Gue merindukan ayah gue.
Hampir 9 tahun ayah pergi ninggalin gue. Dan gue masih belum bisa mengerti
kenapa. Masih sama seperti dulu, gue nggak bisa menerima kepergian ayah.
Bedanya sekarang gue udah bisa menerima ini dengan lapang dada dan sabar
walaupun gue masih belum mengerti kenapa ini semua harus terjadi sama gue.
Dulu, gue selalu menyalahkan
Tuhan. Gue berpikir Tuhan sama sekali nggak adil sama gue. Tuhan nggak sayang
sama. Tuhan nggak kasian sama gue. Tuhan udah ngelakuin kesalahan dengan
ngambil ayah dari gue. Saat itu gue ngerasa dunia gue udah berakhir. Apa
gunanya dunia gue tanpa ayah? Gue adalah anak ayah. Hidup gue adalah ayah.
Sejak gue ngebuka mata di pagi hari dan menghirup udara sampai gue kembali ke
tempat tidur dengan segala mimpi anak kecil yang begitu indah, ayah ada dalam
tiap detiknya. Ayah adalah nafas gue. Saat ayah nggak ada, gue bakalan bingung,
dan saat ayah belum pulang kerja, maka gue akan berlari ke jalan raya dan
nungguin ayah sampai dateng.
Saat nunggu ayah pulang kerja,
gue selalu berharap bahwa bus yang lewat itu adalah bus yang dinaikin ayah. Gue
berdiri dari duduk gue dan berlari mendekati bus itu. Saat tau bus itu bukan ayah yang turun, gue akan merasa
kecewa dan menunduk kembali ke tempat dimana gue duduk. Saat bus selanjutnya
dateng, gue kembali berlari dan saat mendapati ayah yang turun, gue akan langsung
menghambur ke pelukan ayah dan ayah dengan segala kelelahannya akan tersenyum
lembut, mengelus rambut gue, dan menggendong gue sampai rumah. Saat-saat
seperti itu menjadi hal paling membahagiakan dalam hidup gue.
Ayah menjadi malaikat buat
gue. Ayah melakukan segalanya buat gue. Ayah nggak keberatan tiap malam
terbangun dan menemani gue meneteskan darah dari hidung. Mengelap tiap darah
yang mengalir dari hidung gue. Mengusap air mata ague saat gue menangis
kesakitan karena darah yang mengalir deras dari hidung bener-bener menyiksa
gue. Ayah adalah kesembuhan buat gue. Obat dari segala sakit yang gue derita.
Bahkan saat sakit itu hilang, ayang tetap menjadi obat buat gue. Menjauhkan gue
dari segala rasa sakit dan menjaga gue agar selalu dalam keaadaan terbaik gue.
Ayah selalu mengajarkan gue
kebaikan. Tentu saja seorang ayah akan mengajarkan kebaikan. Dan ayah gue adalah
seorang ayah. Ayah mengajarkan segala kebaikan yang ada di dunia ini. Ayah
memberi contoh kebaikan yang ada di dunia ini. Ayah menjadi panutan yang baik
karena ayah adalah seorang ayah. Ayah nggak pernah marah. Selama gue mengenal
ayah, ayah nggak pernah marah sama gue, ayah selalu baik sama gue, ayah selalu
meberikan kasih sayang ynag hebat buat gue, ayah selalu menjadi kebaikan dan
keajaiban buat gue. Ayah melakukan semuanya buat gue. Dan juga buat ibu dan
adek-adek gue. Ayah adalah hidup gue.
Dulu gue anak yang nakal, gue
selalu bikin kesalahan, gue nggak pernah dengerin ayah, gue banyak melakukan
kesalahan sama ayah, tapi seperti yang selalu ayah lakukan, ayah akan dateng ,
tersenyum, memeluk gue dan membisikkan gue nasehat. Gue bener-bener merindukan
ayah. Gue nyesel kenapa dulu gue nggak jadi anak yang terbaik untuk ayah? Sementara ayah
adalah yang terbaik buat gue.
Ayah pergi terlalu cepat, terlampau
cepat. Terlalu cepat sampai-sampai gue
nggak bener-bener mnegenal ayah. Terlalu cepat sampai-sampai nggak banyak
kenangan yang bisa gue inget bersama ayah. Terlalu cepat karena gue belum
memberikan apa-apa untuk membalas segala kesempurnaan ayah. terlalu cepat, dan
membiarkan gue tumbuh dewasa tanpa ayah. terlalu cepat hingga gue harus selalu
merindukan ayah, setiap saat, setiap detik, setiap helaan nafas gue. Gue
bener-bener merindukan ayah.
“Ayah, mungkin ayah nggak
pernah tau, tapi aku sayang banget sama ayah. ayah inget, ayah ngelakuin semua
hal buat aku, ayah marah saat aku terkena solder. Padahal lukanya nggak
seberapa, tapi ayah langsung ngobatin tanganku dan membanting semua peralatan.
Melarangku melakukan hal itu lagi. Ayah selalu mengusap lukaku. Ayah bilang ayah nggak pengen ada sesuatu hal
apapun yang nyakitin aku… Ayah, saat ini aku nagis nulis ini semua. Entah
kenapa mengingat ayah selalu mebuatku menangis, merindukan ayah. kenapa aku
nggak diberi kesempatan lebih untuk menyayagi dan mencintai ayah?
Ayah, aku membutuhkan ayah.
sekarang ini aku sedang tertekan dan sendirian. Terkadang aku nggak tau aku
harus ngapain, tapi mengingat ayah, semua kata-kata ayah, semua kasih sayang
ayah, semua kenangan tentang ayah, membuatku kuat dan berani tersenyum walau
beban ini entah kapan akan hilang. Aku masih sering berandai-andai ayah ada
disamping aku. Tapi kenyataannya ayah nggak pernah ada disampingku, karena ayah
selalu ada di hatiku…..”
Gue nggak tau harus melakukan
apa selain menangis saat mengingat ayah. tapi gue nggak keberatan, gue akan
tetap menangis saat mengingat ayah. karena dalam tiap air matayang mengalir ada
doa gue buat ayah, dan doa itu selalu sama, dan nggak akan pernah berhenti
sampai kelak gue dan ayah akan bertemu…
Popo
*sebuah tulisan dengan air
mata penuh doa untuk Ayah*
0 komentar:
Posting Komentar