Jumat, 15 Februari 2013

In My Dream (Part 13)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 18.31

Dong HAe bilang sama Ji Hyun kalau dia akan ke Amerika, apa Dong HAe beneran akan pergi? This is it, In My Dream Part 13



 Aku terpana mendengar apa yang dia katakan. Amerika?
“Produserku adalah Mr. Halton dari Amerika, dan perusahaan setuju kami akan membuat album di sana, aku akan menerima pelatihan di sana, aku akan membuat album internasional, dan itu memang impianku sejak dulu,”
Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya menatapnya penuh tanda tanya. Apa lagi ini? Apa segala sesuatu datang secara tiba-tiba seperti ini? Dan kenapa dadaku terasa sangat sesak mendengar semua ini? Kalau Dong Ha eke Amerika, itu artinya dia tidak akan berada di sekolah? Itu artinya aku tidak akan melihatnya di kelas, aku tidak bisa bermain basket bersamanya, aku tidak akan merasakan jantungku yang tidak beraturan, apakah itu akan lebih baik?
“Ji Hyun-aa, apa kau mendengarkanku?”
“Oh??” aku terbuyarkan dari lamunanku, apa yang dia katakan? ;Oh, mianhae, kepalaku tiba-tiba sakit, sepertinya aku harus meminum obatku, aku masuk dulu,”
Aku buru-buru pergi meninggalkan Dong Hae. Aku mengatakan pada yang lain bahwa aku ingin beristirahat sebentar di kamarku. Aku duduk dilantai bersandar pada tempat tidurku. Kenapa aku tiba-tiba seperti ini? Tapi membayangkan Dong Hae tidak ada disini sangat menyebalkan. Apa ini? Kenapa aku tidak merelakan dia pergi? Apa ini yang disebut perasaan suka? Apa aku benar-benar menyukainya? Apa aku benar-benar menyukainya? Dan apa alasannya? Aku tidak menemukan alasan apapun untuk menyukainya. Tapi membayangkan dia tidak ada disini, kenapa dadaku sangat sesak seperti ini?
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Aku terkejut dan buru-bur naik ke tempat tidur dan menarik selimutku. Pintu kamarku teerbuka dan seseorang masuk. Aku memejamkan mataku, pura-pura tidur.
“Ji Hyun-aa, apa kau tidur?” suara eonnie berbisik pelan.
Aku tidak menjawabnya. Aku tetap berpura-pura tidur. Lalu tak ada suara lagi dan kudengar suara pintu kamarku ditutup kembali. Aku membuka mataku lalu menatap kosong ke langit-langit kamarku. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Aku lupa sampai kapan aku menatap langit-langit kamarku yang pasti aku terlelap setelahnya.
******************************************************************
Aku pernah merasakan perasaan ini. Tapi mungkin sekarang sedikit berbeda. Dulu mungkin aku tidak mau memasuki sekolah ini, tapi sekarang aku berdiri di sini dan senang rasanya bisa kembali ke sekolah ini. Berjalan di jalan setapak menuju asramaku. Hye Ri membantuku membawa koperku. Kami berjalan sambil mengobrol. Sesekali seorang teman menyapa dan mengatakan senang melihatku kembali. Rasanya seeperti pulang.
Ini sudah dua hari aku memulai sekolahku setelah sekian lama aku meninggalkan sekolah. Teman-teman di kelasku menyambutku dengan senang. Bahkan Pak Guru Angker bersikap sangat baik padaku. Aku duduk di taman seperti biasanya.
“Apa bisa kau mangkir lebih lama lagi?” tiba-tiba seseorang bicara padaku.
 Aku menoleh kearah sumber suara.
“Pelatih Kim?” pekikku riang.
“Walau kau ini sangat susah diatur, tapi senang melihatmu kembali,”
“Kenapa aku susah diatur?” aku tersenyum.
Pelatih Kim duduk di sebelahku.
“Bagaimana rasanya hamipr mati?”
“Yah, paling tidak tak seburuk latihan darimu,”
“Aku pelatih terbaik negeri ini, bagaimana bisa kau bilang itu buruk?”
“Aku sangat merindukan latihan, Pelatih,”
Pelatih Kim menoleh padaku.
“Kau akan bisa bermain lagi kan?”
“Ya, kau ada disana saat dokter bilang aku bisa bermain basket lagi, kenapa masih bertanya”
“Geure, kau bukan tipe anak bodoh yang gampang menyerah, tapi tetap saja kau ini bodoh, kau tahu itu?”
“Mwo ya?”
“Bulan depan adalah olimpiade, kuharap kau menjadi bagian dari olimpiade ini,”
“Kenapa bertanya? Tentu saja aku akan ikut. Apa kau akan memaafkanku kalau aku mangkir? Bisa-bisa kau kirim aku ke neraka. Menakutkan!” aku pura-pura bergidik.
“Geure, aku akan mengirimmu ke neraka, apa selama ini hanya neraka yang kau pikirkan?”
Aku hanya tersenyum. Kami berdua diam untuk beberapa saat menatap ikan-ikan dalam kolam.
“Bukankah semua baik-baik saja?”
“Ne?” Pelatih menoleh kepadaku.
“Aku mengalami banyak hal disini, bahkan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku dulu adalah anak yang menjadi bayangan eonnie, kau tahu itu Pelatih, aku tidak bisa hidup tanpa eonnie. Tapi entah kenapa aku bisa mengalami semua ini, semua ini sangat aneh menurutku. Saat aku koma di rumah sakit, aku sempat tersadar dan memikirkan semua ini. Dan aku berpikir, apa memang ini yang harus terjadi? Lalu apa yang baik dari sebuah kecelakaan? Aku tidak mendapat jawaban sampai aku kembali tak sadar,”
Aku diam untuk beberapa saat. Pelatih Kim tidak mengatakan apa-apa.
“Lalu kemudian aku sadar kembali dan menemukan semua baik-baik saja, bahkan aku menemukan banyak kejutan, dan itu mebuatku berpikir tak ada alasan untuk tidak mensyukurinya, tidak banyak yang bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup, kau tahu rasanya hampir mati? Itu sangat menakutkan,” aku tersenyum kepada Pelatih Kim.
Dia hanya tertawa kecil.
“Berkumpul dengan keluargaku dan teman-temanku, kembali ke sekolah, bermain basket, makan, minum, tertawa, bahkan bertemu denganmu, aku sangat bersyukur untuk itu, dan aku merasa ini sangatlah baik,”
“Geure, sangat langka kesempatan seperti datang pada orang sepertimu, sepertinya kau butuh usaha sangat keras untuk menggunakan ini dengan sebaik-baiknya,” seloroh Pelatih kim.
“Ya, apa Pelatih tidak bisa memberiku kata-kata yang bagus? Selalu saja mengejekku,”
“Sangat menyenangkan saat mengejekmu,” dia tertawa.
Akupun ikut tertawa. Tiba-tiba kulihat Dong Hae menghampiri kami. Dia membungkuk sebentar menyapa Pelatih Kim.
“Pelatih Kim, Kepala Sekolah memanggil anda,”
“Guere? Ada apa ya? Baiklah, aku harus pergi, kau anak nakal segeralah ke lapanganku, atau neraka akan benar-benar menyeramkan,”
Aku mengangguk. Dia meninggalkan aku dan Dong Hae. Aku belum bertemu dengannya sejak malam di rumahku. Aku masih belum bisa menerima kabar kepergiannya. Entah kenapa hati kecilku menolaknya untuk pergi.
“Kau sudah kembali ke sekolah rupanya?” tanyanya tiba-tiba.
“Apa masih perlu bertanya?”
“Mau pergi keluar?”
“Ne?”
Dan dia selalu melakukan apapun sesukanya. Dia menarik tanganku dan mengajakku entah kemana. Kami naik bus.
“Ya, kita mau kemana?” tanyaku.
“Kau akan tahu nanti, kau ini cerewet sekali,”
Aku mendengus kesal. Aku lapar sebenarnya. Kenapa dia ini?
“Ini,” dia meneyrahkan sebuah kotak.
“Mwo”
“Suara perutmu itu terdengar sampai ke Jepang, makanlah,”
Dia membuka kotak itu dan menyerahkan sebuah telur rebus padaku. Apa iya terdengar sekeras itu? Aku menerima telur itu dan memakanya. Dia bahkan memberiku sekalem jus jeruk. Apa dia menyiapkan semua ini?
“Kau berencana untuk piknik?”
“Menyiapkan segala sesuatu itu perlu kan?”
“ne, ne..” aku mengangguk.
“Enak?”
Aku hanya mengangguk. Kami turun di sebuah halte di pinggir pantai. Kenapa mengajakku ke pantai? Sebelum ke pantai kami berjalan-jalan di sebuah pasar yang terletak tak jauh dari pantai. Uwaa, ternyata masih ada pasar seperti ini. Ada banyak penjual mainan  yang kumainkan saat kecil. Menyenangkan sekali di sini. Kami membeli beberapa mainan dan makanan. Sementara Dong Hae mengambil foto dan aku terus mengagumi pasar itu.
Kami juga mencoba tokkbokki yang super pedas. Banyak makanan khas korea yang sudah jarang kutemui di kota. Aku ingin mencoba semua makanan itu. Kami melihat pembuatan kue beras, kami bahkan ikut membuatnya. Setelah itu kami masuk ke sebuah toko bunga. Bunga yang dijual sangat cantik dan belum pernah kulihat sebelumnya. Penjaga toko menyuruh kami membeli satu. Katanya bunga sedang mekar dengan bagusnya. Kami hanya mengangguk dan terus melihat-lihat toko bunga. Aku merasa Dong Hae mengambil gambarku diam-diam.
“Ya, Ji Hyun-aa,” panggil Dong Hae.
Aku menoleh dan Dong Hae sudah siap dengan kameranya.
“Ya, kenapa memotretku?”
“Lihatlah hasilnya, wajahmu lucu sekali,”
Kami melihat hasil fotonya dan tertawa. Wajahku aneh sekali. Setelah puas berjalan-jalan di pasar, sekarang kami berjalan menyusuri pantai. Kami bermain pasir, bermain dengan cumi-cumi yang dijemur, bermain air laut, dan mengambil banyak foto. Akhirnya kami hanya duduk dipantai menatap luasnya laut.
“Ya, kenapa tiba-tiba mengajakku kemari?” tanyaku penasaran.
“Aku hanya bosan,”
“Mwo ya? Apa aku terlihat seperti mesin hiburan bagimu?”
“Aku hanya ingin mebuat bayak kenangan,”
Aku menoleh padanya. Jantungku berdegup kencang lagi.
“Aku akan meninggalkan Korea untuk waktu yang lama, aku ingin negeri ini mempunyai kenangan yang indah bagiku,” dia tersenyum menatap laut lepas.
“Kau.. Apa kau akan benar-benar pergi?” tanyaku pelan.
“Wae? Apa kau akan kehilanganku?”
“Mwo..mwo ya” aku memalingkan wajahku.
Dong Hae menatapku sesaat. Ya, bisa kau palingkan wajahmu itu? Kau bisa dengar jantungku yang semakin tak beraturan ini.
“Ji Hyun-aa, kau tahu kenapa aku ingin pergi?”
“Oh?”
“Aku ingin menjadi nomor satu, tidak hanya di sini, tapi di dunia, aku sudah memimpikan ini sejak lama, aku pernah bermimpi aku bernyanyi di sebuah panggung yang besar, ada ribuan penonton, lampu-lampu yang sangat terang menyinari, music yang menggelegar, dan aku bernyanyi di sana. Aku tak tahu itu dimana, tapi aku akan segera tahu,”
Aku diam mendengar ceritanya.
“Kau tahu rasanya menjadi nomor satu?”
“Pasti menyenangkan, semua orang akan mengagumimu, benar kan?”
“Menurutku tidak begitu, menjadi nomor satu berarti menjadi kesepian, penuh kebisingan, dan jalan yang tak pasti,”
“Jadi kau masih ingin pergi?”
“Geurom, walaupun seperti itu aku tetap ingin jadi nomor satu,”
Aku menatapnya beberapa saat. Dia kembali menatap laut.
“Aku sempat hampir menyerah karena masalah tenggorokan, tapi tiba-tiba seseorang datang dan membuat keributan, bersikeras untuk menyuruhku tetap bernyanyi, dia bilang dengan melihatku bernyanyi, hal itu membuatnya bahagia, katanya aku adalah milik panggung, mana bisa duduk di bangku penonton,”
“Maksudmu aku?’
“Geure!” dia tersenyum untuk beberapa saaat. “Ini rasanya aneh, bahwa aku bernyanyi memberimu banyak kekuatan,”
“Bagiku ini juga aneh, bagaimana akau bisa berbicara dan dekat dengan orang yang kupikir sangat jauh,”
Dia diam untuk beberapa saat.
“Jika aku terus bernyanyi kau akan senang kan?”
“Mungkin,”
Kami berdua diam. Suara ombak yang bergemuruh dan angin yang bertiup kencang menemani kami dalam diam. Entah kenapa aku merasa damai seperti ini. Berada di sisinya mebuatku merasa semua akan baik-baik saja. Saat ini, seperti ini, sudah cukup bagiku.
Kami berjalan pelan di jalan setapak sebelah lapangan sepak bola.
“Gomawoyo,” kata Dong Hae tiba-tiba.
“Ne?”
Dia tiba-tiba berhenti.
“Entah bagaimana aku bisa merasa selega ini, semua berkat kau,”
“Oh, chonmaneyo,” aku menjawab canggung.
“Kembalilah ke kamarmu,”
Aku hanya mengangguk dan berbalik meninggalkannya. Aku menatap sekelilingku dan tersenyum. Seandainya aku bisa jujur, aku mengakui sekarang, aku benar-benar menyukainya. Bukan sebagai seorang penggemar, tapi aku benar-benar menyukainya. Apa ini buruk? Aku hampir sampai di gerbang asramaku saat seseorang memanggilku.
“Ya Ji Hyun-aa!!”
Aku menoleh dan melihat Dong Hae berdiri terengah-engah. Aku berbalik. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi tiba-tiba dia berjalan kearahku dan menarikku ke dalam pelukannya. Aku terkejut bukan main. Aku hanya terganga di pelukannya. Dia tidak mengatakan apa-apa. Dan setelah itu yang kutahu, rasa hangat menyelimutiku. Apa ada yang lebih baik dari ini?
*********************************************************************
Dua tahun kemudian.
Aku berdiri dengan jubah kelulusanku. Di sekelilingku murid-murid lain tertawa dan bahagia. Mereka saling memeluk dan memberi selamat. Berfoto dengan keluarga, berfoto dengan teman, dan berfoto dengan guru. Beberapa saat yang lalu aku menerima surat kelulusanku dari kepala sekolah. Entah berapa banyak kenangan yang kudapat di sekolah ini. Aku ingat saat pertama kali masuk sekolah ini, aku ingin keluar saat itu juga, tapi saat ini aku tidak ingin meninggalkan sekolah ini.
Aku marah pada appa, aku terus merengek pada eomma dan eonnie. Tapi disini sangat menyenangkan. Semua baik dan sangat bersahabat. Aku mengalami banyak hal di sekolah ini. banyak kejadian yang penuh kejutan dan aneh. Aku terus berpikir apa semua ini nyata? Ini terlalu aneh untuk sebuah kehidupnku yang sangat biasa ini. Tapi pada kahirnya aku bisa menyelesaikan sekolahku disini.
Akhirnya aku bisa sekamar dengan Hye Ri. Ternyata setiap kenaikan kelas, kami boleh pindah kamar. Dan itu sangat menyenangkan. Kami mengobrol hingga larut malam dan pergi bersama di akhir pekan. Menyenangkan sekali.
Aku sedang memulai karirku menjadi pemain basket. Aku lolos seleksi tim nasional. Aku ingat saat aku akan mengikuti seleksi itu.
Setelah kejadian malam itu, entah kenapa aku dan Dong Hae semakin dekat. Dia semakin menyebalkan tapi aku sudah terbiasa dengan itu. Kami akan mengikuti seleksi tim nasional. Kami berlatih bersama Pelatih Kim dan yang lainnya. Selama beberapa bulan kami melakukan latihan yang cukup ketat.
“Ya, kau benar-benar memulai karirmu?” tanya Dong Haae sesaat usai latihan.
“Geurom! Aku akan menjadi pemain basket terhebat. Ingat ya, kau tidak boleh telat saat seleksi nanti, kau ini, bisa tidak sih lebih tepat waktu? Pelatih selalu marah kalau kau telat,”
“Wae? Aku butuh tidur yang cukup, aku ini atlet sekaligus penyanyi, mana bisa menguras tenaga?”
“Jjinjja,”
“Ya, mau jalan-jalan?”
“Ne?”
“Aku sangat lelah akhir-akhir ini, aku butuh penyegaran, kau temani aku ya? Ada sebuah tempat yang ingin kukujungi,”
“Ada berapa banyak tempat yang ingin kau datangi?’
“100 tempat, week!”
Dia mengajakku bersepeda di dekat danau. Menyenangkan sekali bersepeda seperti ini. Angin musim semi berhembus sejuk di sore hari. Kami mengayuh sepeda kami berputar-putar di pinggir danau. Dong Hae berhenti dan mengambil beberapa foto. Aku terus mengayuh sepadaku memutarinya. Dan kulihat dia menatapku beberapa saat. Aku hanya tersenyum. Lalu kami duduk di sebuah bangku dan melihat matahari tenggelam.
Dia memberiku sebuah jus kaleng. Kami meminumnya dan melihat matahari yang berlahan-laha tenggelam. Cahayanya memantulkan warna keemasan di sekitar kami. Kami tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandangi wajahku beberapa saat dan tersenyum lalu menatap matahari. Aku menatapnya sesaat dan perlahan menggenggam tangannya. Aku selalu merasa baik seperti ini. Dia hanya tersenyum.
 “Bukankah disini bagus?” tanyaku.
Dong Hae hanya mengangguk.
“Setelah seleksi, kita kesini lagi, kau mau?”
“Geure,” katanya pelan. “Bukankah kita harus kembali? Kita harus menjaga kondisi kita sebelum kompetisi dan lagipula kita bisa ketinggalan bus,”
“Ya, bukankah tadi kau yang ingin kemari?”
“Bagaimana kau bertanggung jawab kalau aku kelelahan?”
“Aku akan memijatmu, seperti ini,” aku memijit tangannya pelan.
Tiba-tiba dia meraih tanganku dan menggenggamnya. Aku menatapnya heran. Kenapa dia jadi aneh begini? Kemudian dia menatapku dalam-dalam. Bagaimana bisa aku ditatap seperti itu?
“Ya, kenapa melihatku seperti itu?”
“Diamlah seperti itu, aku sedang memasukkanmu ke dalam mataku,”
“Wae?”
“Jadi saat aku memejamkan mataku aku bisa melihatmu disana,”
“Mworagoke?”
“Aniyo, entah kenapa kau selalu bisa membuatku merasa lebih baik, setiap hari bersamamu membuatku semakin baik, aku bisa bernyanyi dan bermain basket dengan baik, aku pikir aku tidak bisa melakukan semua ini,”
“Ya, apa terjadi sesuatu?”
“Apa yang bisa terjadi? Ayo pulang!”
“Apapun itu kau sedang bersikap aneh,”
Dong Hae tidak menoleh. Akhirnya kami mengembalikan sepeda sewaan kami dan kembali ke sekolah. Dong Hae mengantarku sampai gerbang asrama.
“Kau harus segera tidur, araji?” kataku padanya.
Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya padaku.
“Ji Huyn-aa, jalisseo,” katanya pelan.
“Ne” aku heran melihat tingkahnya. “Jalisseo? Bukankah itu terlalu formal? Kita akan bertemu besok”
“Apapun itu, tetap saja jagalah dirimu, kau adalah orang paling ceroboh sedunia,”
“Geure, aku akan menjaga diriku, kau juga” lalu aku mebalas uluran tangannya.
Kami bersalaman untuk beberapa saat. Ini agak aneh sebenarnya. Lalu dia menarik tangannya. Kami tersenyum untuk beberapa saat.
“Kau kembalilah, aku bisa sampai sini,”
Dia mengangguk dan berbalik meninggalkanku. Tapi tiba-tiba dia berbalik dan memelukku. Kenapa dia ini? Jangan sampai dia mendengar debarab jantungku. Seharian ini dia aneh sekali. Dia memelukku erat. Aku balas memeluknya untuk beberapa saat.
“Wae? Apa ada yang salah?”
“Ani, aku hanya tidak ingin meninggalkanmu, tak peduli sehari atau berapa lamapun semua sama saja,”
“Sampai jumpa besok,” kataku.
“Geure, sampai jumpa,”
Lalu dia berbalik dan meninggalkanku.
Itulah saat terakhir aku melihatnya. Seandainya aku tahu kalau dia akan pergi aku akan memeluknya lebih lama dan membuat kenangan lebih banyak. Tapi saat itu aku tidak pernah berpikir begitu. Hye Ri menepuk pundakku pelan, menyadarkanku dari lamunan.
“Ya, kenapa kau melamun? Ayo berfoto,”
Aku hanya mengangguk pelan. Aku sudah mengambil banyak gambar sebenarnya. Appa, eomma, eonnie, Henry, Sulli, semuanya datang dan bergembira. Aku sangat senang semua orang datang. Tapi aku tidak bisa lulus bersama Dong Hae. Itu tidak adil sebenarnya. Aku hanya bisa melihatnya melalui internet. Dia juga sangat sibuk. Kami jarang sekali berkomunikasi. Hyuk Jae datang dan memberiku sebuah bola basket.
“Kau ingat bola ini?”
Tentu saja aku ingat. Aku ingat hari itu kami akan berangkat ke pertandingan seleksi tim nasional. Kami berangkat dengan bus sekolah. Tapi ahri itu aku tak melihat Dong HAe. Saat tiba disana, Hyuk Jae memberiku sebuah bola.
“Ini,” kata Hyuk Jae sambil menyerahkan sebuah bola.
“Apa ini?”
“Bola keberuntungan, kau akan menang saat kau menyentuh bola ini,”
“Geure? Kalo begitu aku akan memainkanya sebentar,”
Aku mengambil bola dari tangan Hyuk Jae dan menbdribel nya beberapa kali.
“Kau yakin aku aka terpilih?”
“Geurom!”
Dan aku memang terpilih. Aku harus melalui beberapa pertandingan dan akhirnya aku terpilih. Sampai pertandinganku selesai, Dong Hae tidak juga datang. Kemana dia? Ini sudah keterlaluan kalau dia telat. Sebentar lagi seleksi basket laki-laki akan segera dimulai. Apa sih yang dia pikirkan? Aku menghampiri Hyuk Jae yang sedang bersiap-siap.
“Hyuk Jae-aa, kau tahu dimana Dong Hae?”
“Apa dia tidak memberitahumu?”
“Memberitahu apa?”
“Dia ke Amerika hari ini,”
“MWO?????”

to be continued...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea