Minggu, 17 Februari 2013

In My dream (Part 14)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 22.01

Ternyata Dong Hae prgi ke Amerika tanpa mengatakan apapun pada Ji Hyun... Bagaimana kelanjutannya? This Is In My dream Part 14



Tanpa mengatakan apapun aku berlari meninggalkan Hyuk Jae. Aku berlari meninggalkan tempat kompetisi. Aku berusaha menelepon Dong Hae, tapi berapa kalipun aku mencoba, dia tidak mengangkat teleponnya. Apa-apaan dia ini? Kenapa pergi seenaknya? Aku terlalu memikirkan ini sampai aku menabrak seseorang. Aku jatuh terduduk di tanah. Aku tidak ingin bangun, aku hanya menunduk.
“Ya, gwaenchana?” tanya orang yang menabrakku.
Aku diam saja. Aku masih tetap menunduk. Orang itu memegangku untuk melihat keadaanku dan saat aku mendongak, kulihat Dokter Ji Hoon.
“Ji Hyun-aa? Kau? Gwaenchana” tanyanya.
“Dong Hae-ssi, dia akan berangkat ke Amerika? Kenapa tiba-tiba pergi?”
Dokter Ji Hoon hanya menatapku. Kami berdua duduk di taman depan gedung olahraga. Untuk beberapa saat kami tidak mengatakan apa-apa. Dia memberiku sebotol air minum. Aku hanya menerimanya dan tidak berniat untuk meminumnya. Aku hanya menatap orang orang yang berlalu lalang di depan kami.
“Pasti rasanya sangat menyebalkan,” kata Dokter Ji Hoon tiba-tiba.
“Geure,” jawabku setelah beberapa saat. “Aku masih ingin mengatakan banyak hal, aku tidak ingin menahannya, aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya,”
“Apa dia benar-benar tidak memberitahumu akan berangkat hari ini?”
Aku menggeleng pelan. “Dia benar-benar bodoh!”
Dokter Ji Hoon tidak berkata apa-apa. Dia mengeluarkan ponselnya yang bordering. Dia melihat ponselnya beberapa saat lalu menoleh padaku.
“Kau mau bertemu Dong Hae?” Aku menoleh padanya.
Aku buru-buru membuka pintu mobil Dokter Ji Hoon lalu berlari kearah pintu masuk bandara. Kaya Dokter Ji Hoon, pesawat Dong Hae berangkat satu jam lagi. Aku berlari berputar-putar mengelilingin bandara. Aku melihat satu per satu wajah setiap orang yag berada disana. Aku melihat ke bagian pengecekan paspor, aku melihat ke ruang tunggu, aku naik tutrun ekskalator, aku bahkan beberapa kali menepuk orang yang salah.
“Aku sangat ingat dulu dia sangat ingin menjadi penyanyi dunia. Aku pernah mengejeknya, dengan suara seperti itu, bahkan kucingpun tak ingin mendengarnya. Tapi dia tetap ngotot ingin mengikuti sebuah lomba bernyanyi di daerah kami, dan dia mendapat juara pertama. Sejak saat itu kulihat dia memupuk impiannya menjadi seorang penyanyi. Saat ayah menentangnya, dia tetap maju, sampai sekarang dia benar-benar menjadi penyanyi negeri ini. dan masih belum cukup, dia ingin diakui dunia, dia tidak sedikitpun ragu menerima tawaran produser,entah apa yang membuatnya bertindak sejauh ini, tapi tak sedikitpun aku ingin menghalanginya, sayapnya sudah terkembang, apa yang bisa kulakukan?”
Kata-kata Dokter Ji Hoon terus terngiang di telingaku. Aku masih terus berlari kesana-kemari. Apa dia sudah masuk pesawat? Bagaimana ini? Aku hampir putus asa mencarinya. Apa mungkin aku bisa bertemu dengannya lagi? Aku terduduk di sebuah kursi tunggu. Aku terengah-engah. Aku menatap sekelilingku. Kenapa bandara ini besar sekali? Aku harus mencari kemana lagi? Terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa penerbangan menuju Amerika akan berangkat 15 menit lagi. Aku menghela nafas panjang, sepertinya tidak akan mungkin bertemu dengannya. Aku menunduk menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku memutuskan untuk pulang. Aku membuka tanganku dan kulihat seseorang di hadapanku. Aku tersentak menatap Dong Hae di hadapanku.
“Aku tidak bisa menemukanmu,” aku berdiri menatapnya dan terisak pelan.
“Kau terlalu memaksakan diri,” katanya sambil tersenyum.
“Kenapa pergi begitu saja? Apa kau ini hantu? Saat berpisah harus bilang selamat tinggal kan?”
“Itu tidak perlu, aku tidak akan pergi ke Amerika,”
“Ne?” aku menatapnya penuh tanda tanya.
“Apa pendengaranmu bermasalah? Aku tidak akan pergi ke Amerika,”
“Wae?”
“Mungkin dulu aku bernyanyi karena aku ingin terkenal, tapi sekarang aku bernyanyi karenamu, kalau kau tak bersamaku, apa bisa kau bernyanyi? Ayo pulang,” dia membalikkan badannya.
“Ya, kau mau kemana? Kau bisa ketinggalan pesawat, kau harus pergi sekarang,” aku bergerak menarik lengannya.
“Aku bilang aku tidak akan pergi!” dia membentakku.
Aku terkejut dengan semua sikapnya.
“Ya!!! Michoseo??? Apa kau akan membuang kesempatan ini begitu saja? Bukankah ini yang kau tunggu selama ini? Kau harus pergi, kau bilang kau ingin menjadi nomor satu, kau harus pergi, kau harus membuat album disana, dan berdiri di panggung yang sangat besar, apa kau lupa itu?” sekarang aku juga berteriak padaya.
“Bukankah kau tidak ingin aku pergi?”
“Geure! Aku memang tidak ingin kau pergi, tapi sekarang aku ingin kau pergi, aku ingin kau meraih impianmu, aku ingin melihatmu membuat mimpimu jadi nyata,” air mataku mengalir perlahan. “Kau tahu? Aku sangat mengagumimu, mungkin kau tidak pernah tahu, tapi sejak melihatmu di televisi, di acara pencarian bakat itu, aku benar-benar terpesona olehmu, aku sangat menyukai suaramu, aku sangat mengagumi caramu bernyanyi, kau benar-benar sangat tampan saat itu, aku sangat mengidolakanmu.”
Aku berhenti untuk mengatur nafasku.
“Lalu aku bertemu denganmu,” aku melanjutkan. “Aku bertemu denganmu dan ternyata kau tidak setampan itu. Kau bahkan menyebalkan, kau sangat angkuh, benar-benar tidak seperti yang kubayangkan, tapi saat melihatmu bernyanyi, seperti apapun kau, kau terlihat sangat tampan dan menawan, sepertinya aku akan selalu terpesona olehmu,” air mataku mengalir semakin deras.
“Kau selalu mengajakku bertengkar dan membuatku naik darah, apa itu yang namanya terpesona, kau juga sangat merepotkan, apa itu sikap terpesona?”
“Geure, aku terlalu terpesona olehmu, karena itulah, aku selalu melakukan hal-hal bodoh di depanmu, tapi itu belum cukup, kau harus lebih tampan lagi, kau harus bernyanyi lebih keren lagi, kau harus berdiri di panggung dunia yang megah,” aku kini terisak.
“Kotjimara hajima, Kau tidak ingin aku pergi kan? Kau ingin menahanku kan? Kenapa bersikap seperti ini? ” tanyanya marah.
“Ani, kau salah," aku tidak berani menatapnya, aku tidak ingin melihat matanya, aku takut tak bia melepasnya, aku melanjutkan, "mungkin beberapa saat yang lalu aku ingin kau tetap disini, tapi apa itu adil untukmu? Aku akan terus melihatmu bernyanyi, itu sudah cukup bagiku, dengan begitu aku bisa merasa tenang dan kau tahu kan apa yang kurasakan saat melihatmu bernyanyi? Sekarang aku sangat senang, benar-benar senang. Aku sangat ingin kau pergi. Sekarang pergilah,” aku menangis terisak sekarang. Air mataku benar-benar tidak bisa berhenti.
“Apa ini wajah orang yang bahagia?”
“Geure, aku menangis kalau aku bahagia,” aku ingin berhenti menangis, tapi airmataku semakin seperti hujan.
“Kau benar-benar menyebalkan, kau sangat bodoh,”
“Dong Hae-ssi, pergilah, dan biarkan aku melihatmu bernyanyi,”
Dong Hae diam dan meraih tanganku. Menatapku beberapa saat lalu perlahan berbalik meninggalkanku. Dia berjalan menuju bagian pengecekan passport. Aku mengeluarkan sesuatu dari jaketku lalu berlari mengejarnya. Aku menarik lengannya lalu menggenggamkan tali sepatu merahku. Dia tidak mengatakan apapun lalu berbalik dan menghilang di balik counter pengecekan passport. Aku tersenyum memandang kepergiannya.
“Annyeong,” bisikku pelan sambil melambaikan tanganku.
Sejak saat itu aku tak pernah bertemu Dong Hae. Aku hanya berkirim email sesekali dengannya. Melihat beritanya di internet, dan tak pernah melewatkan setiap penampilannya. Aku benar-benar menyukainya, saat dia bernyanyi aku selalu merasa bahagia. Aku menatap keluarga dan teman-temanku, mereka tertawa begitu bahagia, Sulli dan Henry mengulurkan tangan mereka, aku menatap mereka beberapa saat dan kusambut tangan mereka dengan tawa bahagia.
******************************************************************
Aku menerima operan dari Victoria, lalu setelah mendrible bola beberapa kali, aku melompat kearah ring dan melempar bola, waktu tinggal sepuluh detik, bolaku berputar pelan dibibir ring lalu meluncur masuk. Aku bersorak senang, teman-temanku menghampiriku dan mengelu-elukanku. Kami memenangkan pertandingan ini, dengan begitu tim nasional kami masuk putaran semifinal. Peutaran semifinal akan diadakan dua hari lagi. Setelah berkumpul beberapa saat aku mengganti seragamku dan bersama tim ku meninggalkan arena pertadingan. Kami berpisah di tempat parker. Kami dapat libur sehari. Aku ingin menggunakannya untuk jalan-jalan.
Aku menyusuri jalan di pusat kota Los Angeles. Benar-benar kota yang ajaib. Selama ini aku hanya bisa melihatnya di televisi dan sekarang aku benar-benar bisa berada disini. Benar-benar menakjubkan semua yang ada di sini. Aku bahkan bingung harus mulai dari mana. Aku berjalan pelan di trotoar sambil melihat-lihat barisan pertokoan yang menjual segala jenis barang. Dari toko-toko bermerk dunia sampai toko-toko barang antic, semua benar-benar keren.
Orang-orang berjalan dengan sangat cepat. Mereka sibuk menelepon, berbicara satu sama lain, membaca koran, berdiri menunggu lampu hijau untuk penyeberang jalan, beberapa berjalan dengan headphone di kepala, seorang wanita kantoran membawa bertumpuk-tumpuk map berjalan dengan sangat tergesa-gesa, semua benar-benar sangat hidup di sini. Aku berhenti di sebuah lapak yang menjual pernak-pernik, paman penjual yang sudah cukup tua tersenyum kepadaku, aku balas tersenyum dan melihat-lihat barang yang dijualnya. Aku melihat sebuah gantungan yang terbuat dari kayu dan jerami. Gantungan itu berbentu sepasang pria dan wanita.
“Oh, that’s very good, that is palm seed, make your wish come true,” kata paman penyualnya.
“Is that right? How does it work?”
“If you want a prosperity, tight the hands together in the back, if you want a healthy life, tight the girl’s hands and the boy’s hands together,” jelas paman itu.
“Really? How if I wish for a love life?”
“Tight the girl’s feet on boy’s feet,” kata seseorang,
“That’s right! You are really good,” kata paman itu.
Aku menoleh, dan seseorang menggantung gantungan di depanku dengan kaki sang wanita mengikat di kaki pria.
“Lee Dong Hae!!” pekikku senang.
“Sepertinya benda ini benar-benar mengabulkan permintaan,”
Aku tersenyum senang melihatnya. Dong Hae mengulurkan tangannya dan tanpa ragu aku menyambut tangannya dan menggenggamnya erat. Bagaimana perasaan dua orang tumbuh dan menjadi satu, siapa yang bisa merencanakannya?
****************************THE END******************************

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea