Minggu, 13 Januari 2013

In My Dream (Part 5)

Diposting oleh Popo... The Kite Runner di 15.56

Mendengar kabar putusnya Hye Ri dan Kai membuat Sulli sangat marah.. Apa yang terjadi? here you are In My Dream part 5


Sulli tiba-tiba menjadi sangat marah. Dia berdiri dan menatapku tajam.
“Apa maksudmu kau memutuskan Kai? Kenapa kau tidak pernah menceritakan kepada ku? Haruskah semua menjadi seperti ini?”
Tiba-tiba Sulli berbalik meninggalkan aku dan Henry. Aku sangat terkejut kenapa Sulli menjadi begitu marah. Aku berusaha mengejarnya. Henry juga ikut mengejar. Tapi Sulli menyetop taksi dan langsung pergi. Aku berusaha mengejarnya, tapi Henry menghentikanku. Aku benar-benar merasa sangat tidak enak dengan Sulli.
“Aku merasa bersalah pada Sulli,”
Aku dan Henry duduk di halte bus. Aku harus menceritakan semuanya.
“Apa yang terjadi?” tanya Henry.
Aku diam untuk beberapa saat.
“Nado morregesoyo, semua terjadi begitu saja, aku tidak pernah mengharapkan ini semua terjadi, aku tidak berani menceritakan semua ini pada kalian, aku ingin menyelesaikan ini semua sendiri, tapi ternyata aku tidak bisa, aku menghancurkan semuanya,”
“Bagaimana semua bisa terjadi?”
“Awalnya, Kai tidak pernah menghubugi. Saat itu aku bertemu Kai, aku memberitahunya kalau aku masuk asrama. Dia tidak mengatakan apa-apa saat itu. Lalu setelah aku masuk sekolah, dia sama sekali tidak menghubungiku. Dia tidakada saat kita bertemu sebelum hari masuk sekolah. Lalu aku melihatnya di sebuah pusat perbelanjaan. Saat itu ada acra tanda tangan untuk fans oleh Lee Dong Hae, aku ikut mengantri untuk mendapatkan tanda tangan, dan saat itu aku melihat Kai bersama dengan seorang yeoja,”
“Kai dengan seorang yeoja? Kunde, geu yeoja nugu ya?”
Aku menggeleng pelan.
“Aku sempat bertanya padanya, tapi dia hanya menjawab itu teman di sekolah, dia tidak pernah menjelaskan apapun kepadaku, aku mengambil keputusan untuk berpisah karena aku tidak bisa lagi menahan tanda tanya dihatiku, aku ingin bertahan, tapi tidak dengan Kai, maka aku mengakhiri semuanya. Mianhae, aku tidak meminta saran kalian, aku hanya ingin menyelesaikan ini semua sendiri tanpa membuat masalah untuk kalian. Apa yang harus ku katakana pada Sulli? Dia pasti tidak mau mendengarkanku.”
Henry diam.  Aku juga terdiam. Pantas saja Sulli marah, dialah yang menjodohkan aku dengan Kai. Dia berusaha keras agar Kai dan aku bersama. Walaupun sebenrnya tanpa Sulli pun kami dulu memang sudah saling menyukai. Dia yang paling merasa senang saat aku memberitahu kalau kami bersama. Dia bahkan pernah bilang padaku akan menjadi pengiring pengantin wanita saat aku dan Kai menikah. Memang agak berlebihan, tapi aku melihat kesungguhan dalam perkataannya. Aku mendesah panjang. Henry menepuk-nepuk pundakku pelan. Kami berdua hanya diam di sisa hari itu.
Henry mengantarku hingga halte bus.
“geokjeongmara, soal Sulli, aku akan bicara padanya, aku mengerti, akhir-akhir ini Kai memang berubah, saat aku bertemu dengannya minggu lalu, di tidak menyapaku, entah apa yang terjadi padanya,”
“Ne,” jawabku tidak bersemangat.
“Kau harus semangat, araji?” dia menepuk pundaku. Dia suka sekali menepuk pundakku.
Aku terdiam, bis ku sudah terlihat di kejauhan.
“Kau tau Henry-aa, kadang aku menyesal aku harus masuk sekolah asrama, aku selalu berharap, aku tidak pernah masuk sekolah asrama,” kataku pelan.
Henry diam dan menatapku. Aku hanya tersenyum kecil. Bus berhenti tepat di depanku. Henry memelukku dan menyemangatiku. Aku naik bus dan meninggalkan Henry.
****************************************************************
Aku berjalan lesu di sepanjang koridor kelas. Sulli tidak mengangkat teleponku. Henry memberitahuku, kalau Sulli tidak mau diajak bicara. Ohteokke? Aku membawa setumpuk buku dari kantor guru, Pak Guru Angker itu menyruhku untuk mebawa semua buku itu ke kelas. Aku melewati sebuah kelas yang kosong karena pelajaran olahraga. Tiba-tiba terdengar suara meja dipukul. Aku terkaget.
“Shirheo! Sudah kubilang aku tidak mau,”
Itu Dong Hae. Aku berhenti untuk mengintip dari celah kaca di pintu. Dia bersama seorang ahjumma, siapa ahjumma itu? Ah aku pernah melihatnya di televisi, dia Manajer Hong, dia manajer Dong Hae.
“Tapi ini kontrak penting, aku sudah seharian ini berbohong, aku sudah tidak punya alasan lagi, paling tidak hadirilah acara besok malam,” suara Manajer Hong terdengar putus asa.
“Ya, Manajer Hong-ssi, kau tahu alasannya kan? Kau tahu kan kalau aku tidak bisa bernyanyi lagi? Aku bisa benar-benar kehilangan suaraku kalau aku memaksakan diriku bernyanyi,”
Aku tercekat. Dong Hae tidak bisa bernyanyi.
“Ara, ara, neomu ara. Aku sangat paham itu, tapi ini demi kepentingan bersama. Temui produser itu, aku akan memikirkan penyembuhan terbaik untuk tenggorokanmu, kita tidak bisa menolak begitu saja,” Manajer Hong terdengar memohon.
“Aku tidak tahu, aku hanya tidak ingin kehilangan suaraku, aku sengaja memilih sekolah ini dan menemukan dunia baruku, jangan paksa aku Manajaer,”
“Aku pun tidak ingin melakukan ini padamu, Dong Hae-aa, aku akan memikirkan sesuatu, kau tak usah memikirkan ini,”
Tiba-tiba buku yang kupegang jatuh. Suaranya cukup membuat mereka kaget. Aku juga sangat kaget. Buru-buru kuambil buku itu dan berlari. Aku bersembunyi di balik tembok. Kulihat Dong Hae membuka pintu dan melihat sekeliling. Aku bernafas lega dan buru-buru kembali ke kelas.
Sepanjang pelajaran, aku memikirkan pembicaraan Dong Hae dan manajer Hong. Kenapa aku tidak pernah tahu kalo Dong Hae berhenti menyanyi? Tidak pernah ada berita seperti itu. Kulihat dia masih bernyanyi di beberapa acara. Kabarnya dia juga akan mengeluarkan album baru. Apa yang terjadi? Sakit apa dia sebenarnya? Kenapa dia bisa saja kehilagan suaranya?
Sore itu kami berlatih basket. Ada pertandingan 1 bulan lagi. Ada pesta olahraga tahunan antar sekolah. Dan tahun ini pesta olahraga diadakan sekolah ini. Kami akan mengadakan berbagai macam pertandingan dari hampir semua cabang olahraga. Kami mengundang berbagai orang dan orang luar boleh datang berkunjung. Akan ada banyak stand makanan dan berbagai stand lainnya.
“Menurut cerita acara ini sangat meriah. Mereka juga akan mengundang orang tua untuk menghadiri pertandingan final.” Jelas Hye Ri padaku.
 Jamkkanmanyo. Orang tua? Mereka akan mengundang orang tua? Itu artinya orang tuaku juga?
“Apakah orang tua harus datang?”
“Tentu, sekolah akan memberikan undangan untuk orang tua kita, bukankah itu menyenangkan? Orang tua kita akan melihat kita bertanding basket?”
Aku diam.
“Latihan hari ini sangat menyenangkan, Pelatih Kim benar-benar daebak,” Hyuk Jae bergabung dengan kami.
“Ne, dia melatih kita dengan baik,”
“Mwo? Apanya yang baik? Pelatihan ini seperti neraka, bahkan tulang-tulangku seperti lepas dari tubuhku mendengar teriakannya,” aku sangat tahu karakter Pelatih Kim yang sangat menyebalkan itu.
“Tapi Pelatih Kim benar-benar hebat,”
Sebenarnya aku sangat setuju dengan mereka. Pelatih Kim pelatih terbaik yang pernah ada. Gayanya saja yang sangat menyebalkan.
“Hari ini Dong Hae tidak berlatih, tidak biasanya dia bolos latihan,” kata Hyuk Jae.
“Dong Hae tidak latihan?”
“Waeyo?”
“Apa aku harus tahu?”
“Sepertinya kau tidak suka padanya?” tanya Hye Ri.
“Aku bukannya tidak menyukainya, aku hanya tidak suka dengan sikapnya yang angkuh itu, apa susahnya sih menyapa orang? Tidak heran kalau dia tidak bisa punya teman,”
“Apakah Dong Hae orang yang seperti itu?” tanyaku.
“Aku mengenalnya sejak SMP, dia memang jarang bisa bergaul, apalagi semenjak dia jadi artist, sepertinya dia membentengi dirinya dengan tembok yang sangat tebal agar tak ada yang mendekatinya,”
“Jjinjja?? Sepertinya dia sangat menyenangkan kalau melihatnya di televisi,” kata Hye Ri heran.
“Dia sangat pandai mengantur perasaannya, dia sangat pandai bersandiwara, saat di depan banyak orang memang harus seperti itu kan? Tapi di luar itu? Apa pernah kau lihat Dong Hae mengobrol dengan seseorang?”
Benar, aku tidak pernah melihatnya berbicara dengan orang lain. Apa dia hanya bicara padaku. Entah kenapa aku begitu ingin tahu.
“Ah, aku tidak sabar menunggu hari pertandingan, kita akan bertemu dengan banyak siswa dari sekolah lain,”
Aku teringat kembali dengan undangan orang tua. Benarkah ada yang seperti itu? Apa yang harus kukatakan pada appa dan eomma? Apa aku minta di bangku cadangan saja? Andwe, Pelatih Kim tidak akan mengijinkanku hanya duduk di bangku cadangan. Apa aku katakana saja sejujurnya? Aku akan pulang besok dan memberitahu mereka.
Kami melanjutkan latihan kami hingga satu jam kemudian. Aku kembali ke asrama sendiri karena Hye Ri harus mengerjakan PR nya di perpustkaan. Aku melintasi lapangan sepakbola. Rumput lapangan ini sangat empuk. Aku suka melewati lapangan ini. tim sepakbola mengadakan camp latihan sehingga lapangan tidak digunakan malam itu. Aku sengaja berjalan pelan menyusuri lapangan bola yang besar. Aku bahkan duduk-duduk di tengah lapangan. Udara musim gugur saat malam dingin. Menyegarkan. Tiba-tiba poselku bordering,
“yoboseyo?”
“Ji Hyun-aaa,” suara eonnie lebih terdengar sebagai lengkingan.
“Ye eonnie, apa kau perlu berteriak seperti itu?”
“Bogoshipo, apa kau sama sekali tidak merindukanku?”
“Ani, wek!”
“Kau ini! dasar bocah tengik, apa yang kau lakukan malam-malam begini di lapangan sepak bola?”
“Mwo?” aku kaget, bagaimana dia tahu aku di lapangan sepak bola?
“Kau kaget kan?”
“Ya, bagaimana kau bisa tahu?”
Tidak ada suara dari seberang.
“Ya eonni!!”
“Karena aku juga dilapangan yang sama denganmu,”
Dan kulihat eonnie sudah ada di sampingku. Aku terbelalak melihatnya.
“Kau senang melihatku?”
“Eonni!!!” aku berhambur memeluk eonni.
Kami berpelukan untuk beberapa saat. Aku senang bisa melihat eonnie.
“Bagaimana kau bisa masuk?”
“Aku juga murid SMA, aku bisa masuk kan?”
“Ara, kau selalu bisa melakukan apapun, apa kau sengaja mengunjungiku?”
Eonnie tidak menjawab malah duduk di lantai rumput lapangan.
“Dangyeonhaji, apa lagi yang bisa kulakukan disini kalo tidak mengunjungimu?”
Aku tersenyum lebar.
“Ya, eonnie, apa kau bawa kue enak untukku?”
“Ya musun soriya? Aku tidak membawa apapun, apa kedatanganku tidak cukup membuatmu kenyang?”
“Ya, apa mungkin aku memakanmu?”
“Aku sangat kesepian di rumah, kau tidak pernah pulang, kau betah sekali di sini,”
“Aku berencana besok akan pulang,”
“Apa aku boleh menginap?”
“Andwe! Aku akan kena hukuman karena memasukkan orang secara illegal ke kamarku, anhya anhya anhya!”
“Anggap saja aku siswa sekolah ini, lalu besok uri gachi ga, ne?”
“itu tidak mungkin eonnie, peraturan sekolahku sangat ketat, ada inspeksi tiap jam 10.30 malam, aku tidak bisa membiarkanmu menginap,”
“Kenapa kau serius sekali? Lagipula ayah akan memotongku kecil-kecil kalau aku tidak pulang,”
“Ah, mwo ya??? Kau selalu membuatku panic,”
Eonnie tertawa. Lalu memandangku sejenak.
“Ya, Ji Hyun-aa, apa yang kau pakai? Apa itu seragam bas..ket? ka.. kau?”
Aku tidak bisa mengelak lagi. Aku mengangguk pelan.
“Ne eonnie, aku bermain basket lagi,” kataku sepelan mungkin, hampir tak terdengar.
Eonnie terlihat sangat terkejut tapi tidak mengatakan apapun.
“Kau tahu apa yang akan dilakukan appa saat tahu kau bermain basket lagi?” tanya eonnie. jelas aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Membayangkan apa yang akan dilakukan appa saja aku tidak bisa.
“Dia akan sangat marah, dan kau tahu kalau appa marah?”
Aku lebih baik tidak membayangkan bagaimana appa marah. Itu lebih dari di neraka. Aku diam saja.
“Apa kau benar-beanr memikirkan tentang ini? apa kau benar-benar berani mengambil resikonya?”
“Eonnie, aku sudah mengambil keputusan, aku tidak mau hidup tanpa melakukan apa-apa seperti orang bodoh. Aku hanya bisa bermain basket, itu hidupku eonnie,”
“Lalu, bagaimana kalau itu terjadi lagi?”
“Eonnie, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, aku hanya ingin membuat hidupku lebih memiliki arti, aku mungkin akan terluka, tapi semua itu setimpal dengan apa yang ku perjuangkan,”
“Appa tidak akan mengampunimu kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu, apa yang akan kau lakukan kalau sudah begitu?”
“Aku tidak akan apa-apa, aku akan membuktikan pada appa kalau aku akan baik-baik saja,”
“Kau tidak usah membuktikan apapun, pikirkan saja bagaimana kau mengatakan ini pada appa, aku berani membayar mahal untuk melihatmu mengatakan itu pada appa,”
Eonnie benar, akan sangat sulit untuk membuat appa mengerti tentang pilihanku kembali pada basket.
“Ya eonnie, bantu aku, bantu aku mengatakan ini pada appa,” aku mulai merayu.
“Shirheo! Aku setuju kau bermain basket lagi bukan berarti aku membantumu mengatakan ini pada appa, tidak akan!”
Aku terbelalak mendengar perkataan eonnie.
“Geuraenika, kau setuju aku bermain basket lagi? Kau tidak marah?”
“Tentu saja aku marah, aku sangat marah, jadi kau harus meredakan kemarahanku dengan menjadi pemain basket professional,”
“Kyaa!! Eonnie, gumapta! Jeongmal gumapta!,”
Aku memeluk eonie erat. Aku senang eonnie ternyata mendukungku.
“Tapi kau jangan berdarah lagi ya? Kau harus sangat hati-hati, kau harus terus menjaga kondisimu, araji?”
“Araseo!”
“Paegopayo?”
“Ne, jeonmal paegopayo,”
Eonnie mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Tada… Aku membuatkanmu sandwich kesukaanmu,”
“Uwa, jjinjja? Kau bilang kau tidak bawa apa-apa? Kau yang membuatnya?”
“Dibantu eomma sih, tapi tetap saja aku membuatnya, manhi mo’ko, yugiyo,” eonnie memberiku sebuah sandwich dan aku langsung memakannya.
“Uwa, masitta!!”
“Aku senang kau menyukainya, makanlah yang banyak,”
“Eonnie, gumapta, jeongmal gumapta, aku merasa sedikit lega sekarang, ternyata aku tidak sendirian,”
“Kau ini, pikirkan bagaimana menghadapi appa, aku tidak mau ikut campur ya,”
“Eonnie, dowajuseyo, aku tidak akan bisa menghadapi appa,”
“Shirheo! Itu urusanmu, aku tidak mau terkena apapun dalam masalah ini, araji? Jangan memaksaku lagi!”
Kalau sudah begini aku tidak akan bisa memaksa eonnie.
“Kau harus berani menghadapi appa, itu impianmu, perjuangkan!”
Aku hanya mengangguk kecil.
“Ah, benarkah kau satu sekolah dengan Lee Dong Hae? Di berita ditulis kalau dia ke luar negeri, padahal dia sekolah di sini, apa itu benar?”
“Jjinjja?”
“Ya, kau kan fan nomor satu, kenapa hal seperti itu tidak tahu? Saat ini dia sedang dalam masalah besar, dia dikabarkan tidak akan bernyanyi lagi, kontraknya dengan perusahan label internasional terancam akan dibatalkan, benar-benar mengerikan,”
“Apa berita itu benar eonnie?”
“Geurom!! Semua televisi sedang membicarakannya, karirnya terancam kandas, kasihan dia,”
Naneun jeongmal morugessoyo. Apa yang sebenarnya terjadi? Selama ini aku dekat dengannya, tapi aku tidak mengerti apa-apa tentang dirinya. Tapi kami juga tidak dekat. Dia hanya selalu datang dan pergi sesuka hatinya. Kenapa aku harus mengetahui tentang dirinya?
“Kenapa kau diam saja?”
“Ah ani,”
“Apa kau besok benar-benar pulang?”
“Mungkin saja, karena kau sudah kesini, mungkin aku bisa mengundur kepulanganku,”
“Mwo ya??? Pulanglah, apa kau tidak rindu appa dan eomma?”
“Aku sangat merindukan mereka, tapi aku… aku bingung eonnie, entahlah, aku tidak tahu,”
“Ya, kenapa kau tiba-tiba seperti ini? apa disini terlalu menyenangkan sampai kau tidak ingin pulang? Bukankah kau dulu merengek tidak ingin masuk sekolah asrama?”
“Ani, bukan begitu eonnie, aku hanya banyak kegiatan saja, aku akan meneleponmu besok,”
“Untuk apa menelepon? Teleponlah appa dan eomma, mereka terus menanyakanmu, jangan buat mereka khawatir, araji?”
“Araseo, aku akan menelepon mereka nanti,”
Eonnie mengangguk.
“Ah, kau dan Kai bagaimana? Kau tidak menyebutkan soal dia dari tad?”
Aku diam.
“Sulli marah padaku karena aku putus dengannya,”
“Mwo???? Wae??? Kalian terlihat akan menikah di masa depan,”
“Akupun berpikir seperti itu, tapi aku memutuskan Kai secara sepihak, aku juga tidak tahu apa yang terjadi, tapi Kai menjaga jarak denganku. Aku pernah melihatnya dengan seorang yeoja, saat kutanya, dia tidak menjelaskan apapun, aku tidak mau mengganggunya lagi, geurigo, aku memutuskan untuk mengakhirinya,”
Eonnie ternganga menatapku.
“Mianhae, aku tidak menceritakan semua ini padamu,”
“Kau benar-benar membuat banyak kejutan,” eonnie menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana,”
“Araseo, kau yang tahu apa yang terbaik untukmu,”
Aku mengangguk pelan. Aku menempelkan kepalaku di pundak eonnie. aku merindukan saat-saat seperti ini. Ah, kenapa banyak hal berubah?
“Aku harus pulang, aku bisa ketinggalan bus,”
“Geure, aku akan mengantarmu sampai halte bus,”
Kami berdua berdiri dan berjalan kea rah gerbang sekolah. Tiba-tiba eonnie menggandeng tanganku. Dia tersenyum lebar menatapku. Aku balas tersenyum. Sampai di halte bus, kami masih harus menunggu bus.
“Eonnie, gumowo, kau sudah mengunjungiku, johayo,”
“Itu karena kau tidak pernah pulang, aku rindu ingin memukul kepalamu,” dan dia langsung memukul kepalaku.
“AAhh… Ya, appayo!!”
Dia tersenyum lagi. Aku juga ikut tersenyum. Akhirnya bus datang.
“Pulanglah, jenguk appa dan eomma, jaga kesehatanmu, jalliseo,”
“Ne, sampaikan salamku untuk appa dan eomma,”
“Annyeong,” eonnie melambaikan tangan dan naik ke dalam bus.
“Annyeong,” aku balas melambaikan tangan padanya.
Bus bergerak pelan meninggalkanku. Aku berjalan perlahan kembali ke asramaku. Aku masih membawa sandwich dari eonnie di tanganku. Aku terus memikirkan perkataan eonnie tentang bagaimana mengahadapi appaku. Aku menarik napas panjang dan cepat-cepat kembali ke kamarku.
******************************************************************
Aku dan Hye Ri berlatih basket berdua hari itu. Aku mengurungkan niatku untuk pulang. Aku belum sanggup melihat appa. Aku bingung memikirkan cara untuk mengatakan semua ini pada appa, karena terlalu banyak melamun aku terpelset dan kakiku sedikit terkilir.
“Ah Ji Hyun-aa, gwaenchana?”
Hye Ri berlari menghampiriku. Aku meringis kesakitan. Tidak terlalu parah sepertinya, tapi cukup sakit.
“Ah, gwaenchana, sepertinya terkilir sedikit, aku akan ke klinik dan meminta obat pada dokter,”
“Ne, kau bisa pergi sendiri? Apa perlu kutemani?”
“Ah, tidak perlu, aku bisa pergi sendiri, kau lanjutkan latihanmu,”
Aku berdiri dibantu oleh Hye Ri. Aku berjalan sedikit pincang ke klinik. Aku mengetuk pintu klinik, tak ada jawaban. Aku membuka pintu dan masuk ke dalam klinik. Aku mencari obat penyemprot. Aku menemukannya dan akan keluar saat ku dengar suara langkah kaki. Aku celingukan mencari tempat sembunyi, akhirnya aku bersembunyi di balik tirai. Pintu di buka dan dua orag masuk. Mereka tidak berbicara untuk beberapa saat.
“Kau harus segera dioperasi,” itu suara Dokter Ji Hoon.
Operasi? Siapa yang harus dioperasi?
“Apa itu jalan satu-satunya?”
Itu Dong Hae. Kenapa harus dioperasi dia sakit apa?
“Kau akan kehilangan suaramu selamanya kalau kau tidak dioperasi, tenggorokanmu itu sudah sangat mengkhawatirkan, kau tidak akan bisa bernyanyi lagi” jelas Dokter Ji Hoon.
“Aku memang tidak berencana untuk bernyanyi lagi,”
Aku sangat terkejut mendengar hal itu.
“Kau harus memikirkan masa depanmu, kalaupun kau tidak ingin bernyanyi lagi, apa kau juga ingin kehilangan suaramu selamanya? Kau jangan pikirkan dirimu sendiri, kau harus memikirkan orang lain juga, Manajer Hong sangat khawatir padamu, pikirkan ini baik-baik,”
“Apa suaraku akan benar-benar kembali dengan operasi?”
“Kalaupun suara emasmu tidak kembali, kau tidak akan bisu seumur hidupmu, sekarang katakan padaku, apa itu sakit?”
Dong Hae tidak menjawab.
“Marhaebwayo, itu sangat sakit kan? Lebih baik kau katakan yang sebenarnya padaku, dengan begitu aku bisa menolongmu,”
“Ya,” jawab Dong Hae pelan.
“Ini spekulasiku, semakin berusaha kau menahan sakit di tenggorokanmu, dan membiarkan sakitnya menggerogotimu, maka organ suaramu akan semakin rusak, dengan operasi kita bisa mengangkat benjolan itu dan menyelamatkan pita suaramu, kasusmu ini sangat khusus, tapi dengan penanganan yang cepat, kemungkinan untuk sembuh akan semakin besar, pikirkanlah baik-baik,”
Tak ada jawaban dari Dong Hae.
“Jangan terlalu kecewa, operasi akan menyelamatkan suaramu,”
“Aku tidak kecewa karena aku tidak pernah berharap banyak,”
Terdengar suara kursi, Dong Hae berdiri.
“Terimakasih atas masalah yang kau buat, aku pergi,”
Dong Hae meninggalkan klinik. Dokter Ji Hoon tidak mengatakan apa-apa. Aku masih berdiri di balik tirai sambil memikirkan pembincaraan yang baru saja kudengar,
“Sampai kapan kau akan di situ?”
Aku terkejut. Jadi Dokter Ji Hoon tahu kalau aku dari tadi di sini. Aku keluar pelan-pelan dari persembunyianku. Dokter tampan itu menatapku penuh selidik.
“Aku mencari obat, kakiku tadi terkilir,” aku berkata seadanya sambil menunjukkan obat semprot yang ku pegang. Dokter Ji Hoon tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya melanjutkan menulis sesuatu di meja kerjanya. Pelan-pelan aku duduk di kursi di hadapannya.
“Apa benar Dong Hae tidak bisa menyanyi lagi?”
Dokter Ji Hoon mengakat kepalanya dan menatapku penuh selidik. Apa tatapannya selalu seperti itu?
“Tentu saja kau dengar semuanya, itu terserah pada Dong Hae, dia bisa saja tidak menyanyi lagi, bisa saja dia kembali bernnyanyi, aku tidak bisa menentukan, tergantung dia mau dioperasi atau tidak,” jelas Dokter Ji Hoon santai. Bagaimana dia bisa sangat santai seperti itu?
“Apakah sangat parah?”
“Seorang penyanyi terancam tidak bisa bernyanyi lagi, apa ada yang bisa lebih parah lagi?”
Aku terdiam. Separah itukah?
“Apa kau sangat peduli pada Dong Hae?”
“Geurom! Aku adalah fan nomor satu Lee Dong Hae, aku sangat peduli padanya,”
Dokter Ji Hoon hanya tersenyum mendengar jawabanku.
“Aku dengar kau bergabung dengan tim basket?”
“Ne,”
“Berusahalah, tim basket sekolah kita adalah yang terbaik, pertahankan itu, “
Aku tidak menyangka Dokter ji Hoon peduli pada tim basket.

“Aigesemnida, khamsahamnida, aku akan pergi sekarang,”
“Ne,”
Aku beranjak dari kursi dan pergi meninggalkan klinik. Aku terus memikirkan pembicaraan yang kudengar tadi. Bagaimana bisa Dong Hae meninggalkan impiannya. Aku ingat di suatu interview kalau dia ingin menghabiskan hidupnya dengan bernyanyi. Kenapa dia menyerah begitu saja? Aku sampai di depan pintu gedung sekolah saat ku lihat Pak Satpam mendorong trolley berisi banyak sekali hadiah.
“Permisi, ahjussi, mau dibawa kemana semua ini?”
“Ah, beginilah kalau ada artis yang masuk sekolah ini, semua ini tentu saja untuk Lee Dong Hae, aigoo, dia seharusnya memberiku banyak uang untuk ini, aku selalu merasa punggungku mau patah saat naik tangga,”
“Jadi ini semua untuk Dong Hae?” aku tebelalak menatap semua hadiah-hadiah itu.
“Ah, aku tidak mengerti kenapa anak perempuan suka sekali hal-hal seperti ini? Apa Dong Hae punya waktu untuk membuka semua hadiah-hadiah ini?”
Pak Satpam itu terus saja menggerutu dan meninggalkanku. Banyak sekali hadiah untuknya. Dia benar-benar sangat terkenal. Aku berjalan ke arah gedung olahraga untuk menemui Hye Ri. Saat berjalan, di kejauhan aku melihat Dong Hae sedang berbicara dengan Manajer Hong. Aku jadi memikirkan ini. Bagaimana kalau Dong Hae benar-benar tidak bisa bernyanyi lagi?

to be continued...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popo.. The Kite Runner Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea