Bagaimana
bisa seseorang mencintai sampai-sampai dia mau berkorban demi kebahagiaan orang
yang dia cintai, bahkan kebahagiaan itu bukan kebahagiaan yang dia inginkan,
karena kebahagiaan itu bukan bersama dirinya.
Tadi sore
seorang temen gue bercerita, dan gue nggak pernah nyangka seseorang yang deket
dengan kehidupan gue mengalami hal yang mungkin cuma bisa gue tonton dalam
sinetron-sinetron lebay. Jadi temen gue itu, sebut saja Rani, sahabatan sama
cewek namanya Jelita. Mereka udah sahabatan lama. Kayak Bona sama Rong-Rong
gitu deh. Suatu hari mereka mengenal seorang cowok, sebut aja namanya Bambang.
Bambang ini singkat cerita pacaran sama si Jelita, dan si Rani ini ternyata
suka sama si Bambang. Tapi si Rani nggak pernah bilang kalo dia suka sama si
Bambang, dia mendem semuanya sendirian dan tetap menjadi seorang sahabat yang
baik untuk Jelita dan Bambang.
Pada
suatu, hubungan Bambang dan Jelita bermasalah, gue nggak terlalu ngerti masalah
mereka apa, tapi pada akhirnya nama si Rani dibawa-bawa. Mereka membawa nama
Rani keliling komplek, mereka dan teriak-teriak di depan rumah pak RT, lahh,
dan meminta hak Rani dikembalikan… Ini kenapa malah demo Rani? Apa salah Rani?
Dia kan masih dalam masa pertumbuhan.. Kasian Rani… Ini kenapa jadi nggak focus
gini?
Kembali
ke sketsa, jadi intinya si Jelita menuntut si Bambang dan mengharuskan Bambang
melakukan sesuatu dengan Rani dan sesuatu itu bener-bener di luar nalar orang
normal. Bambang menyampaikan hal ini kepada Rani. Bambang dan Rani bimbang,
mereka pun akhirnya galau, dan bershower bersama,, (dengan kamar mandi yang
berbeda).. usai bershower, merekapun mencari jalan keluar, sebenernya Rani
nggak perlu melakukan hal di luar nalar itu, tapi demi kebahagiaan si Bambang
dan Jelita yang udah dia anggap sebagai sahabat bagai kepompong, Rani rela
melakukan hal di luar nalar itu. Rani bener-bener ngelakuin hal itu, tulus dan
tanpa paksaan, semata-mata demi kebahagiaan Bambang, si Rani bilang, asal
Bambang bahagia, walaupun nggak sama dia , dia rela. Dan Rani juga bilang,
perasaan dia ke Bambang nggak akan hilang, dia nggak akan pernah mengurangi
porsi cintanya ke Bambang, dia yakin kalau itu adalah sesuatu yang baik, maka
dia akan memasukkannya ke dalam kotak dan menjadikan perasaannya terhadap
Bambang adalah harta karun terindah…
Saat
denger cerita itu gue speechless. Gue bener-bener nggak nyangka ada seseorang
yang dengan tulus mencintai orang lain. Lalu gue melihat diri gue sendiri, gue
ambil cermin gede seluruh tubuh, lalu gue ngeliat diri gue, cukup cantik dan
unyu, nggak kalah ama Dakota Fanning.
*telen
sendok*
Bukan
ngeliat gini yang gue maksud, gue ngeliat semua yang gue alami. Gue putus ama
seorang cowok aja nangisnya uda yang kayak besok itu kiamat dan gue belum ke
universal studio. Nangisnya udah bikin bantal bisa diperes, berhari-hari galau,
gadoyan makan, sampe badan ama ikan teri juga kagak ada bedanya. Padahal di
luar sana masih banyak yang nasibnya lebih ngenes dari gue. Ya mungkin sikap
gue emang wajar, siapa yang nggak sedih kalo harus berpisah sama orang yang
kita sayang banget. Setiap orang pasti akan melakukan hal sama kalo berpisah
sama seseorang yang mereka sayangi, kehilangan..
Dari
cerita temen gue tadi, gue sadar, sebenernya gue nggak berhak nuntut apapun. Si
Rani aja yang udah ngelakuin hal sebesar itu dan nggak dapet apa-apa,
istilahnya rugi besarlah, tetep masih bisa tersenyum dan nggak nuntut apa-apa
selain Bambang bahagia bareng si Jelita. Sedangkan gue? Gue aja nggak ngelakuin
apa-apa, gue yang malah menyumpah serapahi dia, nganggep dia jahat, dan nggak
bisa memaafkan semua perlakuan dia, tapi gue nuntut banyak hal, yang pengen dia
nemuin guelah, yang pengen dia ada buat guelah, dan yang paling besar, pengen dia
balikan sama gue… Gue selama ini cuma diem dan nggak ngelakuin apa-apa, tapi berharap
balikan. Selama ini gue galau tiap malam, ngebayangin dia, berharap sama dia, tapi
semua itu nggak ada apa-apanay dibandingkan Rani, karena gue ngga pernah
memperjuangkan perasaan gue, gue nggak pernah berkorban… lalu apa yang bisa gue
harepin..???
Masalah
hati emang susah, banyak rahasia yang tersimpan. Siapa yang nyangka, yang udah
pacaran lima tahun akhirnya kandas, yang baru ketemu bisa langsung jadian, yang
sahabatan bisa saling suka, yang cintanya bertepuk sebelah tangan, yang udah
naksir tapi cuma dianggap adek, yang udah pedekate tiga bulan tapi nggak
ditembak-tembak, dan yang jatuh cinta diam-diam, semua memiliki luka
masing-masing dan perjuangan masing-masing…
Cerita
Rani menyadarkan gue, untuk hal apapun, termasuk perasaan, kita harus mau berjuang
dan berkorban. Semua hal itu nggak ada yang instan, mie aja butuh proses yang
lama di pabrik biar bisa disebut mie instant. Perasaan ama skripsi itu nggak
ada bedanya, sama-sama harus diperjuangkan…. #bedatipis
*menunduk*
*kenapa
skripsi ikut campur*
#jleb
#nyesektiba-tiba
Rani
hanyalah sebuah contoh kecil dari sekian banyak kisah tentang hati. Masih
banyak diluaran sana yang lebih berat perjuangannya dari seorang Rani. Buat
kalian yang masih banyak menuntut dari pasangan dan calon pasangan kalian,
pikirkanlah baik-baik, cari tempat yang tepat, waktu yang tepat untuk berpikir,
jawaban soal UN aja butuh pemikiran yang baik, apalagi perasaan.. Sekali lagi,
kalo udah masalah hati, nggak akan mudah, jadi bagaimana kita bisa mengambil
keputusan terbaik dan memperjuangkannya dengan sekuat tenaga, semua orang ingin
bahagia bukan? Termasuk gue, kalian, dan orang-orang disekitar kalian, karena
kebahagiaan adalah hak setiap umat..
Semoga
tulisan ini bermanfaat, bukan bermaksud ngajarin, cuma mengajak untuk mencoba
berpikir dewasa, gue juga nggak tau harus gimanan baiknya, karena kita memang sedang dalam proses menuju kedewasaan
kan?
Gue popo,
*mencoba
berjuang*
*mencoba bahagia*
0 komentar:
Posting Komentar