Pertemuan yang salah….
Yunho berjalan mantap menuju
gerbang Universitas Korea. Akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya.
Paman Jung Jin mengizinkannya untuk melanjutkan sekolah. Yunho memilih untuk
masuk universitas melalui jalur ujian untuk mendapatkan beasiswa. Dia tidak
ingin menyusahkan pamannya yang selama ini telah merawatnya. Dia akan kuliah
sambil bekerja dan berusaha untuk membiayai kuliahnya sendiri. Tuan Lee sudah
menawarkan akan membayar semua biaya kuliahnya, tapi Yunho menolak dengan
keras. Dia tidak ingin merepotkan siapapun.
Yunho memasuki gerbang universitas
sambil membaca buku kumpulan soal-soal ujian Negara. Hal itu membuatnya tidak
memperhatikan langgkahnya. Tiba-tiba seseorang menabraknya dengan sangat keras,
atau dia yang menabrak orang itu? Dia sendiri bahkan tidak tahu karena saat dia
mengetahui, dia sudah jatuh terduduk di lantai. Dia mengaduh pelan dan seorang
yeoja mendekatinya dan membantunya berdiri.
“Ya, gwaenchana? Ah,
jeosonghamnida, aku terburu-buru, aku tak melihatmu, jeosonghamnida,” kata
yeoja itu minta maaf kepada Yunho.
“Ah, gwaenchana, tidak perlu
khawatir,” Yunho sibuk membereskan bukunya yang berserakan.
“Tapi benar kau tidak apa- apa?”
tanya yeoja itu lagi.
“Aku tidak apa-apa,”
Lalu pandangan keduanya bertemu.
Yunho terkesiap selama beberapa saat. Begitu juga dengan yeoja itu.
“Nona?” kata Yunho masih dalam
keterkjutannya.
“Kau, kau yang di rumah Lee Joon
kan?” tanya yeoja itu.
“Geure, kau Nona Chae Rin?” tanya
Yunho memastikan.
“Ne, dan kau Yunho kan?” tanya Chae
Rin.
“Geure,” jawab Yunho. Dia merasakan
dadanya berdetak sedikit lebih cepat.
“Kenapa di sini? Kau ikut ujian
masuk juga?” tanya Chae Rin.
“Benar, Nona, aku mengikuti uji, an
masuk,” jawab Yunho.
“Wah, kebetulan! aku juga mengikuti
ujian masuk, aku tadi berlari karena aku sudah telat, aku tadi tidak
melihatmu,” jelas Chae Rin.
“Chankamannyo, kau bilang sudah
telat?” tanya yunho memotong penjelasan Chae Rin.
“Ne,”
“Jam berapa ini?” tanya yunho lagi.
Chae Rin melihat jam tangannya,
“Jam sepuluh lewat limabelas,”
“Mwo? Kita terlambat!!!”
“Mwo?”
Chae Rin secara reflex menarik tangan
Yunho dan berlari menuju gedung tempat ujian. Yunho terkesiap untuk beberapa
saat. Namun dia mengikuti Chae Rin berlari. Mereka mencari kelas tempat ujian
berlangsung. Saat menemukan kelas, ujian sudah berlangsung selama 15 menit.
Mereka sempat membuat keributan beberapa saat karena masuk dengan
tergesa-gesa. Setelah minta izin dengan
pengawas ujian mereka bisa mengikuti ujian dengan syarat tanpa perpanjang
waktu.
Mereka mencari tempat duduk yang
kosong.
“Ah, dimana pulpenku?” kata Chae
Rin smabil mengaduk-aduk tasnya. Yunho menoleh.
“Pakai punyaku saja,” kata Yunho
sambil menyerahkan sebuah pulpen.
“Oh, gumawo, akan kukembalikan
nanti,” kata Chae Rin.
Setelah, itu merekapun mulai mengerjakan
soal-soal yang ada di lembar soal. Yunho yang memang memiliki otak yang cerdas,
mengerjakan soal-soal dengan mudah walaupun beberapa kali dia sempat
mengernyitkan dahi. Dia harus berusaha keras untuk bisa lulus ujia masuk ini
dengan nilai yang sempurna. Hanya peringkat pertama dan kedua yang bisa
mendapatkan beasiswa. Oleh karena itu, Yunho harus berusaha keras.
Sedangkan Chae Rin harus berpikir
sedikit lebih keras untuk menyelesaikan semua soal itu. Dia memang tidak harus
menjadi urutan yang pertama. Tapi dia harus berusaha keras untuk ,asuk ke
universitas ini. sebenarnya tidak masalah dia mau masuk kemana saja. Tapi dia
ingin membuktikan bahwa dia punya sesuatu untuk ditunjukkan. Dia selalu menjadi
omongan teman-teman dan tetangga-tetangganya kalu selama ini dia melakukan
sesuatu karena keluarganya mampu memberinya sesuatu. Semua dilakukan dengan
uang. Maka dari itu Chae Rin ingin memperlihatkan kepada mereka bhawa diapun
mempunyai kemampuan.
Satu jam kemudian, ujian berakhir.
Setelah mengumpulkan kembali soal dan jawaban, Yunho keluar dari ruangan dan
meregangkan otot-otoy badannya. Dia memutuskan untuk ke toko alat tulis sebelum
pulang. Ujian kelulusan sekolah akan diadakan satu minggu lagi. Dia harus
mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Saat hendak melangkah, Chae Rin menepuk
pundaknya pelan. Yunho menoleh.
“kau mau pulang?” tanya Chae Rin.
“Oh, Nona Chae Rin, tidak, aku mau
ke toko buku sebentar,” kata Yunho.
“Ya, kenapa memanggilku nona?
Memangnya aku ini majikanmu? Kita akan menjadi teman kelak, panggil saja aku
Chae Rin, “
“Ne, Nona Chae Rin, maksudku Chae
Rin,” kata Yunho kaku.
Chae Rin tertawa sebentar.
“Baiklah, aku harus pulang, kau mau
pergi bersama, aku melewati toko buku,” Chae Rin menawarkan.
“Oh, tidak perlu, aku harus ke
tempat administrasi juga, aku harus mengurus sesuatu, pergilah duluan,” tolak
Yunho.
“Oh, geure, aku pergi dulu kalau
begitu, annyeong,” Chae Rin melambaikan tangan.
Yunho hanya mengangguk. Chae Rin
berbalik meninggalkan Yunho. Yunho memandang kepergian Chae Rin sesaat lalu
menuju ke ruang administrasi.
*********************************************************************
“Bagaimana ujianmu hari ini?” tanya
Paman Jungjin saat mereka sedang minum teh di dapur.
“Aku harus memeras otak Paman,
benar-benar sangat sulit, kau harus berpikir seratus kali lipat untuk
mengerjakan semua soal itu,” kata Yunho.
“Kenapa aku harus berpikir keras? Aku
kan tidak perlu mengerjakan soal-soal itu,” ujar Paman Jungjin bercanda.
“Ah, Paman ini,”
“Ya, Yunho-aa, kenapa kau harus
masuk universitas itu?” tanya Paman Jungjin lagi.
“Gadis-gadis di sana sangat
cantik-cantik Paman,” jawab Yunho.
“Kau ini,” Paman Jungjin memukul
kepala Yunho. “Apa kau kuliah hanya untuk mencari gadis?”
“Araso! Aku hanya bercanda Paman,”
kata Yunho sambil mengusap-usap kepalanya. “tentu saja aku mencari kualitas
Paman, di sana sangat bagus, aku akan menjadi lulusan yang baik setelah dari
sana,”
“Semoga saja memang begitu, awas
saja kalau kau macam-macam,”
“Iya Paman, aku tidak akan
macam-macam, mungkin sedikit,” kata Yunho jahil.
“Anak ini,” Paman Jungjin akan
memukul kepala Yunho lagi saat seseorang masuk.
“Annyeonghaseyo, Paman Jungjin,” Chae
Rin mendekati mereka.
Paman Jungjin menoleh, “Oh, Nona
Chae Rin, kau mencari Tuan Muda?”
“Annyeong Nona Chae Rin,” sapa
Yunho.
“Ya! Berapa kali kubilang padamu? Panggil
aku Chae Rin, kenapa kau masih saja memanggilku Nona?” Chae Rin berkacak
pinggang sambil menegur Yunho.
“Mian, Chae Rin,” kata Yunho.
“Akan kupanggilkan Tuan Muda,” kata
Paman Jungjin sambil beranjak dari kursinya.
“Oh, tidak perlu Paman,” cegah Chae
Rin.
“Benar Paman, tidak perlu karena
aku sudah di sini,” Lee Joon muncul dari ruang tengah. “Hai, Chae Rin,”
“Hai, Joon,”
“Bagaimana ujianmu kemarin?” tanya
Lee Joon sambil duduk di meja makan.
“Sangat sulit, aku harus berpikir
keras,” kata Chae Rin juga ikut duduk di sebelah Yunho.
“Kalau aku sekeras apapu mencoba,
tak akan bisa masuk,” Lee Joon tertawa.
Paman Jungjin membuat teh untuk Lee
Joon dan Chae Rin.
“Lalu kau mau masuk mana?” tanya
Chae Rin.
“Entahlah, aku belum begitu yakin,”
“Ya, kau harus segera menentukan
pilihanmu, sebentar lagi kita ujian, bagaimana bisa kau sesantai itu?”
“Bukankah Tuan Muda memang selalu santai?”
seloroh Yunho.
“Kau benar, dia benar-benar
ceroboh,” sambung Chae Rin.
“Jadi kalian bersekongkol
menjatuhkan aku?” tanya lee Joon.
Yunho dan Chae Rin tertawa. Lee Joon
pun ikut tertawa. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka. Seorang laki-laki
50 tahunan datang sambil tersenyum kearah mereka. Yunho menatap pria itu lalu
wajahnya menegang. Ingatang masa lalunya pun timbul tanpa ampun. Pria ini,
wajah itu, cerutu itu, semuanya begitu jelas di ingatan Yunho. Ingatan yang
tidak begitu baik untuk diingat. Lalu timbullah rasa itu, rasa amarah, amarah
yang meluap-luap dalam diri Yunho…
0 komentar:
Posting Komentar