Ternyata Dong Hae prgi ke Amerika tanpa mengatakan apapun pada Ji Hyun... Bagaimana kelanjutannya? This Is In My dream Part 14
Tanpa
mengatakan apapun aku berlari meninggalkan Hyuk Jae. Aku berlari meninggalkan
tempat kompetisi. Aku berusaha menelepon Dong Hae, tapi berapa kalipun aku
mencoba, dia tidak mengangkat teleponnya. Apa-apaan dia ini? Kenapa pergi
seenaknya? Aku terlalu memikirkan ini sampai aku menabrak seseorang. Aku jatuh
terduduk di tanah. Aku tidak ingin bangun, aku hanya menunduk.
“Ya,
gwaenchana?” tanya orang yang menabrakku.
Aku diam
saja. Aku masih tetap menunduk. Orang itu memegangku untuk melihat keadaanku dan
saat aku mendongak, kulihat Dokter Ji Hoon.
“Ji
Hyun-aa? Kau? Gwaenchana” tanyanya.
“Dong
Hae-ssi, dia akan berangkat ke Amerika? Kenapa tiba-tiba pergi?”
Dokter Ji
Hoon hanya menatapku. Kami berdua duduk di taman depan gedung olahraga. Untuk
beberapa saat kami tidak mengatakan apa-apa. Dia memberiku sebotol air minum.
Aku hanya menerimanya dan tidak berniat untuk meminumnya. Aku hanya menatap
orang orang yang berlalu lalang di depan kami.
“Pasti
rasanya sangat menyebalkan,” kata Dokter Ji Hoon tiba-tiba.
“Geure,”
jawabku setelah beberapa saat. “Aku masih ingin mengatakan banyak hal, aku
tidak ingin menahannya, aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya,”
“Apa dia
benar-benar tidak memberitahumu akan berangkat hari ini?”
Aku
menggeleng pelan. “Dia benar-benar bodoh!”
Dokter Ji
Hoon tidak berkata apa-apa. Dia mengeluarkan ponselnya yang bordering. Dia
melihat ponselnya beberapa saat lalu menoleh padaku.
“Kau mau
bertemu Dong Hae?” Aku menoleh padanya.
Aku
buru-buru membuka pintu mobil Dokter Ji Hoon lalu berlari kearah pintu masuk
bandara. Kaya Dokter Ji Hoon, pesawat Dong Hae berangkat satu jam lagi. Aku
berlari berputar-putar mengelilingin bandara. Aku melihat satu per satu wajah
setiap orang yag berada disana. Aku melihat ke bagian pengecekan paspor, aku
melihat ke ruang tunggu, aku naik tutrun ekskalator, aku bahkan beberapa kali
menepuk orang yang salah.
“Aku sangat ingat dulu dia sangat ingin menjadi
penyanyi dunia. Aku pernah mengejeknya, dengan suara seperti itu, bahkan
kucingpun tak ingin mendengarnya. Tapi dia tetap ngotot ingin mengikuti sebuah
lomba bernyanyi di daerah kami, dan dia mendapat juara pertama. Sejak saat itu
kulihat dia memupuk impiannya menjadi seorang penyanyi. Saat ayah menentangnya,
dia tetap maju, sampai sekarang dia benar-benar menjadi penyanyi negeri ini.
dan masih belum cukup, dia ingin diakui dunia, dia tidak sedikitpun ragu
menerima tawaran produser,entah apa yang membuatnya bertindak sejauh ini, tapi
tak sedikitpun aku ingin menghalanginya, sayapnya sudah terkembang, apa yang
bisa kulakukan?”
Kata-kata
Dokter Ji Hoon terus terngiang di telingaku. Aku masih terus berlari
kesana-kemari. Apa dia sudah masuk pesawat? Bagaimana ini? Aku hampir putus asa
mencarinya. Apa mungkin aku bisa bertemu dengannya lagi? Aku terduduk di sebuah
kursi tunggu. Aku terengah-engah. Aku menatap sekelilingku. Kenapa bandara ini
besar sekali? Aku harus mencari kemana lagi? Terdengar pengumuman dari pengeras
suara bahwa penerbangan menuju Amerika akan berangkat 15 menit lagi. Aku
menghela nafas panjang, sepertinya tidak akan mungkin bertemu dengannya. Aku
menunduk menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku memutuskan untuk pulang.
Aku membuka tanganku dan kulihat seseorang di hadapanku. Aku tersentak menatap
Dong Hae di hadapanku.
“Aku
tidak bisa menemukanmu,” aku berdiri menatapnya dan terisak pelan.
“Kau
terlalu memaksakan diri,” katanya sambil tersenyum.
“Kenapa
pergi begitu saja? Apa kau ini hantu? Saat berpisah harus bilang selamat
tinggal kan?”
“Itu
tidak perlu, aku tidak akan pergi ke Amerika,”
“Ne?” aku
menatapnya penuh tanda tanya.
“Apa
pendengaranmu bermasalah? Aku tidak akan pergi ke Amerika,”
“Wae?”
“Mungkin
dulu aku bernyanyi karena aku ingin terkenal, tapi sekarang aku bernyanyi
karenamu, kalau kau tak bersamaku, apa bisa kau bernyanyi? Ayo pulang,” dia
membalikkan badannya.
“Ya, kau
mau kemana? Kau bisa ketinggalan pesawat, kau harus pergi sekarang,” aku
bergerak menarik lengannya.
“Aku
bilang aku tidak akan pergi!” dia membentakku.
Aku
terkejut dengan semua sikapnya.
“Ya!!! Michoseo???
Apa kau akan membuang kesempatan ini begitu saja? Bukankah ini yang kau tunggu
selama ini? Kau harus pergi, kau bilang kau ingin menjadi nomor satu, kau harus
pergi, kau harus membuat album disana, dan berdiri di panggung yang sangat
besar, apa kau lupa itu?” sekarang aku juga berteriak padaya.
“Bukankah
kau tidak ingin aku pergi?”
“Geure!
Aku memang tidak ingin kau pergi, tapi sekarang aku ingin kau pergi, aku ingin
kau meraih impianmu, aku ingin melihatmu membuat mimpimu jadi nyata,” air mataku
mengalir perlahan. “Kau tahu? Aku sangat mengagumimu, mungkin kau tidak pernah
tahu, tapi sejak melihatmu di televisi, di acara pencarian bakat itu, aku
benar-benar terpesona olehmu, aku sangat menyukai suaramu, aku sangat mengagumi
caramu bernyanyi, kau benar-benar sangat tampan saat itu, aku sangat
mengidolakanmu.”
Aku
berhenti untuk mengatur nafasku.
“Lalu aku
bertemu denganmu,” aku melanjutkan. “Aku bertemu denganmu dan ternyata kau
tidak setampan itu. Kau bahkan menyebalkan, kau sangat angkuh, benar-benar
tidak seperti yang kubayangkan, tapi saat melihatmu bernyanyi, seperti apapun
kau, kau terlihat sangat tampan dan menawan, sepertinya aku akan selalu
terpesona olehmu,” air mataku mengalir semakin deras.
“Kau
selalu mengajakku bertengkar dan membuatku naik darah, apa itu yang namanya
terpesona, kau juga sangat merepotkan, apa itu sikap terpesona?”
“Geure,
aku terlalu terpesona olehmu, karena itulah, aku selalu melakukan hal-hal bodoh
di depanmu, tapi itu belum cukup, kau harus lebih tampan lagi, kau harus
bernyanyi lebih keren lagi, kau harus berdiri di panggung dunia yang megah,”
aku kini terisak.
“Kotjimara
hajima, Kau tidak ingin aku pergi kan? Kau ingin menahanku kan? Kenapa bersikap
seperti ini? ” tanyanya marah.
“Ani, kau salah," aku tidak berani menatapnya, aku tidak ingin melihat matanya, aku takut tak bia melepasnya, aku melanjutkan, "mungkin
beberapa saat yang lalu aku ingin kau tetap disini, tapi apa itu adil untukmu?
Aku akan terus melihatmu bernyanyi, itu sudah cukup bagiku, dengan begitu aku
bisa merasa tenang dan kau tahu kan apa yang kurasakan saat melihatmu
bernyanyi? Sekarang aku sangat senang, benar-benar senang. Aku sangat ingin kau
pergi. Sekarang pergilah,” aku menangis terisak sekarang. Air mataku
benar-benar tidak bisa berhenti.
“Apa ini
wajah orang yang bahagia?”
“Geure,
aku menangis kalau aku bahagia,” aku ingin berhenti menangis, tapi airmataku semakin
seperti hujan.
“Kau
benar-benar menyebalkan, kau sangat bodoh,”
“Dong
Hae-ssi, pergilah, dan biarkan aku melihatmu bernyanyi,”
Dong Hae
diam dan meraih tanganku. Menatapku beberapa saat lalu perlahan berbalik
meninggalkanku. Dia berjalan menuju bagian pengecekan passport. Aku
mengeluarkan sesuatu dari jaketku lalu berlari mengejarnya. Aku menarik
lengannya lalu menggenggamkan tali sepatu merahku. Dia tidak mengatakan apapun
lalu berbalik dan menghilang di balik counter pengecekan passport. Aku tersenyum
memandang kepergiannya.
“Annyeong,”
bisikku pelan sambil melambaikan tanganku.
Sejak
saat itu aku tak pernah bertemu Dong Hae. Aku hanya berkirim email sesekali
dengannya. Melihat beritanya di internet, dan tak pernah melewatkan setiap
penampilannya. Aku benar-benar menyukainya, saat dia bernyanyi aku selalu merasa
bahagia. Aku menatap keluarga dan teman-temanku, mereka tertawa begitu bahagia,
Sulli dan Henry mengulurkan tangan mereka, aku menatap mereka beberapa saat dan
kusambut tangan mereka dengan tawa bahagia.
******************************************************************
Aku
menerima operan dari Victoria, lalu setelah mendrible bola beberapa kali, aku
melompat kearah ring dan melempar bola, waktu tinggal sepuluh detik, bolaku
berputar pelan dibibir ring lalu meluncur masuk. Aku bersorak senang,
teman-temanku menghampiriku dan mengelu-elukanku. Kami memenangkan pertandingan
ini, dengan begitu tim nasional kami masuk putaran semifinal. Peutaran
semifinal akan diadakan dua hari lagi. Setelah berkumpul beberapa saat aku
mengganti seragamku dan bersama tim ku meninggalkan arena pertadingan. Kami
berpisah di tempat parker. Kami dapat libur sehari. Aku ingin menggunakannya
untuk jalan-jalan.
Aku
menyusuri jalan di pusat kota Los Angeles. Benar-benar kota yang ajaib. Selama
ini aku hanya bisa melihatnya di televisi dan sekarang aku benar-benar bisa
berada disini. Benar-benar menakjubkan semua yang ada di sini. Aku bahkan bingung
harus mulai dari mana. Aku berjalan pelan di trotoar sambil melihat-lihat
barisan pertokoan yang menjual segala jenis barang. Dari toko-toko bermerk
dunia sampai toko-toko barang antic, semua benar-benar keren.
Orang-orang
berjalan dengan sangat cepat. Mereka sibuk menelepon, berbicara satu sama lain,
membaca koran, berdiri menunggu lampu hijau untuk penyeberang jalan, beberapa
berjalan dengan headphone di kepala, seorang wanita kantoran membawa
bertumpuk-tumpuk map berjalan dengan sangat tergesa-gesa, semua benar-benar
sangat hidup di sini. Aku berhenti di sebuah lapak yang menjual pernak-pernik,
paman penjual yang sudah cukup tua tersenyum kepadaku, aku balas tersenyum dan
melihat-lihat barang yang dijualnya. Aku melihat sebuah gantungan yang terbuat
dari kayu dan jerami. Gantungan itu berbentu sepasang pria dan wanita.
“Oh,
that’s very good, that is palm seed, make your wish come true,” kata paman
penyualnya.
“Is that
right? How does it work?”
“If you
want a prosperity, tight the hands together in the back, if you want a healthy
life, tight the girl’s hands and the boy’s hands together,” jelas paman itu.
“Really?
How if I wish for a love life?”
“Tight
the girl’s feet on boy’s feet,” kata seseorang,
“That’s
right! You are really good,” kata paman itu.
Aku
menoleh, dan seseorang menggantung gantungan di depanku dengan kaki sang wanita
mengikat di kaki pria.
“Lee Dong
Hae!!” pekikku senang.
“Sepertinya
benda ini benar-benar mengabulkan permintaan,”
Aku
tersenyum senang melihatnya. Dong Hae mengulurkan tangannya dan tanpa ragu aku
menyambut tangannya dan menggenggamnya erat. Bagaimana perasaan dua orang
tumbuh dan menjadi satu, siapa yang bisa merencanakannya?
****************************THE
END******************************
0 komentar:
Posting Komentar