkannya. Dia benar-benar menyebalkan. Apa salahku sampai harus menjadi yojachingu pura-pura untuknya? Lebih baik aku focus pada kompetisiku. Aku berlari pulang. Dia bukan urusanku.
Aku berada di rumah Yoo Jin. Dan ternyata aku masih memikirkan permintaan Kyuhyun. Aku ingin bercerita pada Yoo Jin. Tapi entahlah, aku merasa tidak mampu untuk bercerita pada Yoo Jin. Ini masalahku, aku tidak ingin Yoo Jin ikut bingung.
“Yoo Jin-aa, apa kau sudah punya namjachingu?”
Yoo Jin yang sedang mengerjakan soal berhenti menulis dan menatapku. Aku duduk di bibir jendela menatap jalan rumah Yoo Jin.
“Kenapa tiba-tiba Tanya begitu? Tentu saja aku tidak punya, aku tidak aka punya namjachingu kalo aku tidak mencintai seorang namja. Kau kenapa sih?” Yoo Jin terlihat sangat heran.
“Jadi harus mencintai seseorang ya biar bisa memiliki kekasih?”
“Tentu saja, bagaimana bisa sepasang kekasih tidak saling mencintai? Tidak ada yang seperti itu di dunia ini,”
“Kalau kekasih pura=pura, apa kau pernah dengar itu?”
“Ya, Hye Soo-aa, kau ini kenapa? Mana ada di dunia ini kekasih pura-pura? Itu hanya ada dalam film saja. Sudahlah, jangan bicara macam-macam, bukankah kau ada janji dengan Seungri-ssi?”
“Ah, geureyo, aku harus menemui Seungri, aku pergi dulu Yoo Jin, jalga,”
“Ne, hati-hati ya,”
Aku mengambil sepedaku dan melesat kea rah taman kota. Aku tidak boleh terlalu memikirkan ini, aku harus focus pada kompetisi ini, Seungri sudah sangat bersemangat, aku tidak boleh mengecewakannya. Aku melihat Seungri sedang bermain bola dengan anak kecil. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Dia terlihat sangat manis dengan senyum kekanak-kanakannya. Andwe, apa yang kupikirkan. Aku memarkir sepedaku dan menghampiri Seungri.
“Annyeong, kalian terlihat senang sekali?”
“Annyeong, Hye Soo-aa, dia mengajakku bermain, dan karena  kau belum datang, aku menemaninya bermain, namanya Na Rie. Na Rie-aa beri salam pada Hye Soo nuna,”
“Annyeonghaseyo, nuna,” sapanya ramah.
“Ne, Na Rie, kau imut sekali,”
Na Rie dipanggil ibunya, aku dan Seungri menuju ke bangku taman. Seungri membawa laptopnya. Dia memperlihatkan padaku banyak couple dance. Dia benar-benar mempersiapkannya. Dan hari itu kami mulai berlatih. Kami berlatih tiap pulang sekolah. Kami berlatih di taman, kadang di rumahku. Terkadang kami meminta saran pada Kak Eunhyuk, dia dengan senang hati membantu kami. Saat melihat Kak Eunhyuk dan Seungri menari bersama, rasanya menyenangkan sekali. Mereka benar-benar berbakat.
Untukku sendiri, menari adalah impianku. Aku sebenarnya tidak terlalu peduli pada kompetisi itu. Aku haya ingin menari. Aku akan pergi kemanapun dimana aku bisa menari. Saat berlatih pun aku menari seolah-olah aku sudah berada pada kompetisi itu. Ayah pernah melarangku menari, tapi ayah tidak akan pernah mengerti, aku sudah bertekad akan menjadikan menari sebagai hidupku.
Kompetisi tinggal seminggu lagi. Aku dan Seungri optimis akan memenangkan kompetisi ini. Hari ini Seungri tidak bisa berlatih karena ada urusan. Dia tidak mengatakan apa urusannya. Ya sudhalah, aku pulang saja. Aku akan memasak untuk Kak Eunhyuk saja. Tiba-tiba seseorang menarik tanganku,
“Hye Soo-ssi, gidarida,”
Kyuhyun berdiri di belakangku. Dia menatapku tajam.
“Wae? Aku kan sudah bilang, aku tidak mau, mianhae, aku tidak bisa membantumu,” aku mencoba melepaskan cengkraman Kyuhyun.
“Apa alasanmu? Bukankah mudah berpura-pura menjadi yojachinguku?”
“Aku tidak mau, aku tidak mau menyebabkan masalah, percayalah, berbohong tidak pernah membawa kebaikan, sudah lepaskan tanganku,”
“Siapa yang berbohong?”
“Ya! Kau pikir berpura-pura pacaran tidak berbohong? Kita akan membohongi orang tuamu, dan semua orang, aku tidak ingin seperti itu, kau tidak akan pernah mengerti rasanya dibohongi,”
Perlahan dia melepaskan tanganku. Akupun meninggalkannya.
Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Kenapa kalau dia tidak mau dijodohkan, kenapa dia tidak bilang saja kalau dia tidak mau? Kenapa malah ingin berbohong? Siapa yang dijodohkan dengannya. Kenapa orang tuanya menjodohkan dia? Dia kan masih sekolah? Apa mereka pikir tahun 2012 benar-benar akan kiamat? Ah, sudahlah, itu bukan urusanku. Aku hendak menelepon Kak Eunhyuk saat kusadari ponselku tidak ada. Aku teringat, ponselku tertnggal di laci mejaku. Aiiissh, kenapa harus tertinggal? Aku berbalik kemabli ke kelas. Untung saja kelas belum dikunci. Benar kan, tertinggal di laci.
Saat berjalan ke arah gerbang, aku mendengar suara bola basket. Aku penasaran dan melihat kearah lapangan basket. Ada Kyuhyun disana. Sedang bermain basket seorang diri. Saat melihatnya bermain basket, ada perasaan yang aneh. Dia terlihat sangat berbeda. Wajahnya serius penuh semangat, penuh tekad dan tampan. Dia bermain basket seakan bola basket adalah bagian dari dirinya. Permainannya lembut tapi tegas, setiap tembakan masuk, gerakan tubuhnya, benar-benar permainan professional. Aku mungkin tidak menyukai basket, tapi aku cukup tahu permainan bola basket, dan Kyuhyun benar-benar melalukannya dengan sangat baik.
Aku masih terpana saat Kyuhyun berjalan kearahku, kenapa aku tiba-tiba gugup seperti ini. Aku berdiri mematung.
“Kau lihat apa?” Tanya Kyuhyun tiba-tiba.
“Oh, ani, aku hanya lewat saja, sudah ya, aku harus pergi,” aku cepat-cepat meninggalkannya.
“Ya, kau benar-benar tidak bisa mempertimbangkan permintaanku?”
Aku tidak menoleh, aku hanya menggeleng sambil terus berlari menjauh.
***************************************************************
Seungri terlihat pucat hari ini. Dia tidak ceria seperti biasanya. Dia hanya diam saat aku memperlihatkan foto kostum yang akan kita pakai saat couple dance competition nanti.
“Seungri-aa, gwaenchana? Kau terlihat pucat, apa kau sakit?”
“Ani, naneun gwaenchana yo, jongmal,” katanya meyakinkanku.
“Tapi kau pucat, kau harus ke ruang kesehatan, perawat harus memeriksamu,” kupegang dahinya, “aigooo, kau panas sekali, Yoo Jin-aa, bantu aku membawa Seungri ke ruang kesehatan,”
Aku dan Yoo Jin menuntun seungri dan membawanya ke ruang kesehatan. Dia ini kenapa sih? Sakit kenapa masih saja berangkat ke sekolah? Seharusnya dia ke dokter dan beristirahat di rumah. Bagaimana kalau sesuatu terjadi padanya? Kenapa pula aku sepanik ini? Pikiranku benar-benar kacau pagi ini. Sesampai di ruang kesehatan, seorang perawat sekolah memeriksanya. Aku harap-harap cemas menunggu hasil pemeriksaan.
“Dia hanya demam, terlalu capek dan butuh banyak istirahat, sementara ini biarka dia tidur,” kata perawat sebelum pergi meninggalkan kami.
“Ne, khamsahamnida,” kami membungkuk sebentar dan melihat keadaan Seungri.
Wajahnya sangat pucat dan badannya lemah. Apa yang dia lakukan sampai seperti ini? Dia seperti bisa mati kapan saja. Yoo Jin pergi untuk menemui guru dan mengijinkan Seungri untuk tidak mengikuti pelajaran.  Aku pun akhirnya kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran dengan pikiran kusut. Saat istirahat, aku dan Yoo Jin pergi ke ruang kesehatan. Seungri mulai bangun saat aku menghampirinya.
“Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?” tanyaku.
“Aku baik-baik saja, gomawo,” jawabnya lemah.
“Apa yang kau lakukan, kenapa bisa sakit?” tanyaku khawatir.
“Sepertinya aku berlatih terlalu keras, hehehe… Kita kan harus menang, ne?” katanya kembali menunjukkan wajah jahilnya.
“Kau ini masih bercanda di saat seperti ini, kau jangan memaksakan dirimu, kalau kau lelah, istirahatlah, hanya kau yang tahu keadaan tubuhmu, jangan siksa dirimu, kita harus menang bukan berarti melukai diri sendiri kan?” jelasku panjang lebar.
“Kenapa kau jadi cerewet sekali? Eomma ku saja tidak pernah secerewet ini,”
“Apa kau bilang? Aku cerewet?”
“Kalian kapan berhenti, ini makanlah!”
Yoo Jin memberi kami sandwich yang lezat.
“Ah, Hye Soo-aa, bagaimana dengan kostum kita?” Tanya Seungri tiba-tiba.
“Kau tenang saja, aku sudah menyiapkannya,”
“Kau daebak,”
Aku senang Seungri baik-baik saja. Aku sudah hampir mati karena mengkhawatirkannya. Kenapa aku begitu khawatir dia sakit? Apa aku khawatir karena dia partner menariku atau aku khawatir karena… Ah dia kan sahabatku, wajar kalau aku khawatir saat dia sakit.
“Kenapa kau begitu mengkhawatirkan Seungri?”
Aku menoleh karena kaget.
“Busun mariya?” jangan-jangan dia membaca pikiranku.
“Kulihat kau sangat mengkhawatirkannya, aneh juga, dia kan hanya demam biasa, tidur sebentar juga sembuh, kenapa begitu khawatir?” Tanya Kyuhyun dengan nada sedih, yang entah hanya perasaanku saja atau memang terdengar seperti itu.
“Tentu saja aku mengkhawatirkannya, dia sahabatku,”
Kyuhyun tersenyum tipis. Kenapa dia? Kenapa aku dikelilingi orang-orang yang aneh? Pikiranku benar-benar kacau sekarang.
“Akan ada pertandingan basket nasional minggu depan, kau bisa datang?”
“Mwo?” bicara apa lagi dia ini?
“Dwaesseo, aku hanya asal bicara, kau pasti tidak akan datang,”
Lalu dia pergi dengan langkah gotai. Ini sebenarnya ada apa? Kenapa semua orang bertingkah aneh hari ini? Kepalaku semakin pusing. Aku pulang saja. Hari ini aku memutuskan untuk langsung pulang dan tidur sepuasnya. Aku benar-benar tidak bisa berpikir sekarang.
Aku benar-benar langsung pulang hari ini. Aku menghempaskan dirku di tempat tidur. Kepalaku sakit sekali. Tiba-tiba ponselku bordering.
“Yobosseyo,” jawabku malas.
“Ya, Hye Soo-aa, kau dimana? Kita latihan lagi, kajja!” suara Seungri melengking di kepalaku.
“Mian Seungri-aa, aku sedang ada urusan sekarang, kau berlatihlah sendiri. Besok saja kau ke rumahku dan kita berlatih,”
“Kau kenapa? Apa kau sakit? Apa perlu aku ke rumahmu sekarang?” dia terdengar panic.
“Aniyo, aku hanya mengantuk, semalam aku tidak tidur karena PR Pak Kim, jadi aku ingin tidur hari ini,” jawabku sekenanya.
“Oh, ne arasseo, tidurlah, kita bertemu besok,” telepon ditutup.
Apa yang harus aku lakukan? Kenapa semua jadi seperti ini? Tiba-tiba Kak Eunhyuk sudah duduk di samping tempat tidurku.
“Kau tidur?”
“Oppa? Sejak kapan disini?” sejak kapan dia datang?
“Sejak ponselmu berdering dan kau tidak mengangkatnya. Apa yang PR nya Pak Kim, jelas-jelas seamlam kau tidur seperti orang mati. Kenapa berbohong?”
Aku diam saja. Aku memang berbohong pada Seungri, tapi aku tidak pernah bisa bohong pada Kak Eunhyuk. Dia tidak pernah membiarkaku berbohong padanya.
“kau jatuh cinta kan?”
Aku terdiam. Tiba-tiba seluruh tubuhku terasa kelu. Apa yang dikatakan Kakak? Kenapa dia bertanya seperi itu?
“Mola,” jawabku pelan. Aku memang benar-benar tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi padaku. Laipula, kalau benar aku jatuh cinta, aku jatuh cinta pada siapa?
“Kau masih kecil, wajar kalau kau tidak bisa memahami perasaanmu sendir, tapi lambat laun, kau akan memahaminya, siapa dia?”
“Aku.. Aku tidak tahu Oppa, aku bingung, aku hanya ingin sekolah dan menggapai impianku sebagai seorang dancer, aku tidak mau hal-hal seperti ini menghalangiku.”
“Dengan itulah kau akan dewasa,”
“Oppa,” panggilku pelan.
“Ne?”
Aku menggeleng. Aku benar-benar bingung harus mengatakan apa. Aku bingung harus berbuat apa. Bayangan Kyuhyun terus ada di kepalaku.
“Ya, kau melamun?” Tanya Kak Eunhyuk mengagetkanku.
“Ah, ani, aku hanya memikirkan kostum apa yang harus kupakai saat kompetisi nanti, apa yang pas untukku dan Seungri ya?”
“Bukankah kau sudah mendapatkan kostumnya? Kau perlihatkan padaku kemarin,”
“Jjinja? Mian, aku lupa,”
“Sepertinya kau perlu istirahat, tidurlah, jangan sampai kau sakit,” Kak Eunhyuk menata bantal dan selimut untukku.
Benar kata kakak, aku harus tidur. Aku harus melupakan bayangan Kyuhyun.
**************************************************************
Malam itu Yoo Jin meneleponku.
“Iya Yoo Jin,” kataku di tengah tidurku.
“Kau tidur ya?” tanyanya.
“Aku hanya tiduran, seharian ini kepalaku sakit,”
“Kau tahu Hye Soo-aa, aku sudah punya joyachingu,”
“Jjinja???” kali ini aku benar-benar terbangun.
“Jogmal yo, kau tahu? Kak Yesung, sunbae kita di SMP? Dia pintar ya? Aku bertemu dengannya di bimbingan belajar, dan kau tahu, aku sangat menyukainya, dan aku bilang padanya, dan dia juga menyukaiku, bahkan sejak masih di SMP. Percayakah kau itu?”
“Yoo Jin-aa… Aku benar-benar senang  mendengarnya. Tetapi, kenapa suaramu seperti menangis?” aku sedikit heran dengan nada suaranya yang bergetar.
“Aku dijodohkan, Hye Soo-aa,”
“Mwo?? Dijodohkan? Kau bicara apa? Dengan siapa?” aku benar-benar bingung, kenapa semua orang tua menjdohkan anaknya?
“Kau tahu Cho Kyuhyun-ssi? Sunbae kita di sekolah, dia yang dijodohkan denganku,”
Ini tidak masuk akal! Jadi Kyuhyun akan dijodohkan dengan Yoo Jin sahabatku? Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau Yoo Jin dan Kyuhyun dijodohkan, Yoo Jin  menyukai Kak Yesung, mereka akan berpisah. Benar-benar tidak masuk akal!
“Hye Soo-aa, kau masih di sana?”
“Oh, iya Yoo Jin-aa, aku hanya terkejut saja, lalu kau bagaimana?”
“Aku tidak tahu harus bagaimana, aku dan Kyuhyun tidak saling menyukai, kami masih sekolah kenapa kami dijodohkan?”
“Kita bicarakan besok, kita bertemu besok,”
“Baiklah, aku tutup ya,”
“Ne,”
Aku menjatuhkan ponselku ke kasur.  Kenapa semua ini terasa sangat tiba-tiba? Aku ingin menemui Kyuhyun sekarang juga. Tapi bagaimana caranya, aku bahkan tidak tahu nomor ponselnya. Aku melihat jam, jam 8. Aku ini kenapa? Bukankah aku tidak peduli padanya? Aku memikirkan Yoo Jin, apa dia harus putus dengan Kak Yesung? Aku bingung, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Tiba-tiba ponselku berdering. Aku tidak mengenal nomornya.
“Yoboseyo?”
“Aku ingin bertemu denganmu, datanglah ketaman,”
Aku tidak menjawab. Aku menutup telepon dan berlari keluar. Aku masih memakai seragamku. Aku berlari ke taman. Jaraknya tidak jauh, aku hanya butuh sepuluh menit untuk sampai sana. Apa ini? Kenapa dia meneleponku disaat aku ingin bertemu dengannya? Aku tidak bisa memikirkan logika apapun sekarang. Aku hanya ingin melihatnya dan mengatakan apapun yang ingin kukatakan. Aku berlari di belokan terakhir sebelum taman. Aku melihatnya. Dia berdiri di sana. Entah kenapa aku lega melihatnya.
Aku berhenti di depan. Aku berusaha mengatur nafasku. Dadaku seperti hampir pecah. Tapi aku tidak peduli.
“Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?” aku mencoba bicara.
Dia tidak mengatakan apapun.
“Kenapa kau berbuat semaumu sendiri? Kenapa tiba-tiba memintaku untuk jadi yojachingumu saat kau akan dijodohkan dengan sahabatku Yoo Jin? Kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya kepadaku? Siapa kau ini? Mengapa menganggu hidupku? Kenapa harus sahabatku? Kenapa harus menghancurkan kebahagiaan sahabatku? Aku tidak mengerti!” entah kenapa aku bicara sebanyak itu, dan entah kenapa aku menangis.
Dia menarikku dan memelukku. Kenapa dia ini? Aku berusaha melepaskan pelukannya. Tapi dia menahanku.
“Aku menyukai sejak kecil, aku mengagumi sejak kita masih SD, aku sangat menyukaimu, sejak dulu, sejak kita tidak pernah mengenal satu sama lain.”
“Apa maksudmu?” Aku berusaha melepaskan diri.
“Kau mungkin tidak tahu, tapi aku akan selalu ingat wajahmu yang menangis saat kau kehilangan orang tuamu, aku tidak pernah bisa melupakan wajah sedihmu saat itu. Benar-benar menyakitkan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, akulah penyebab kesedihanmu. Aku berdosa padamu.”
“Apa maksudmu?”
“Orangtuamu kecelakaan karena menghindari aku yang saat itu sedang menyeberang. Aku tidak tahu sampai aku melihatmu keluar dari mobil dan menangis memanggil ibumu.”
Badanku menjadi lemas. Aku tidak tahu apa-apa soal ini. Aku tidak pernah tahu soal ini. Kenapa? Aku hampir saja jatuh saat Kyuhyun melepas pelukanku.
“Mwo ya?”
“Aku mungkin tidak akan pernah peduli, tapi kau gadis yang kusukai, kau gadis yang selalu memberiku permen lollipop saat aku menangis, aku tidak bisa lupa itu. Tapi aku menyakitimu. Sejak saat itu aku mengikutimu, tapi aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku terus menyukaimu sampai akhirnya kau tersenyum lagi, aku melihatmu menari dan itulah kebahagiaanmu.”
“Kau ini bicara apa? Aku tidak pernah mengenalmu, aku tidak pernah memberimu permen lollipop, aku tidak pernah mengenalmu,” dia ini siapa? Apa yang dia bicarakan?
“KAu mungkin sudah lupa, karena kau mengalami amnesia ringan saat kecelakaan, tapi aku tidak pernah lupa, aku tidak akan pernah bisa melupakanmu, dan aku tidak bisa menikah dengan Yoo Jin! Kalaupun aku ingin menikah kelak, aku hanya ingin menikah denganmu. Aku ingin membalas semua dosaku dengan membahagiakanmu! Apa itu masih belum jelas?” Kyuhyun setengah berteriak kepadaku.
Aku benar-benar terkejut mendengar semua ini. Kenapa ini semua serba mendadak? Aku diam tanpa mengatakan apapun, aku lelah, kepalaku sakit. Aku ingin pulang dan tidur agar aku bisa melupakan semua ini.
“Kau ingat ini?” Kyuhyun menyodorkan sebuah Lemon Tea hangat. Itu minuman kesukaan. Dulu sewaktu kecil, seorang laki-laki selalu memberiku Lemon Tea hangat yang diambilnya dari toko milik orang tuanya. Apakah dia?
Aku menatapnya. Aku belum bisa mempercayai semua ini. Aku berlari pulang. Aku tidak ingin melihatnya lagi. Aku terus berlari. Aku tidak ingin semua ini terjadi. Dia adalah adalah cinta pertamaku. Dia yang menghilang dari hidupku. Kini dia datang lagi dan membawa luka. Aku ingin menangis.
Aku sampai di kamar. Aku menguncinya. Kak Eunhyuk menggedor-gedor pintu kamarku. Aku tidak peduli. Aku membuka kotak yang kusimpan di bawah tempat tidur. Semua foto itu, semua mainan itu, permen lollipop itu, kaleng Lemon Tea hangat, semuanya adalah dia. Kenapa dia yang menyebabkan orang tuaku meninggal? Aku menangis dalam diam. Semalaman, hingga aku tertidur dan bermimpi tentang masa kecilu.
*****************************************************************
Hari kompetisi akhirnya tiba. Aku dan Seungri berdiri di depan gedung sebuah manajemen besar di Korea.
“Kau siap?”
“Ne!” kataku
“Kajja!” Seungri menarik tanganku dan kami masuk ke dalam gedung.
Banyak sekali peserta yang ikut. Aku tiba-tiba merasa gugup. Kami telah beraltih mati-matian selama sebulan ini, aku ingin kami menang. Mungkin ini pertama kalinya aku merasa ingin menang. Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, tapi hari ini aku harus menang. Kami harus menang. Acara di mulai. Kak Eunhyuk juga sudah datang dan bergabung dengan penonton, kami mendapat nomor urut 13, angka sial. Tapi tidak bagiku, tidak aka nada kesialan yang akan menghalagi kami.
Pasangan lain benar-benar bagus. Mereka benar-benar ahli. Aku benar-benar gugup. Aku harus bisa mengalahkan mereka. Aku tidak ingin mengecewakan Seungri. Dia sangat bersemangat. Aku juga harus bisa bersemangat. Satu peserta lagi adalah giliran kami. Sebelum itu, aku mengirim sebuah pesan.
Datanglah ke taman jam 8.
Dan aku siap. Aku dan Seungri naik ke atas panggung. Kami memandang satu sama lain. Aku mengangguk. Dan kamipun mulai menari. Aku benar-benar seperti terbang di atas awan. Ini yang kuinginkan. Menari di atas panggung, dengan lampu yang menyorot padaku, dengan music yang menggelegar, dan disaksikan seluruh negeri. Sekarang aku akan membuktikan aku bukanlah sekedar nama, aku bukanlah sekedar wajah dalam keramaian, tapi aku Lee Hye Soo, penari hebat. Aku menari dengan hati. Aku siap untuk tantangan yang lebih besar. Aku akan menari seumur hidupku.
Dan akhirnya kami mendapat juara pertama. Kami akan mewakili Korea untuk kontes penari tingkat dunia. Kupeluk Seungri. Kupeluk Kak Eunhyuk. Impianku benar-benar jadi nyata.
*************************************************************
Dia berdiri di sana. Dia benar-benar sesuai bayanganku. Dia masih sama seperti dalam ingatanku.
“Sudah lama menunggu?” tanyaku.
Dia menoleh.
“Ne, aku datang satu jam lebih awal,”
“Wae? Itu kan lama sekali?”
“Aku tidak ingin kau menungguku lalu kau aka pergi, chukkae yo, kau memenangkan kontes itu, kau akan terus menari kan?”
“Geurom!”
Kami saling memandang. Ya Tuhan, apa ini? Aku berdebar sangat keras.
“Apa kau masih mempertimbangkan permintaan untuk berpura-pura jadi yojachinguku? Ini dem kebaikan Yoo Jin juga,”
“Aku sudah bilang, aku tidak mau!” jawabku tegas.
“Wae? Kenapa kau menyuruhku kesini kalau kau tidak mau?”
“YA! Babo ya? Aku kesini bukan untuk pura-pura jadi yojachingumu, aku kesini untuk benar-benar jadi yojachingumu, kau keberatan? Yasudah!” aku berbalik.
“Mwo? Kau bilang apa? Jongmal yo??”
“Kalau tidak mau ya sudah, jalga,”
Tiba-tiba dia menarikku dan memelukku.
“Gomawo yo, jogmal gomawo,”
Aku mengangguk dalam pelukannya.
Kyuhyun menggenggam tanganku.
“Sekarang kita bertemu orang tuaku, kau siap?”
“Ne, kajja!”
Aku dan Kyuhyun berjalan berdampingan. Aku tahu, mungkin dia penyebab orangtuaku kecelakaan, tapi bukankah kita harus mengambil sisi baiknya? Aku dan Kak Eunhyuk hidup bahagia. Aku pun bertemu Kyuhyun. Aku juga bahagia dengannya. Yoo Jin pun pasti merasa bahagia. Aku akan terus menari bersama Seungri. Aku juga akan sangat terkenal. Aku akan hidup bahagia, bukankah itu hal yang bagus?
Tunggu.
“Kau bilang kita akan bertemu orangtuamu?”
“Ne, wae?”
“Kita akan bertemu dengan ayahmu yang sangat menakutkan itu?”
“Ne, kau sudah sangat menegnalnya kan?”
Aku menarik tangan Kyuhyun,
“Bisakah kita tunda? Aku harus mengerjakan PR sekarang,”
“Ani, kajja!” dia mengeluarkan senyum evilnya.
Kyuhyun menarik tanganku, dan aku harus bertemu ahjussi itu? Dowa juseyoooooo… ><
******************************END*******************************

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea