Nyoba-nyoba nulis Fan Fiction, hhhheee... Enak juga mengkhayal punya pacar super star, hhheee... ini part 1, akan ada lanjutannya,, selamat membaca...
Akhirnya tahun ajaran baru tiba,
dan musim panas ini akhirnya aku masuk SMA, dan aku masuk Higashi Senior High
School. Sekolah yang sudah kuimpikan sejak lahir. Sebenarnya tidak juga, aku
bahkan tidak tahu apa itu sekolah saat lahir. Aku ingin masuk Higashi karena
disana ada ekskul dance nya. Nomor 1 di Korea. Benar, aku ingin menjadi dancer,
bukan sekedar street dancer seperti kakak laki-lakiku, tapi aku ingin menjadi
dancer professional yang di kenal oleh dunia. Bukan hal mudah bagiku untuk
masuk sekolah ini, aku harus belajar mati-matian tiap malam untuk bisa lulus
ujian masuk sekolah ini. Aku harus rela meningalkan game-game kesayanganku demi
membaca tumpukan buku pelajaran, benar-benar menyiksa.
Oh ya, perkenalkan namaku Lee Hye
Soo. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku punya kakak laki-laki, dia bernama
Lee Hyuk Jae. Dia adalah kakak paling bodoh sedunia, tapi dia adalah kakak
paling baik sedunia. Dia selalu menjagaku semenjak kepergian orang tua kami.
Dia rela harus kuliah sambil bekerja mati-matian agar bisa menyekolahkan kami
berdua. Dia punya prinsip seperti mendiang ayahku, biarlah kita hidup susah
tapi tetap berpendidikan tinggi. Maka dari itu dia terus bekerja demi sekolah
kamu berdua.
Sebenarnya kehidupan kami berdua
berkecukupan. Ayahku seorang yang berkecukupan dan meninggalkan banyak harta
untuk kami. Tapi hidup kami terus berlanjut dan kami butuh banyak uang untuk
melanjutkan kehidupan kami.
Masuk ke Highasi High School
menjadi pilihan kakakku. Aku tidak pernah punya keinginan untuk masuk sekolah
orange elit itu. Tapi kakakku bersikeras agar aku masuk sekolah itu. Dia ingin
aku memperoleh pendidikan terbaikku. Aku sangat menyayangi kakak ku, dia adalah
satu-satunya keluarga yang kumiliki, akhirnya aku pun mengikuti apa maunya.
Dan di sini lah aku sekarang,
berdiri di gerbang Higashi High School, terpana melihat sekolah itu.
Benar-benar sekolah dengan reputasi tinggi. Bangunan yang luas, fasilitas yang
sangat bagus, dan guru-guru berkualitas. Masuk sekolah ini menjadi prestis tersendiri
bagi orag-orang tertentu. Orang-orang yang masuk sekolah ini juga pasti
anak-anak orang kaya, pikirku. Apa mungkin aku sanggup bertahan dengan orang-orang
seperti itu?
“Ya,
kenapa kau berdiri di sini saja, upacara penerimaan siswa baru sudah hampir
mulai, kajja!” Yoo Jin, sahabatku, menarik tanganku.
“Ah,
ne,” aku pun berlari mengikutinya.
Tempat upacaranya sangat luas.
Siswanya juga banyak sekali. Yoo Jin mengajakku duduk di bagian tengah.
Akhirnya kami mendapat tempat duduk dan menunggu acara di mulai. Aku memandang
sekelilingku. Berbagai macam siswa ada di sana. Mungkin tidak ya aku mengenal
mereka semua?
“Annyonghaseyo, Lee Seung Hyun
imnida, kau bisa memanggilku Seungri, banggapseumnida,” tiba-tiba seorang cowok
mengajakku berkenalan. Aku agak gugup diajak kenalan tiba-tiba seperti itu.
“Oh, ne, Lee Hye Soo imnida,” aku
menjabat tangannya. “Kenapa kau dipanggil Seungri?”
“Aku suka itu” jawabnya enteng.
“Ne, memang terdengar bagus,”
“Tentu saja, nama itu akan terlihat
keren saat kelak aku menjadi dancer ternama,” katanya riang.
“Mwo?? Kau ingin jadi seorang
dancer? Nado!” aku langsung bersemangat.
“JJinjja???” dia tiba-tiba
berbinar-binar.
“Benar, aku ingin sekali menjadi
penari professional negeri ini, ayo kita masuk club menari?” ajakku tiba-tiba.
Aku ini bicara apa sih?
“Benar, itu yang aku ingin lakukan
di sini, kau tahu, pelatih-pelatihnya sangat berpengalaman, mereka benar-benar
dewa penari, akan sangat menyenangkan bila bisa dilatih oleh mereka, ne?”
“Ne, kau benar, ah acara nya sudah
dimulai,”
Acara penerimaan siswa baru ini
sungguh mengesankan. Sekolah ini benar-benar luar biasa. Tapi aku masih ragu,
apa aku bisa berthan di sini? Oppa, apa
aku bisa?
Aku dan Yoo Jin satu kelas. Seungri
yang waktu itu, ternyata juga satu kelas sama aku. Kami pun berteman baik.
Pelajaran di sekolah ini sangat susah. Otakku yang setingkat belalang sembah
ini tidak akan pernah bisa mengikuti pelajaran di sekolah ini. Hari ini hari
sabtu, dan aku harus duduk di meja belajarku untuk mengerjakan PR. Aku harus
mengerjakan PR ini, kalau tidak pak guru Kang akan terus memarahi. Huh, kenapa dia suka sekali marah-marah?
Tok! Tok!
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk.
“Masuk,” kataku sambil terus
membaca soal-soal di buku.
“Yaa, Hye Soo-aa, apa yang kau
lakukan di kamar?” kakakku datang membawa cemilan.
“Kau tidak lihat aku sedang
mengerjakan PR?” aku merebut cemilan di tangannya.
“Ya, ini kan hari sabtu, kenapa kau
tidak keluar saja dulu, PR kan bisa besok dikerjakannya,” kata kakakku sambil
mengambil buku dari meja.
“Oppa, kau tidak tahu sih, pelajaran
di sekolah sangat sulit, Pak Kang selalu saja mengomel padaku karena nilaiku
jelek terus, ini pun hadiah dari Pak Kang karena nilaiku yang hancur,” jelasku
dengan mulut penuh keripik kentang.
“Kau ini, kapan kau akan pintar?”
“Mola, mungkin jika otak Einstein
bisa diambil dan ditukar dengan otakku,” sekarang aku berbaring di tempat
tidur.
“Kau ini ada-ada saja, sudah, sini
aku bantu mengerjakan, setelah itu kita jalan-jalan,”
“Jjinjja?” aku bangun dengan mata
berbinar.
“Jongmal yo, makanya cepat selesaikan
PR mu,” kata Kak Eunhyuk sambil mengacak rambutku pelan. Walaupun dia namanya
Hyuk Jae, tapi aku lebih sering memanggilnya Kak Eunhyuk.
Aku mengerjakan PR ditemani oleh
kakak. Walaupun dia itu urakan dan sangat jahil, tapi otaknya sangat cemerlang.
Dia selalu menjadi juara kelas di sekolah. Dia selalu pulang membawa piala di
setiap lomba cerdas cermat. Tidak ada guru yang marah padanya kalau dia nakal.
Dulu ibu sangat membanggakan kakak. Kenapa aku bisa sangat berbeda dengannya
ya?
Setelah satu jam akhirnya PR ku
selesai. Sesuai janji kakak, kami pun jalan-jalan. Kami berjalan-jalan ke pusat
kota. Kakak harus membeli keperluan untuk kuliahnya. Kakakku mengambil jurusan
arsitektur. Dia keren sekali.
“Oppa, aku lapar, bisakah kita
mencari tempat makan dan pesan Bulgoggi, aku rindu bulgoggi buatan ibu, ne
Oppa?”
“Ara, tunggu sebentar, aku harus
membeli satu barang lagi, kau tunggu di sini, aku segera kembali, araseo yo?”
“Ne, araseo,”
Kakak berlari ke toko buku di
lantai dua. Aku menunggu sambil melihat-lihat. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ah,
ada pesan dari Yoo Jin.
Kau
dimana? Aku sendirian di rumah.
Aku membalas smsnya. Kasihan Yoo
Jin di rumah sendiri.
Aku
sedang mengantar Kak Eunhyuk berbelanja. Kau mau bergabung dengan kami? Kami
akan makan malam setelah ini.
Aku menekan tombol kirim. Beberapa
saat kemudian ada balasan.
Ani,
aku sedang nonton drama favoritku di televisi. Datanglah besok ke rumahku,
orangtuaku pergi hingga senin.
Aku membalas pesannya.
Oh
iya, hari in kan hari sabtu, kau pasti nonton drama itu. Baiklah, aku akan ke
rumahmu besok.
Yoo Jin membalas.
Baikklah,
selamat berbelanja, salam untuk kakakmu.
Aku baru saja akan membalas pesan
Yoo Jin saat tiba-tiba ada sesorang menabrakku.
Bruk!
Keras sekali hingga kami berdua
terjatuh.
“Ya, kenapa berdiri di tengah
jalan? Kau pikir ini jalan milik keluargamu?” tiba-tiba cowok itu berteriak
padaku.
“Mwo? Bukannya kau yang menabrakku?
Harusnya kau minta maaf padaku,” aku berusaha berdiri, aduh, lututku sakit
sekali.
“Aku tidak punya waktu berdebat
denganmu,”
Dan pergilah cowok itu. Akupun
berhasil berdiri. Aduh, sakit sekali
lututku. Kenapa dia berlari-lari di tempat seperti ini? Bukankah itu berbahaya?
“Hye Soo-aa, mian, kau pasti
menunggu lama,” kakak akhirnya kembali.
“Aniyo, sekarang kita makan, aku
sudah lapar sekali, kaja!” aku menarik tangan kakak dan mengajaknya ke sebuah
restaurant. Akhirnya kami makan di sebuah restaurant tak jauh dari taman kota.
Masakan di sini sangat enak. Saat sedang makan tiba-tiba ada keributan. Suara
meja dipukul.
Brak!
“Sudah kubilang aku tidak mau,
kenapa masih memaksa?” kata seorang namja.
“Beraninya kau berteriak pada
ayahmu,”
Tiba-tiba namja itu pergi.
Bukankah
itu namja yang tadi menabrakku? Aku meilhatnya berlari keluar dan naik
sebuah mobil. Ada apa dengannya?
“Dasar orag aneh,” kata kakak
tiba-tiba.
Aku mengangguk.
**************************************************************
Di sekolah.
“Ya, Hye Soo-aa, pembukaan club dua
minggu lagi, kau masih ingin masuk club dance?” Tanya Seungri saat istirahat.
“Tentu saja, kita akan kesana
bersama kan?”
“Ne, aigo, aku tidak sabar menunggu
hari itu,”
“Kau ini bersemangat sekali,”
Saat itulah aku melihat namja yang
kutemui di pusat perbelanjaan kemarin. Dia bersama dua temannya sedang berjalan
kearah gedung olahraga. Ditangannya ada sebuah bola basket. Aku terus
menatapnya.
“Ya, apa yang kau lihat?” Seungri
mengagetkanku.
“Ah, aniyo, aku tidak lihat
apa-apa,” aku memalingkan pandanganku ke makananku.
“Aaahh, aku tahu, kau pasti sedang
melihat Kyuhyun Hyung kan?”
“Khyuhyun-ssi? Kau tahu siapa dia?”
“Siapa yang tidak mengenalnya? Cho
Kyuhyun. Dia pemain basket terhebat dari sekolah kita, dia selalu membawa
sekolah kita menang dalam setiap lomba basket di negeri ini.” Jelas Seungri.
“Jjinjja??”
“Molaso yo?? Kau ini kemana saja?
Masa orang seterkenal dia kau tidak tahu? Dia anak pemilik sekolah ini. Dia
sangat populer sekali.”
Aku melongo mendengarkan penjelasan
Seungri, hebat sekali dia.
Bel berbunyi. Pelajaran setelah ini
adalah olahraga. Aku tidak terlalu menyukai olahraga, aku lebih suka menari.
Aku dan Yoo Jin selesai berganti baju. Kami pergi ke gedung olahraga dan
berkumpul dengan siswa lain. Bu guru Nam sangat cantik saat di kantor, tapi
entah kenapa dia jadi sangat keren di lapangan olahraga. Bu guru Nam menyuruh
kami untuk bermain basket. Kenapa harus
basket? Aku benci basket. Aku pun bermain asal-asalan karena aku memang
tidak bisa bermain basket. Hanya memasukkan bola dalam keranjang, apa bagusnya?
Saat sedang berlari menghidari seorang pemain di depanku, tiba-tiba mukaku
terasa panas dan kepalalu sakit sekali. Setelah itu aku tidak merasakan
apa-apa.
Aku mebuka mataku pelan-pelan. Aigoo, sakit sekali wajahku. Rasanya seperti
dijatuhi berton-ton beras. Aku mencium bau obat-obatan. Sepertinya aku
berada di ruang kesehatan. Aku memandang sekelilingku. Aku melihat ada dua
perawat sedang memeriksa sesorang. Aku memejamkan mataku lagi. Lalu kubuka lagi
dan seorang namja duduk di tempat tidur di sebelahku. Dia bermain PSP dan tidak
kelihatan kalo dia sedang sakit. Aku bangun dari tempat tidur.
“Kau juga sakit?” tanyaku padanya.
“Ani, aku hanya pura-pura sakit
agar tidak mengikuti pelajaran Pak Park yang membosankan itu,” dia mejawab
tanpa berpaling dari PSP nya.
“”itu kan tidak boleh,” kataku
tiba-tiba.
“Ya, nugu ya?” dia menoleh dan kami
sama-sama terkejut.
“Kau??” kata kami bersamaan.
“Kau kan yang menabrakku kemarin?
Kau harus minta maaf padaku!”
“Kenapa aku harus minta maaf? Kau
yang berdiri di tengah jalan! Bukan salahku kalau aku menabrakmu!” teriaknya.
“Kenapa berteriak? Aku tidak tuli.
Apa susahnya minta maaf?”
Dia baru saja akan mengataka
sesuatu saat Yoo Jin masuk.
“Hye Soo-aa, kau sudah sadar, aku
khawatir sekali, kau tadi kena bola basket, hidungmu berdarah da kau pingsan.
Jigeum, gwaenchana?” Yoo Jin terlihat sangat khawatir.
“ Gwaenchanayo, geokjeongmara, kita
kembali ke kelas saja, kajja!” aku menarik tangan Yoo Jin meninggalkan namja
menyebalkan itu.
******************************************************************
Akhirnya hari penerimaan club
datang. Aku tidak sabar menunggu bel pulang sekolah. Seungri malah sudah hampir
tidak bisa menahan kesabarannya. Dia benar-benar bersemangat. Aku sendiri
merasa nerves, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku tidak bisa
berkonsentrasi pada pelajaran, berkali-kali Pak Kang menegurku, aku berharap
kelas cepat berakhir.
Saat istirahat, seungri sudah
sepeerti cacing kepanasan.
“Ya, Seungri-ssi, kau tidak bisa
diam sebentar saja? Aku sedang mencoba menyelesaikan soal-soal ini,’ tegur Yoo
Jin yang terlihat sedang berfikir keras.
“Aihhh, kau ini, kau tidak bisa
sebentar saja memikirkan hal lain selain buku-buku itu?”
”Memangnya kau?”
“Sudahlah kalian ini,” aku
melanjutkan makanku, sementara Seungri kembali menari-nari.
Aku melihatnya lagi. Dia sibuk
mendrible bola basket di tangannya. Apa dia akan masuk club basket juga? Hah,
apa peduliku, dia kan orang yang menyebalkan. Tiba-tiba beberapa yoja datang
dan minta berfoto dengannya. Bagaimana
bisa orang seperti dia menjadi populer dan disukai banyak orang? Pasti ada yang
tidak beres pada otak mereka. Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Jam pelajaran akhirnya selesai. Aku
dan Seungri segera melesat keluar dan berganti pakaian. Kami segera berlari ke
gedung ektrakulikuler. Kami memasuki ruang menari. Luas sekali tempat itu. Ada
beberapa siswa juga yang ingin mengikuti seleksi ini. Ini bedanya sekolah
Hagashi dengan sekolah lain. Di sini, jika ingin mengikuti sebuah club harus
lolos seleksi. Benar-benar keren.
Tiba-tiba seorang yoja masuk dan
semua orang memandangnya takjub. Aku mlihatnya biasa saja. Baiklah, dia memang
cantik, rambutnya juga bagus, bajunya apalagi, pasti merek terkenal. Aku pernah
lihat yang seperti itu di toko merek terkenal. Di sebelah kanan kirinya ada dua
yoja yang juga berpenampilan sama bagusnya. Kemudian dia duduk di salah satu
bangku di dalam ruangan dan mengeluarkan cermin lalu mematutkan dirinya. Apa
yang dia lakukan di sini? Belum juga pertanyaanku terjawab datang 3 orang.
“Siapkan diri kalian, audisi segera
di mulai.” Kata salah seorang dari mereka.
“Perkenalkan, saya Park Hyo Jo,
ketua club dance, Lee Dong Hae, dan Kim Hee Chul, kami adalah pengurus dan
sekaligus pelatih kalian kelak, jadi berikan yang terbaik agar kalia bisa
lolos,” kata Park Hyo Jo-nim.
Benarkah aku bisa dilatih oleh
mereka? Benarkah ini aku tidak bermimpi. Semua orang tahu siapa ketiga orang
itu. Mereka adalah penari professional yang terkenal di seluruh dunia. Aku
harus bisa lolos dan bisa dilatih oleh mereka. Aku harus melakukan yang
terbaik. Semua bersiap-siap. Audisi pun dimulai. Aku semakin nerves. Aku lihat
Seungri yang penuh percaya diri saat menari. Dia benar-benar sangat bagus. Dia
menari seolah music ada dalam dirinya. Setiap gerakannya benar-benar hidup.
Pasti dia lolos.
Dan sekarang giliranku. Aku berdiri
di tengah-tengah semua orang menatapku. Seungri memberiku semangatnya. Aku
mengangguk. Aku tidak pernah belajar menari sebelumnya. Aku hanya melihat Kak
Eunhyuk ketika dia sedang berlatih bersama teman-temannya. Aku menari karena
aku suka. Setiap gerakan yang seirama dengan music, membuatku bahagia.
Sebenarnya aku tidak terlalu peduli aku lolos atau tidak, aku hanya ingin
menari dan menunjukkan pada semua orang bahwa aku bisa. Aku memejamkan mataku,
mulai bersatu dengan music dan aku mulai menari. Saat menari aku merasa seperti
terbang, setiap gerakan memberikan energy baru dalam diriku, dan aku merasa
benar-benar menjadi diriku saat aku menari. Aku bisa melupakan semua beban
berat hidupku dengan menari. Hentakan music menyembunyikan tiap luka yang
kurasakan. Menari benar-benar ajaib. Dan tariankupun selaseai.
Suara tepuk tangan membawaku
kembali ke tanah. Seungri menghampiriku dan memelukku.
“Kau daebak, kau benar-benar
menakjubkan, tarianmu seperti dewa, dari mana kau berlatih dance?” Seungri
memberondongku denga pertanyaan.
Aku masih sibuk mengatur nafasku.
Aku mengucapkan terimakasih pada para pelatih dan kembali ke tempatku. Seungri
mengikuti dari belakang. Aku mengambil botol air minumku dan menenggaknya.
“Yaaaa, kau hebat sekali,” Seungi
mengacak-acak rambutku.
“Hentikan, kau ini apa-apaan sih,
aku tidak berlatih pada siapapun, aku hanya sering melihat kakakku berlatih
bersama teman-temannya dan aku sering berlatih sendiri,”
“Tapi kau benar-benar hebat tadi,”
“Gomawo, semoga kita bisa lolos”
“Ne, kita harus lolos,”
“Kaja, kita pulang,” aku beranjak
dan pergi meninggalkan tempat audisi.
Arah rumah Seungri dan rumahku
berlawanan. Kami pun berpisah di halte dekat sekolah. Saat hendak mengambil
ponselku, sesorang menabrakku.
Bruk!
Aku terjatuh dan ponselku
terlempar. Aduh, sakit sekali, kenapa
orang-orang ini tidak melihat jalan sih?
“Hah, kau lagi, kau suka sekali
berdiri di tengah jalan!”
Aku mendongak. Namja itu lagi.
Kenapa dia ada dimana-mana sih?
“Kau bilang apa? Kau ini, kau
menyebalkan sekali,” aku mengambil ponselku dan berlari ke arah halte bus.
Beberapa saat kemudian namja itu
berlari mengejarku. Aku menambah kecepatan lariku, aku jago soal berlari. Bis
ku sudah datang, aku langsung masuk ke dalam bis, dan duduk di bangku belakang.
Bis berjalan dan dia masih tetap mengejar. Michoso???
Kenapa dia mengejar bis?
Bis bergerak perlahan dan dia
berhasil mengejar bisku. Dia menggedor-gedor jendela di sebelahku, aku semakin
heran dengan tingkahnya.
“Ahjusshi, tolong berhenti,” aku
berlari ke arah pintu bis. “Jongmal jhosonghamnida,” aku membungkuk dan turun
dari bis.
“Ya! neo michyeosseo?? Kenapa mengejar
bis?”
Dia membungkuk mengantur nafasnya. Dia
terengah-engah.
“Kau tidak lihat, ponsel kita
tertukar!”
Aku melongo terkejut. Cepat-cepat
kuambil ponsel dari dalam saku jaketku. Benar, ponsel kami memang tertukar. Aku
tersenyum malu dan menjulurkan ponselnya.
“Mianhae, aku tidak tahu kalo
ponsel kita tertukar,”
“Makanya jadi orang jangan bodoh,”
katanya sambil menyerahkan ponselku.
“Mwo? Siapa yang bodoh? Kau itu
bodoh, siapa yang menabrakku tadi?” dia benar-benar menyebalkan.
Aku berbalik dan pergi
meninggalkannya. Haiiish, apa-apaan dia
itu, seenaknya mengataiku bodoh, dia yang bodoh!!!
Tiba-tiba ada seorang ahjusshi
pingsan ditengah jalan. Aigoo, apa pula ini. Kenapa tiba-tiba paman ini
pingsan. Aku segera menghampirinya.
“Ahjusshi, gwaenchana? Ya,
ahjusshi, berthanlah,” aku menoleh dan namja tadi masih ada di sana. Sedang menelepon.
Aku berlari menghampirinya dan menariknya.
“Ya, apa yang kau lakukan??” dia
menghempaskan tanganku.
“Ada seorang paman yang pingsan,
kita harus menolongnya,” aku menunjuk ahjusshi yang pingsan itu.
“Itu bukan urusanku, kenapa kau
sibuk mengurusi orang lain??”
“Mwo? Babo ya!” aku memukul lengannya
keras dan segera menolong ahjusshi tadi.
“Ya, appo!”
Aku tidak mempedulikannya, aku
segera menolong ahjusshi itu, tapi aku
juga tidak kuat menggendongnya. Haissh,
kenapa dia tiddak mau menolongku. Aku menoleh mencari taksi, kenapa tidak
ada taks yang lewat. Di dekat situ ada klinik, tapi tidak mungkin juga aku kuat
menggendong paman ini. Aku hampir putus asa saat dia datang dan segera
membopong paman itu dan membawanya ke klinik terdekat. Aku mengikutinya dari
belakang.
Di klinik sang paman segera
ditangani oleh paramedic di sana. Kami menunggu di ruang tunggu.
“Gumapta, karena sudah menolong
paman itu,” kataku padanya.
“Kenapa kau yang berterimakasih?” Tanyanya
heran.
Aku tidak menjawab. Aku hanya
tersenyum dan dia menatapku heran. Aku lapar sekali. Aku belum makan siang
semenjak istirahat tadi. Aku capek sekali setelah audisi tadi. Aku beranjak
keluar untuk mencari makan. Dia melihatku keluar dan mengikutiku.
“Kau mau kemana?”
“Aku lapar, aku mau mencari makan,
kamu mau ikut?”
“Kau mau cari makan di mana?”
sepertinya dia juga lapar.
“Tarawa,”
Aku berjalan menuju sebuah penjual
sate ikan. Sate ikan itu enak sekali.
“Bibi, aku mau sate ikannya,” aku
mengambil sate ikan yang masih panas.
Ahjumma penjual sate ikan memberiku
mangkuk berisi saus. Aku maka sate ikan dengan lahap. Enak sekali sate ikan ini.
Namja itu menatap aneh padaku.
“Waeyo? Kau mau? Ambil saja,”
kataku dengan mulut penuh daging ikan.
“Kenapa aku harus makan itu?”
“Yasudah kalo tidak mau,” aku terus
makan sate ikan. Sepertinya dia juga lapar sekali. Tapi kenapa dia tidak mau
makan. Ada-ada saja.
Tiba-tiba dia mengambil sebuah sate
ikan dan langsung memakannya.
“Huwaaa, panas!”
Aku tertawa melihat tingkahnya. “Ya,
kau tidak liat asap yang mengepul itu?”
“Tapi, enak juga,” katanya.
Dan beberapa saat kemudian kami sibuk
makan setiap tusuk sate ikan yang ada. Melihat tingkahnya benar-benar membuatku
tertawa. Dia bilang ini adalah pertama kalinya dia makan sate ikan di pinggir
jalan. Aku heran, selama ini dia hidup dimana? Setelah hampi sepuluh tusuk sate
ikan, kami pun membayar dan kembali ke klinik.
“Kau benar-benar baru pertama kali
mencobanya?” tanyaku dalam perjalanan kembali ke klinik.
“Kenapa? Tidak boleh?” jawabnya
ketus.
“Ani, hanya heran saja, kau orang
Korea tapi belum pernah makan sate ikan di pinggir jalan?”
“Sudah diam, aku akan pulang,”
“Pulanglah, aku kan menemui pama
tadi,”
Dia pun pulang tanpa mengatakan
apapun. Dasar orang aneh.
Ternyata paman tadi baik-baik saja,
hanya kelelahan. Pihak klinik akan mengurusnya dan mengantarnya pulang. Aku mengucapka
terima kasih dan segera pulang. Kakak pasti mencariku.
Benar saja, sampai rumah kakak
sudah berdiri di depan pintu.
“Kau darimana saja? Kenapa baru
pulang?” Kak Eunhyuk terlihat sangat khawatir.
“Mian Oppa, aku tadi ikut audisi
club di sekolah, lalu ada pama-paman pingsan di tengah jalan, jadi aku
menolongnya, kau marah ya?”
“Aku tidak marah, kan kau bisa
meneleponku, lain kali jangan ulangi lagi ya?”
“Ne Oppa, kau sudah makan? Aku akan
memasak untukmu,”
“Aku belum makan, kau tak perlu
masak, kita makan di luar saja, kau mau?”
“Ne Oppa, kajja,”
Aku masih memakai seragamku saat
aku dan kakak makan malam.
“Kenapa kakak mengajak makan
diluar?” tanyaku saat makan.
“Hari ini kau kan ulang tahun, kau
lupa itu?”
“Jjinjja? Kenapa aku bisa lupa ya?”
aku tertawa.
“Oppa punya sesuatu untukmu,” Kak
Eunhyuk mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.
“Jjinjja Oppa? Apa?”
“Bukalah,”
Aku membuka kotak itu dan ada
sebuah jam tangan sangat bagus di dalam.
“Uwaa, ini cantik sekali Oppa,”
kataku berbinar-binar.
“Kau suka?”
“Suka sekali Oppa, gomawo,” aku
segera memeluk Kak Eunhyuk.
Aku sangat bersyukur Kak Eunhyuk
adalah kakakku. Dia benar-benar malaikatku. Malam itu setelah makan, kami
melihat kembang api di Sungai Han. Aku benar-benar senang.
****************************************************************
Keesokan harinya, Seungri sudah
menunggu ku di gerbang. Wajahnya sangat cerah.
“Kau terlihat senang sekali,”
“Tentu saja, hari ini kan
pengumuman audisi, kita pasti lolos, kajja,” Seungri menarikku ke arah gedung
ekstraklikuler.
Disana sudah ada beberapa siswa. Kami langsung
mencari nama kami diantara nama-nama siswa yang tercantum di papan. Dan kami
menemukan nama kami diantara sepuluh orang yang lolos.
“Seungri-aa, kita lolos!!!!!”
“Benar kan, kita akan lolos,”
Seungri memelukku dan kami sangat
senang sekali. Ini benar-benar keajaiban. Hidupku tidak pernah bisa lebih baik
lagi. Ini hadiah ulang tahun terindah untukku.
Pulang sekolah, kami berkumpul
untuk mendapat pengarahan dari para pelatih. Senangnya bisa mendapatkan
pelatihan dari mereka. Kami diberi teknik-teknik dalam menari, kami diajarkan
gerakan-gerakan baru yang belum pernah kupelajari, kami juga di beri ilmu untuk
menari dengan hati. Benar-benar hebat. Sudah hampir satu bulan aku mengikuti
club menari dan hari ini pelatih mengumumkan sebuah kompetisi couple dance. Aku
dan Seungri langsung memutuskan untuk ikut. Aku belum pernah couple dance
sebelumnya, dan ini akan jadi tantangan untukku.
Hari itu, pulang sekolah, tiba-tiba
namja menyebalkan itu menghampiriku di taman sekolah. Dia menarikku ke arah
pohon besar di taman sekolah.
“Ada apa? Kenapa tiba-tiba menarikku?”
“Kau harus jadi yojachinguku mulai
sekarang,” katanya tiba-tiba.
“MWOOO???” aku benar-benar terkejut
mendengarnya. Dia ini apa-apaan sih?
“Kau tidak dengar? Kau harus jadi
yojachinguku mulai saat ini.”
“Ya, nugu ya? Kenapa bicara
seenaknya?”
“Aku Cho Kyuhyun, apa kurang jelas?
Aku mau kau jadi yojachinguku, pokoknya harus!” dia memaksa.
“ANDWEEE… Kenapa aku harus mau jadi
yojachingumu? Aku bahkan tiak mengenalmu, dan kau itu meyebalkan!” tentu saja
aku tidak mau.
Kyuhyun diam beberapa saat.
“Aku terpaksa melakukan ini, aku
akan dijodohkan, dan aku tidak mau, aku harus membawa seseorang agar orang
tuaku percaya aku mempunyai kekasih, dan mereka tidak akan menjodohkanku lagi,”
jelas Kyuhyun.
“jadi kau mau pura-pura jadi
yojachingumu sehingga kau terbebas dari perjodohan? Kenapa harus aku? Aku kan
tidak menyukaimu,”
“Jebal, untuk satu bulan saja,
sampai orang tuaku percaya kalau aku bisa mencari pendamping hidupku sendiri, “
dia memohon kepadaku.
Ya Tuhan, apa lagi ini? Kenapa tiba-tiba
ada namja yang memintaku untuk jadi kekasihnya? Ini sangat rumit. Aku harus
bagaimana sekarang????
to be continued...
0 komentar:
Posting Komentar