Surat Dari
Kolong Meja
Wahai
laki-laki,
Yang
setidaknya pernah menjadi mantan calon pacarku...
Perlu ku
kabarkan padamu betapa hari ini kondisiku sehat-sehat saja. Memang sedikit agak
lesu, lelah dan tak tahu harus melakukan apa, tapi secara umum baik-baik saja.
Aku barusan tidur di kolong meja. Tidak, tidak membayangkanmu, tapi juga tidak
membayangkan siapa-siapa, atau hal lain apapun. Karena aku lesu. Aku hanya
ingin tidur. Membuang semua kesibukan, kepenatan dan semua hal yang
membuatku mual di dunia ini. Wahai laki-laki mantan calon pacarku, aku tahu
kamu sama sekali nggak peduli dengan semua yang kukabarkan padamu. Karena aku
kan bukan siapa-siapamu, dan kamupun bukan siapa-siapaku. Hanya laki-laki
mantan calon pacarku.
Tapi apa salahnya mengabarkan hal ini padamu. Aku ingin
memngabarkan ini pada siapapun. Apalagi kau, laki-laki mantan calon pacarku.
Sebab aku percaya kau masih mengingatku. Yang pernah nyampulin buku bahasa
inggris punyamu. Tapi, mengapa kau seolah-olah lupa kan akan kehadiranku? Aku
takkan menuntut banyak. Yang kurindukan hanyalah perhatianmu, ha..ha.. tapi
jangan percaya dan terkecoh, itu Cuma kalimat iklan produk lampu yang aku
kutip. Tentu saja, aku tak membayankan diriku akan sepenting itu untukmu. Walau
sebetulnya aku ingin. Tapi kenyataannya apa yang aku inginkan tak pernah
terjadi. Makanya kau hanya menjadi mantan calon pacarku. Dan aku perempuan
mantan calon pacarmu.
Andai aku boleh bertanya, sebetulnya aku ingin sekali
bertanya. Sebab sampai kini aku tak pernah mengerti mengapa kau tak mau
menjadikanku pacarmu. Apakah aku terlalu pendek untukmu? Terlalu gemuk? Terlalu
bodoh? Ato terlalu miskin? Mungkin terlalu pendek atau juga terlalu miskin.
Tetapi setauku kau bukan tipe laki-laki yang memamndang eksistensi seseorang dari
materi. Kaupun bahkan sangat bersahaja. Apa adanya. Kau type laki-laki yang
cerdas, rasional, mandiri, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Bahkan cara
berpikirmupun sangat moderat. Itu sebabnya aku hampir tak pernah melihat
kekuranganmu. Pun seandainya nilai-nilai itu masuk ke wilayah yng sifatnya
fisik. Matamu bagus. Rada sipit sih. Hidung satu. Mulut juga satu. Nggak lebih.
Dan wajahmu oval seperti telur ayam kampung.
Salahkah bila aku mencintaimu? Walau
kau sendiri, seperti yang semua orang tau, tak pernah menggubrisku sedikitpun.
Tapi itu tak penting buatku. Terpenting aku bisa mencintaimu. Itu membuatku
bahagia. Membayangkanmu, mengenangmu, mengingatmu kala tersenyum, membuatku
kuat. Bersemangat. Menghadapi segala rintangan, segala tantangan dan mengalahkannya.
Cinta, tentu saja dlam pandangan orang banyak, membuat kuat. Sekalipun cinta
itu adalah cinta yang tak terbalas.
Seperti hari ini, aku terpuruk di kolong
meja. Sambil berusaha menepis segala kelesuanku. Syukur aku bisa menulis puisi
dan mempersembahkannya padamu sebagai laki-laki mantan calon pacarku. Tapi
dimanakah kini dirimu? Hingga aku cari kau ke langit, ku hanya dengar nyanyian
burung. Ku cari kau ke laut, ku hanya temukan ikan-ikan. Kucoba mencarimu ke
hutan, ku hanya dengar auman sang raja rimba. Jadi sebenarnya dimana kau
berada? Mengapa aku begitu merindukan dan mencintaimu? Apa itu salah.....???
ditulis saat SMP...
0 komentar:
Posting Komentar