Yey Yatta.. lnjutan Miracle udah ada, ini Part 2 nya...
Cerita kemaren si Kyuhyun minta si Hye Soo buat jadi pacar pura-puranya, apa ya jawabannya? ini dia.. check this out....
..........
“Kenapa kau diam saja?”
“Aku tidak tahu harus menjawab apa,
aku bingung karena kau tiba-tiba mengatakan semua ini,” aku benar-benar
bingung. Ini semua di luar dugaanku.
“Kau tinggal jawab iya atau tidak,
apa sulit untukmu menjadi pacar pura-pura untukku?”
“Lalu kenapa aku harus membantumu?
Apa untungnya buatku? Aku tidak bisa,”
Aku berbalik meninggalkannya. Dia
benar-benar menyebalkan. Apa salahku sampai harus menjadi yojachingu pura-pura
untuknya? Lebih baik aku focus pada kompetisiku. Aku berlari pulang. Dia bukan
urusanku.
Aku berada di rumah Yoo Jin. Dan
ternyata aku masih memikirkan permintaan Kyuhyun. Aku ingin bercerita pada Yoo
Jin. Tapi entahlah, aku merasa tidak mampu untuk bercerita pada Yoo Jin. Ini
masalahku, aku tidak ingin Yoo Jin ikut bingung.
“Yoo Jin-aa, apa kau sudah punya
namjachingu?”
Yoo Jin yang sedang mengerjakan
soal berhenti menulis dan menatapku. Aku duduk di bibir jendela menatap jalan
rumah Yoo Jin.
“Kenapa tiba-tiba Tanya begitu?
Tentu saja aku tidak punya, aku tidak aka punya namjachingu kalo aku tidak
mencintai seorang namja. Kau kenapa sih?” Yoo Jin terlihat sangat heran.
“Jadi harus mencintai seseorang ya
biar bisa memiliki kekasih?”
“Tentu saja, bagaimana bisa
sepasang kekasih tidak saling mencintai? Tidak ada yang seperti itu di dunia
ini,”
“Kalau kekasih pura=pura, apa kau
pernah dengar itu?”
“Ya, Hye Soo-aa, kau ini kenapa?
Mana ada di dunia ini kekasih pura-pura? Itu hanya ada dalam film saja.
Sudahlah, jangan bicara macam-macam, bukankah kau ada janji dengan
Seungri-ssi?”
“Ah, geureyo, aku harus menemui
Seungri, aku pergi dulu Yoo Jin, jalga,”
“Ne, hati-hati ya,”
Aku mengambil sepedaku dan melesat
kea rah taman kota. Aku tidak boleh terlalu memikirkan ini, aku harus focus
pada kompetisi ini, Seungri sudah sangat bersemangat, aku tidak boleh mengecewakannya.
Aku melihat Seungri sedang bermain bola dengan anak kecil. Wajahnya terlihat
sangat bahagia. Dia terlihat sangat manis dengan senyum kekanak-kanakannya.
Andwe, apa yang kupikirkan. Aku memarkir sepedaku dan menghampiri Seungri.
“Annyeong, kalian terlihat senang
sekali?”
“Annyeong, Hye Soo-aa, dia
mengajakku bermain, dan karena kau belum
datang, aku menemaninya bermain, namanya Na Rie. Na Rie-aa beri salam pada Hye
Soo nuna,”
“Annyeonghaseyo, nuna,” sapanya
ramah.
“Ne, Na Rie, kau imut sekali,”
Na Rie dipanggil ibunya, aku dan
Seungri menuju ke bangku taman. Seungri membawa laptopnya. Dia memperlihatkan
padaku banyak couple dance. Dia benar-benar mempersiapkannya. Dan hari itu kami
mulai berlatih. Kami berlatih tiap pulang sekolah. Kami berlatih di taman,
kadang di rumahku. Terkadang kami meminta saran pada Kak Eunhyuk, dia dengan
senang hati membantu kami. Saat melihat Kak Eunhyuk dan Seungri menari bersama,
rasanya menyenangkan sekali. Mereka benar-benar berbakat.
Untukku sendiri, menari adalah
impianku. Aku sebenarnya tidak terlalu peduli pada kompetisi itu. Aku haya
ingin menari. Aku akan pergi kemanapun dimana aku bisa menari. Saat berlatih
pun aku menari seolah-olah aku sudah berada pada kompetisi itu. Ayah pernah
melarangku menari, tapi ayah tidak akan pernah mengerti, aku sudah bertekad
akan menjadikan menari sebagai hidupku.
Kompetisi tinggal seminggu lagi.
Aku dan Seungri optimis akan memenangkan kompetisi ini. Hari ini Seungri tidak
bisa berlatih karena ada urusan. Dia tidak mengatakan apa urusannya. Ya
sudhalah, aku pulang saja. Aku akan memasak untuk Kak Eunhyuk saja. Tiba-tiba seseorang
menarik tanganku,
“Hye Soo-ssi, gidarida,”
Kyuhyun berdiri di belakangku. Dia
menatapku tajam.
“Wae? Aku kan sudah bilang, aku
tidak mau, mianhae, aku tidak bisa membantumu,” aku mencoba melepaskan
cengkraman Kyuhyun.
“Apa alasanmu? Bukankah mudah
berpura-pura menjadi yojachinguku?”
“Aku tidak mau, aku tidak mau
menyebabkan masalah, percayalah, berbohong tidak pernah membawa kebaikan, sudah
lepaskan tanganku,”
“Siapa yang berbohong?”
“Ya! Kau pikir berpura-pura pacaran
tidak berbohong? Kita akan membohongi orang tuamu, dan semua orang, aku tidak
ingin seperti itu, kau tidak akan pernah mengerti rasanya dibohongi,”
Perlahan dia melepaskan tanganku. Akupun
meninggalkannya.
Aku tidak mengerti dengan jalan
pikirannya. Kenapa kalau dia tidak mau dijodohkan, kenapa dia tidak bilang saja
kalau dia tidak mau? Kenapa malah ingin berbohong? Siapa yang dijodohkan
dengannya. Kenapa orang tuanya menjodohkan dia? Dia kan masih sekolah? Apa
mereka pikir tahun 2012 benar-benar akan kiamat? Ah, sudahlah, itu bukan
urusanku. Aku hendak menelepon Kak Eunhyuk saat kusadari ponselku tidak ada.
Aku teringat, ponselku tertnggal di laci mejaku. Aiiissh, kenapa harus tertinggal?
Aku berbalik kemabli ke kelas. Untung saja kelas belum dikunci. Benar kan,
tertinggal di laci.
Saat berjalan ke arah gerbang, aku
mendengar suara bola basket. Aku penasaran dan melihat kearah lapangan basket.
Ada Kyuhyun disana. Sedang bermain basket seorang diri. Saat melihatnya bermain
basket, ada perasaan yang aneh. Dia terlihat sangat berbeda. Wajahnya serius
penuh semangat, penuh tekad dan tampan. Dia bermain basket seakan bola basket
adalah bagian dari dirinya. Permainannya lembut tapi tegas, setiap tembakan
masuk, gerakan tubuhnya, benar-benar permainan professional. Aku mungkin tidak
menyukai basket, tapi aku cukup tahu permainan bola basket, dan Kyuhyun
benar-benar melalukannya dengan sangat baik.
Aku masih terpana saat Kyuhyun
berjalan kearahku, kenapa aku tiba-tiba gugup seperti ini. Aku berdiri
mematung.
“Kau lihat apa?” Tanya Kyuhyun
tiba-tiba.
“Oh, ani, aku hanya lewat saja,
sudah ya, aku harus pergi,” aku cepat-cepat meninggalkannya.
“Ya, kau benar-benar tidak bisa
mempertimbangkan permintaanku?”
Aku tidak menoleh, aku hanya
menggeleng sambil terus berlari menjauh.
***************************************************************
Seungri terlihat pucat hari ini.
Dia tidak ceria seperti biasanya. Dia hanya diam saat aku memperlihatkan foto kostum
yang akan kita pakai saat couple dance competition nanti.
“Seungri-aa, gwaenchana? Kau
terlihat pucat, apa kau sakit?”
“Ani, naneun gwaenchana yo,
jongmal,” katanya meyakinkanku.
“Tapi kau pucat, kau harus ke ruang
kesehatan, perawat harus memeriksamu,” kupegang dahinya, “aigooo, kau panas
sekali, Yoo Jin-aa, bantu aku membawa Seungri ke ruang kesehatan,”
Aku dan Yoo Jin menuntun seungri
dan membawanya ke ruang kesehatan. Dia ini kenapa sih? Sakit kenapa masih saja
berangkat ke sekolah? Seharusnya dia ke dokter dan beristirahat di rumah. Bagaimana
kalau sesuatu terjadi padanya? Kenapa pula aku sepanik ini? Pikiranku
benar-benar kacau pagi ini. Sesampai di ruang kesehatan, seorang perawat
sekolah memeriksanya. Aku harap-harap cemas menunggu hasil pemeriksaan.
“Dia hanya demam, terlalu capek dan
butuh banyak istirahat, sementara ini biarka dia tidur,” kata perawat sebelum
pergi meninggalkan kami.
“Ne, khamsahamnida,” kami
membungkuk sebentar dan melihat keadaan Seungri.
Wajahnya sangat pucat dan badannya
lemah. Apa yang dia lakukan sampai seperti ini? Dia seperti bisa mati kapan
saja. Yoo Jin pergi untuk menemui guru dan mengijinkan Seungri untuk tidak
mengikuti pelajaran. Aku pun akhirnya
kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran dengan pikiran kusut. Saat istirahat,
aku dan Yoo Jin pergi ke ruang kesehatan. Seungri mulai bangun saat aku
menghampirinya.
“Kau sudah bangun? Bagaimana
perasaanmu?” tanyaku.
“Aku baik-baik saja, gomawo,”
jawabnya lemah.
“Apa yang kau lakukan, kenapa bisa
sakit?” tanyaku khawatir.
“Sepertinya aku berlatih terlalu
keras, hehehe… Kita kan harus menang, ne?” katanya kembali menunjukkan wajah
jahilnya.
“Kau ini masih bercanda di saat
seperti ini, kau jangan memaksakan dirimu, kalau kau lelah, istirahatlah, hanya
kau yang tahu keadaan tubuhmu, jangan siksa dirimu, kita harus menang bukan
berarti melukai diri sendiri kan?” jelasku panjang lebar.
“Kenapa kau jadi cerewet sekali?
Eomma ku saja tidak pernah secerewet ini,”
“Apa kau bilang? Aku cerewet?”
“Kalian kapan berhenti, ini makanlah!”
Yoo Jin memberi kami sandwich yang
lezat.
“Ah, Hye Soo-aa, bagaimana dengan
kostum kita?” Tanya Seungri tiba-tiba.
“Kau tenang saja, aku sudah
menyiapkannya,”
“Kau daebak,”
Aku senang Seungri baik-baik saja.
Aku sudah hampir mati karena mengkhawatirkannya. Kenapa aku begitu khawatir dia
sakit? Apa aku khawatir karena dia partner menariku atau aku khawatir karena…
Ah dia kan sahabatku, wajar kalau aku khawatir saat dia sakit.
“Kenapa kau begitu mengkhawatirkan
Seungri?”
Aku menoleh karena kaget.
“Busun mariya?” jangan-jangan dia
membaca pikiranku.
“Kulihat kau sangat
mengkhawatirkannya, aneh juga, dia kan hanya demam biasa, tidur sebentar juga
sembuh, kenapa begitu khawatir?” Tanya Kyuhyun dengan nada sedih, yang entah
hanya perasaanku saja atau memang terdengar seperti itu.
“Tentu saja aku mengkhawatirkannya,
dia sahabatku,”
Kyuhyun tersenyum tipis. Kenapa
dia? Kenapa aku dikelilingi orang-orang yang aneh? Pikiranku benar-benar kacau
sekarang.
“Akan ada pertandingan basket
nasional minggu depan, kau bisa datang?”
“Mwo?” bicara apa lagi dia ini?
“Dwaesseo, aku hanya asal bicara,
kau pasti tidak akan datang,”
Lalu dia pergi dengan langkah
gotai. Ini sebenarnya ada apa? Kenapa semua orang bertingkah aneh hari ini?
Kepalaku semakin pusing. Aku pulang saja. Hari ini aku memutuskan untuk
langsung pulang dan tidur sepuasnya. Aku benar-benar tidak bisa berpikir
sekarang.
Aku benar-benar langsung pulang
hari ini. Aku menghempaskan dirku di tempat tidur. Kepalaku sakit sekali. Tiba-tiba
ponselku bordering.
“Yobosseyo,” jawabku malas.
“Ya, Hye Soo-aa, kau dimana? Kita
latihan lagi, kajja!” suara Seungri melengking di kepalaku.
“Mian Seungri-aa, aku sedang ada
urusan sekarang, kau berlatihlah sendiri. Besok saja kau ke rumahku dan kita
berlatih,”
“Kau kenapa? Apa kau sakit? Apa
perlu aku ke rumahmu sekarang?” dia terdengar panic.
“Aniyo, aku hanya mengantuk,
semalam aku tidak tidur karena PR Pak Kim, jadi aku ingin tidur hari ini,”
jawabku sekenanya.
“Oh, ne arasseo, tidurlah, kita
bertemu besok,” telepon ditutup.
Apa yang harus aku lakukan? Kenapa
semua jadi seperti ini? Tiba-tiba Kak Eunhyuk sudah duduk di samping tempat
tidurku.
“Kau tidur?”
“Oppa? Sejak kapan disini?” sejak
kapan dia datang?
“Sejak ponselmu berdering dan kau
tidak mengangkatnya. Apa yang PR nya Pak Kim, jelas-jelas seamlam kau tidur
seperti orang mati. Kenapa berbohong?”
Aku diam saja. Aku memang berbohong
pada Seungri, tapi aku tidak pernah bisa bohong pada Kak Eunhyuk. Dia tidak
pernah membiarkaku berbohong padanya.
“kau jatuh cinta kan?”
Aku terdiam. Tiba-tiba seluruh
tubuhku terasa kelu. Apa yang dikatakan Kakak? Kenapa dia bertanya seperi itu?
“Mola,” jawabku pelan. Aku memang
benar-benar tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi padaku. Laipula, kalau
benar aku jatuh cinta, aku jatuh cinta pada siapa?
“Kau masih kecil, wajar kalau kau
tidak bisa memahami perasaanmu sendir, tapi lambat laun, kau akan memahaminya, siapa
dia?”
“Aku.. Aku tidak tahu Oppa, aku
bingung, aku hanya ingin sekolah dan menggapai impianku sebagai seorang dancer,
aku tidak mau hal-hal seperti ini menghalangiku.”
“Dengan itulah kau akan dewasa,”
“Oppa,” panggilku pelan.
“Ne?”
Aku menggeleng. Aku benar-benar
bingung harus mengatakan apa. Aku bingung harus berbuat apa. Bayangan Kyuhyun
terus ada di kepalaku.
“Ya, kau melamun?” Tanya Kak
Eunhyuk mengagetkanku.
“Ah, ani, aku hanya memikirkan
kostum apa yang harus kupakai saat kompetisi nanti, apa yang pas untukku dan
Seungri ya?”
“Bukankah kau sudah mendapatkan
kostumnya? Kau perlihatkan padaku kemarin,”
“Jjinja? Mian, aku lupa,”
“Sepertinya kau perlu istirahat,
tidurlah, jangan sampai kau sakit,” Kak Eunhyuk menata bantal dan selimut
untukku.
Benar kata kakak, aku harus tidur.
Aku harus melupakan bayangan Kyuhyun.
**************************************************************
Malam itu Yoo Jin meneleponku.
“Iya Yoo Jin,” kataku di tengah
tidurku.
“Kau tidur ya?” tanyanya.
“Aku hanya tiduran, seharian ini
kepalaku sakit,”
“Kau tahu Hye Soo-aa, aku sudah
punya joyachingu,”
“Jjinja???” kali ini aku
benar-benar terbangun.
“Jogmal yo, kau tahu? Kak Yesung,
sunbae kita di SMP? Dia pintar ya? Aku bertemu dengannya di bimbingan belajar,
dan kau tahu, aku sangat menyukainya, dan aku bilang padanya, dan dia juga
menyukaiku, bahkan sejak masih di SMP. Percayakah kau itu?”
“Yoo Jin-aa… Aku benar-benar
senang mendengarnya. Tetapi, kenapa
suaramu seperti menangis?” aku sedikit heran dengan nada suaranya yang
bergetar.
“Aku dijodohkan, Hye Soo-aa,”
“Mwo?? Dijodohkan? Kau bicara apa?
Dengan siapa?” aku benar-benar bingung, kenapa semua orang tua menjdohkan
anaknya?
“Kau tahu Cho Kyuhyun-ssi? Sunbae
kita di sekolah, dia yang dijodohkan denganku,”
Ini tidak masuk akal! Jadi Kyuhyun
akan dijodohkan dengan Yoo Jin sahabatku? Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau
Yoo Jin dan Kyuhyun dijodohkan, Yoo Jin
menyukai Kak Yesung, mereka akan berpisah. Benar-benar tidak masuk akal!
“Hye Soo-aa, kau masih di sana?”
“Oh, iya Yoo Jin-aa, aku hanya
terkejut saja, lalu kau bagaimana?”
“Aku tidak tahu harus bagaimana,
aku dan Kyuhyun tidak saling menyukai, kami masih sekolah kenapa kami
dijodohkan?”
“Kita bicarakan besok, kita bertemu
besok,”
“Baiklah, aku tutup ya,”
“Ne,”
Aku menjatuhkan ponselku ke
kasur. Kenapa semua ini terasa sangat
tiba-tiba? Aku ingin menemui Kyuhyun sekarang juga. Tapi bagaimana caranya, aku
bahkan tidak tahu nomor ponselnya. Aku melihat jam, jam 8. Aku ini kenapa?
Bukankah aku tidak peduli padanya? Aku memikirkan Yoo Jin, apa dia harus putus
dengan Kak Yesung? Aku bingung, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Tiba-tiba
ponselku berdering. Aku tidak mengenal nomornya.
“Yoboseyo?”
“Aku ingin bertemu denganmu,
datanglah ketaman,”
Aku tidak menjawab. Aku menutup
telepon dan berlari keluar. Aku masih memakai seragamku. Aku berlari ke taman.
Jaraknya tidak jauh, aku hanya butuh sepuluh menit untuk sampai sana. Apa ini?
Kenapa dia meneleponku disaat aku ingin bertemu dengannya? Aku tidak bisa
memikirkan logika apapun sekarang. Aku hanya ingin melihatnya dan mengatakan
apapun yang ingin kukatakan. Aku berlari di belokan terakhir sebelum taman. Aku
melihatnya. Dia berdiri di sana. Entah kenapa aku lega melihatnya.
Aku berhenti di depan. Aku berusaha
mengatur nafasku. Dadaku seperti hampir pecah. Tapi aku tidak peduli.
“Kenapa kau tidak mengatakannya
padaku?” aku mencoba bicara.
Dia tidak mengatakan apapun.
“Kenapa kau berbuat semaumu
sendiri? Kenapa tiba-tiba memintaku untuk jadi yojachingumu saat kau akan
dijodohkan dengan sahabatku Yoo Jin? Kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya
kepadaku? Siapa kau ini? Mengapa menganggu hidupku? Kenapa harus sahabatku?
Kenapa harus menghancurkan kebahagiaan sahabatku? Aku tidak mengerti!” entah
kenapa aku bicara sebanyak itu, dan entah kenapa aku menangis.
Dia menarikku dan memelukku. Kenapa
dia ini? Aku berusaha melepaskan pelukannya. Tapi dia menahanku.
“Aku menyukai sejak kecil, aku
mengagumi sejak kita masih SD, aku sangat menyukaimu, sejak dulu, sejak kita
tidak pernah mengenal satu sama lain.”
“Apa maksudmu?” Aku berusaha
melepaskan diri.
“Kau mungkin tidak tahu, tapi aku
akan selalu ingat wajahmu yang menangis saat kau kehilangan orang tuamu, aku
tidak pernah bisa melupakan wajah sedihmu saat itu. Benar-benar menyakitkan.
Dan yang lebih menyakitkan lagi, akulah penyebab kesedihanmu. Aku berdosa
padamu.”
“Apa maksudmu?”
“Orangtuamu kecelakaan karena
menghindari aku yang saat itu sedang menyeberang. Aku tidak tahu sampai aku
melihatmu keluar dari mobil dan menangis memanggil ibumu.”
Badanku menjadi lemas. Aku tidak
tahu apa-apa soal ini. Aku tidak pernah tahu soal ini. Kenapa? Aku hampir saja
jatuh saat Kyuhyun melepas pelukanku.
“Mwo ya?”
“Aku mungkin tidak akan pernah
peduli, tapi kau gadis yang kusukai, kau gadis yang selalu memberiku permen
lollipop saat aku menangis, aku tidak bisa lupa itu. Tapi aku menyakitimu.
Sejak saat itu aku mengikutimu, tapi aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku
terus menyukaimu sampai akhirnya kau tersenyum lagi, aku melihatmu menari dan
itulah kebahagiaanmu.”
“Kau ini bicara apa? Aku tidak
pernah mengenalmu, aku tidak pernah memberimu permen lollipop, aku tidak pernah
mengenalmu,” dia ini siapa? Apa yang dia bicarakan?
“KAu mungkin sudah lupa, karena kau
mengalami amnesia ringan saat kecelakaan, tapi aku tidak pernah lupa, aku tidak
akan pernah bisa melupakanmu, dan aku tidak bisa menikah dengan Yoo Jin!
Kalaupun aku ingin menikah kelak, aku hanya ingin menikah denganmu. Aku ingin
membalas semua dosaku dengan membahagiakanmu! Apa itu masih belum jelas?”
Kyuhyun setengah berteriak kepadaku.
Aku benar-benar terkejut mendengar
semua ini. Kenapa ini semua serba mendadak? Aku diam tanpa mengatakan apapun,
aku lelah, kepalaku sakit. Aku ingin pulang dan tidur agar aku bisa melupakan
semua ini.
“Kau ingat ini?” Kyuhyun
menyodorkan sebuah Lemon Tea hangat. Itu minuman kesukaan. Dulu sewaktu kecil,
seorang laki-laki selalu memberiku Lemon Tea hangat yang diambilnya dari toko
milik orang tuanya. Apakah dia?
Aku menatapnya. Aku belum bisa
mempercayai semua ini. Aku berlari pulang. Aku tidak ingin melihatnya lagi. Aku
terus berlari. Aku tidak ingin semua ini terjadi. Dia adalah adalah cinta
pertamaku. Dia yang menghilang dari hidupku. Kini dia datang lagi dan membawa
luka. Aku ingin menangis.
Aku sampai di kamar. Aku
menguncinya. Kak Eunhyuk menggedor-gedor pintu kamarku. Aku tidak peduli. Aku
membuka kotak yang kusimpan di bawah tempat tidur. Semua foto itu, semua mainan
itu, permen lollipop itu, kaleng Lemon Tea hangat, semuanya adalah dia. Kenapa
dia yang menyebabkan orang tuaku meninggal? Aku menangis dalam diam. Semalaman,
hingga aku tertidur dan bermimpi tentang masa kecilu.
*****************************************************************
Hari kompetisi akhirnya tiba. Aku
dan Seungri berdiri di depan gedung sebuah manajemen besar di Korea.
“Kau siap?”
“Ne!” kataku
“Kajja!” Seungri menarik tanganku
dan kami masuk ke dalam gedung.
Banyak sekali peserta yang ikut.
Aku tiba-tiba merasa gugup. Kami telah beraltih mati-matian selama sebulan ini,
aku ingin kami menang. Mungkin ini pertama kalinya aku merasa ingin menang. Aku
tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, tapi hari ini aku harus
menang. Kami harus menang. Acara di mulai. Kak Eunhyuk juga sudah datang dan
bergabung dengan penonton, kami mendapat nomor urut 13, angka sial. Tapi tidak
bagiku, tidak aka nada kesialan yang akan menghalagi kami.
Pasangan lain benar-benar bagus.
Mereka benar-benar ahli. Aku benar-benar gugup. Aku harus bisa mengalahkan
mereka. Aku tidak ingin mengecewakan Seungri. Dia sangat bersemangat. Aku juga
harus bisa bersemangat. Satu peserta lagi adalah giliran kami. Sebelum itu, aku
mengirim sebuah pesan.
Datanglah
ke taman jam 8.
Dan aku siap. Aku dan Seungri naik
ke atas panggung. Kami memandang satu sama lain. Aku mengangguk. Dan kamipun
mulai menari. Aku benar-benar seperti terbang di atas awan. Ini yang
kuinginkan. Menari di atas panggung, dengan lampu yang menyorot padaku, dengan
music yang menggelegar, dan disaksikan seluruh negeri. Sekarang aku akan
membuktikan aku bukanlah sekedar nama, aku bukanlah sekedar wajah dalam
keramaian, tapi aku Lee Hye Soo, penari hebat. Aku menari dengan hati. Aku siap
untuk tantangan yang lebih besar. Aku akan menari seumur hidupku.
Dan akhirnya kami mendapat juara
pertama. Kami akan mewakili Korea untuk kontes penari tingkat dunia. Kupeluk
Seungri. Kupeluk Kak Eunhyuk. Impianku benar-benar jadi nyata.
*************************************************************
Dia berdiri di sana. Dia
benar-benar sesuai bayanganku. Dia masih sama seperti dalam ingatanku.
“Sudah lama menunggu?” tanyaku.
Dia menoleh.
“Ne, aku datang satu jam lebih
awal,”
“Wae? Itu kan lama sekali?”
“Aku tidak ingin kau menungguku
lalu kau aka pergi, chukkae yo, kau memenangkan kontes itu, kau akan terus
menari kan?”
“Geurom!”
Kami saling memandang. Ya Tuhan,
apa ini? Aku berdebar sangat keras.
“Apa kau masih mempertimbangkan
permintaan untuk berpura-pura jadi yojachinguku? Ini dem kebaikan Yoo Jin
juga,”
“Aku sudah bilang, aku tidak mau!”
jawabku tegas.
“Wae? Kenapa kau menyuruhku kesini
kalau kau tidak mau?”
“YA! Babo ya? Aku kesini bukan
untuk pura-pura jadi yojachingumu, aku kesini untuk benar-benar jadi
yojachingumu, kau keberatan? Yasudah!” aku berbalik.
“Mwo? Kau bilang apa? Jongmal yo??”
“Kalau tidak mau ya sudah, jalga,”
Tiba-tiba dia menarikku dan
memelukku.
“Gomawo yo, jogmal gomawo,”
Aku mengangguk dalam pelukannya.
Kyuhyun menggenggam tanganku.
“Sekarang kita bertemu orang tuaku,
kau siap?”
“Ne, kajja!”
Aku dan Kyuhyun berjalan
berdampingan. Aku tahu, mungkin dia penyebab orangtuaku kecelakaan, tapi
bukankah kita harus mengambil sisi baiknya? Aku dan Kak Eunhyuk hidup bahagia. Aku
pun bertemu Kyuhyun. Aku juga bahagia dengannya. Yoo Jin pun pasti merasa
bahagia. Aku akan terus menari bersama Seungri. Aku juga akan sangat terkenal. Aku
akan hidup bahagia, bukankah itu hal yang bagus?
Tunggu.
“Kau bilang kita akan bertemu
orangtuamu?”
“Ne, wae?”
“Kita akan bertemu dengan ayahmu
yang sangat menakutkan itu?”
“Ne, kau sudah sangat menegnalnya
kan?”
Aku menarik tangan Kyuhyun,
“Bisakah kita tunda? Aku harus
mengerjakan PR sekarang,”
“Ani, kajja!” dia mengeluarkan
senyum evilnya.
Kyuhyun menarik tanganku, dan aku
harus bertemu ahjussi itu? Dowa juseyoooooo… ><
******************************END*******************************
0 komentar:
Posting Komentar