Selasa, 05 Maret 2013

A Man in Love (Part 2)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 18.34

Pertemuan yang salah….

Yunho berjalan mantap menuju gerbang Universitas Korea. Akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya. Paman Jung Jin mengizinkannya untuk melanjutkan sekolah. Yunho memilih untuk masuk universitas melalui jalur ujian untuk mendapatkan beasiswa. Dia tidak ingin menyusahkan pamannya yang selama ini telah merawatnya. Dia akan kuliah sambil bekerja dan berusaha untuk membiayai kuliahnya sendiri. Tuan Lee sudah menawarkan akan membayar semua biaya kuliahnya, tapi Yunho menolak dengan keras. Dia tidak ingin merepotkan siapapun.
Yunho memasuki gerbang universitas sambil membaca buku kumpulan soal-soal ujian Negara. Hal itu membuatnya tidak memperhatikan langgkahnya. Tiba-tiba seseorang menabraknya dengan sangat keras, atau dia yang menabrak orang itu? Dia sendiri bahkan tidak tahu karena saat dia mengetahui, dia sudah jatuh terduduk di lantai. Dia mengaduh pelan dan seorang yeoja mendekatinya dan membantunya berdiri.
“Ya, gwaenchana? Ah, jeosonghamnida, aku terburu-buru, aku tak melihatmu, jeosonghamnida,” kata yeoja itu minta maaf kepada Yunho.
“Ah, gwaenchana, tidak perlu khawatir,” Yunho sibuk membereskan bukunya yang berserakan.
“Tapi benar kau tidak apa- apa?” tanya yeoja itu lagi.
“Aku tidak apa-apa,”
Lalu pandangan keduanya bertemu. Yunho terkesiap selama beberapa saat. Begitu juga dengan yeoja itu.
“Nona?” kata Yunho masih dalam keterkjutannya.
“Kau, kau yang di rumah Lee Joon kan?” tanya yeoja itu.
“Geure, kau Nona Chae Rin?” tanya Yunho memastikan.
“Ne, dan kau Yunho kan?” tanya Chae Rin.
“Geure,” jawab Yunho. Dia merasakan dadanya berdetak sedikit lebih cepat.
“Kenapa di sini? Kau ikut ujian masuk juga?” tanya Chae Rin.
“Benar, Nona, aku mengikuti uji, an masuk,” jawab Yunho.
“Wah, kebetulan! aku juga mengikuti ujian masuk, aku tadi berlari karena aku sudah telat, aku tadi tidak melihatmu,” jelas Chae Rin.
“Chankamannyo, kau bilang sudah telat?” tanya yunho memotong penjelasan Chae Rin.
“Ne,”
“Jam berapa ini?” tanya yunho lagi.
Chae Rin melihat jam tangannya, “Jam sepuluh lewat limabelas,”
“Mwo? Kita terlambat!!!”
“Mwo?”
Chae Rin secara reflex menarik tangan Yunho dan berlari menuju gedung tempat ujian. Yunho terkesiap untuk beberapa saat. Namun dia mengikuti Chae Rin berlari. Mereka mencari kelas tempat ujian berlangsung. Saat menemukan kelas, ujian sudah berlangsung selama 15 menit. Mereka sempat membuat keributan beberapa saat karena masuk dengan tergesa-gesa.  Setelah minta izin dengan pengawas ujian mereka bisa mengikuti ujian dengan syarat tanpa perpanjang waktu.
Mereka mencari tempat duduk yang kosong.
“Ah, dimana pulpenku?” kata Chae Rin smabil mengaduk-aduk tasnya. Yunho menoleh.
“Pakai punyaku saja,” kata Yunho sambil menyerahkan sebuah pulpen.
“Oh, gumawo, akan kukembalikan nanti,” kata Chae Rin.
 Setelah, itu merekapun mulai mengerjakan soal-soal yang ada di lembar soal. Yunho yang memang memiliki otak yang cerdas, mengerjakan soal-soal dengan mudah walaupun beberapa kali dia sempat mengernyitkan dahi. Dia harus berusaha keras untuk bisa lulus ujia masuk ini dengan nilai yang sempurna. Hanya peringkat pertama dan kedua yang bisa mendapatkan beasiswa. Oleh karena itu, Yunho harus berusaha keras.
Sedangkan Chae Rin harus berpikir sedikit lebih keras untuk menyelesaikan semua soal itu. Dia memang tidak harus menjadi urutan yang pertama. Tapi dia harus berusaha keras untuk ,asuk ke universitas ini. sebenarnya tidak masalah dia mau masuk kemana saja. Tapi dia ingin membuktikan bahwa dia punya sesuatu untuk ditunjukkan. Dia selalu menjadi omongan teman-teman dan tetangga-tetangganya kalu selama ini dia melakukan sesuatu karena keluarganya mampu memberinya sesuatu. Semua dilakukan dengan uang. Maka dari itu Chae Rin ingin memperlihatkan kepada mereka bhawa diapun mempunyai kemampuan.
Satu jam kemudian, ujian berakhir. Setelah mengumpulkan kembali soal dan jawaban, Yunho keluar dari ruangan dan meregangkan otot-otoy badannya. Dia memutuskan untuk ke toko alat tulis sebelum pulang. Ujian kelulusan sekolah akan diadakan satu minggu lagi. Dia harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Saat hendak melangkah, Chae Rin menepuk pundaknya pelan. Yunho menoleh.
“kau mau pulang?” tanya Chae Rin.
“Oh, Nona Chae Rin, tidak, aku mau ke toko buku sebentar,” kata Yunho.
“Ya, kenapa memanggilku nona? Memangnya aku ini majikanmu? Kita akan menjadi teman kelak, panggil saja aku Chae Rin, “
“Ne, Nona Chae Rin, maksudku Chae Rin,” kata Yunho kaku.
Chae Rin tertawa sebentar.
“Baiklah, aku harus pulang, kau mau pergi bersama, aku melewati toko buku,” Chae Rin menawarkan.
“Oh, tidak perlu, aku harus ke tempat administrasi juga, aku harus mengurus sesuatu, pergilah duluan,” tolak Yunho.
“Oh, geure, aku pergi dulu kalau begitu, annyeong,” Chae Rin melambaikan tangan.
Yunho hanya mengangguk. Chae Rin berbalik meninggalkan Yunho. Yunho memandang kepergian Chae Rin sesaat lalu menuju ke ruang administrasi.
*********************************************************************
“Bagaimana ujianmu hari ini?” tanya Paman Jungjin saat mereka sedang minum teh di dapur.
“Aku harus memeras otak Paman, benar-benar sangat sulit, kau harus berpikir seratus kali lipat untuk mengerjakan semua soal itu,” kata Yunho.
“Kenapa aku harus berpikir keras? Aku kan tidak perlu mengerjakan soal-soal itu,” ujar Paman Jungjin bercanda.
“Ah, Paman ini,”
“Ya, Yunho-aa, kenapa kau harus masuk universitas itu?” tanya Paman Jungjin lagi.
“Gadis-gadis di sana sangat cantik-cantik Paman,” jawab Yunho.
“Kau ini,” Paman Jungjin memukul kepala Yunho. “Apa kau kuliah hanya untuk mencari gadis?”
“Araso! Aku hanya bercanda Paman,” kata Yunho sambil mengusap-usap kepalanya. “tentu saja aku mencari kualitas Paman, di sana sangat bagus, aku akan menjadi lulusan yang baik setelah dari sana,”
“Semoga saja memang begitu, awas saja kalau kau macam-macam,”
“Iya Paman, aku tidak akan macam-macam, mungkin sedikit,” kata Yunho jahil.
“Anak ini,” Paman Jungjin akan memukul kepala Yunho lagi saat seseorang masuk.
“Annyeonghaseyo, Paman Jungjin,” Chae Rin mendekati mereka.
Paman Jungjin menoleh, “Oh, Nona Chae Rin, kau mencari Tuan Muda?”
“Annyeong Nona Chae Rin,” sapa Yunho.
“Ya! Berapa kali kubilang padamu? Panggil aku Chae Rin, kenapa kau masih saja memanggilku Nona?” Chae Rin berkacak pinggang sambil menegur Yunho.
“Mian, Chae Rin,” kata Yunho.
“Akan kupanggilkan Tuan Muda,” kata Paman Jungjin sambil beranjak dari kursinya.
“Oh, tidak perlu Paman,” cegah Chae Rin.
“Benar Paman, tidak perlu karena aku sudah di sini,” Lee Joon muncul dari ruang tengah. “Hai, Chae Rin,”
“Hai, Joon,”
“Bagaimana ujianmu kemarin?” tanya Lee Joon sambil duduk di meja makan.
“Sangat sulit, aku harus berpikir keras,” kata Chae Rin juga ikut duduk di sebelah Yunho.
“Kalau aku sekeras apapu mencoba, tak akan bisa masuk,” Lee Joon tertawa.
Paman Jungjin membuat teh untuk Lee Joon dan Chae Rin.
“Lalu kau mau masuk mana?” tanya Chae Rin.
“Entahlah, aku belum begitu yakin,”
“Ya, kau harus segera menentukan pilihanmu, sebentar lagi kita ujian, bagaimana bisa kau sesantai itu?”
 “Bukankah Tuan Muda memang selalu santai?” seloroh Yunho.
“Kau benar, dia benar-benar ceroboh,” sambung Chae Rin.
“Jadi kalian bersekongkol menjatuhkan aku?” tanya lee Joon.
Yunho dan Chae Rin tertawa. Lee Joon pun ikut tertawa. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka. Seorang laki-laki 50 tahunan datang sambil tersenyum kearah mereka. Yunho menatap pria itu lalu wajahnya menegang. Ingatang masa lalunya pun timbul tanpa ampun. Pria ini, wajah itu, cerutu itu, semuanya begitu jelas di ingatan Yunho. Ingatan yang tidak begitu baik untuk diingat. Lalu timbullah rasa itu, rasa amarah, amarah yang meluap-luap dalam diri Yunho… 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea