Allah sayang…
Aku nulis ini nggak bermaksud apa-apa Ya Allah, aku cuman
pengen ngobrol sama Engkau Ya Allah…
Mungkin kayak anak kecil aku nulis-nulis beginian, tapi aku
emang masih kecil sih kalo menurut aku sendiri. Jelas aku masih kecil, aku
belum bisa mikir dewasa, aku belum bisa membeli apapun yang kuinginkan dan
apapun yang kubutuhkan sendiri, aku masih minta orang tua, aku masih sering
bergantung pada orang lain, aku masih sering nangis kalo ada masalah ato kalo ada seseorang yang jahat
sama aku, aku juga masih gampang marah kalo ada orang lain yang salah sama aku,
aku masih sering ngelakuin kesalahan, maasih belum bisa jujur sama diri sendiri
atopun sama orang lain, aku masih takut sama banyak hal, aku belum bisa menjadi
diri aku sendiri. Dan semua itu adalah apa yang dilakukan oleh anak kecil. Dan
mungkin aku salah satu anak kecil itu. Jadi anggap aja aku memang masih anak
kecil, jadi nggak ada salahnya aku nulis-nulis kayak gini. Nggak papa ya Ya
Allah??
Walo aku nulis-nulis kayak gini, sebenernya aku juga nggak tahu
apa yang mau aku tulis. Terlalu banyak yang jadi uneg-uneg dan keluhanku. Ya,
keluhan, aku memang terlalu banyak mengeluh Ya Allah. Sangat amat sering sekali
mengeluh. Bahkan bisa dikatakan aku hidup dalam keluhanku sendiri. Sebenernya
aku sangat tidak nyaman hidup seperti itu. Itu benar-benar melelahkan.
Bayangkan hidup, dan di setiap waktu, setiap saat yang keluar dari mulut adalah
keluhan, dan keluhan nggak pernah menjadi sesuatu yang bagus, disebut keluhan
karena tidak ada hal yang baik. Aku mengeluh karena pendek, aku mengeluh karena
kulitku nggak putih, aku mengeluh karena rambutku nggak lurus dan nggak hitam
mengkilat, aku mengeluh karena gajiku kecil, aku mengeluh karena nggak punya
motor, aku mengeluh karena suaraku nggak bagus, aku mengeluh karena nggak punya
pacar, aku mengeluh karena rumahku nggak bagus, aku mengeluh karena nggak bisa
jalan-jalan keluar negeri, aku mengeluh karena banyak temenku yang ngelupain
aku, aku mengeluh kenapa aku nggak jadi orang kaya, aku mengeluh kenapa aku
nggak seberuntung orang-orang yang kaya dan terkenal itu, dan masih banyak lagi
yang ku keluhkan. Bisa dilihat, keluhanku bisa saja menjadi sebuah buku
tersendiri.
Aku juga menginginkan banyak hal, aku ingin punya tubuh
tinggi, aku ingin punya banyak uang, aku ingin punya banyak temen, aku ingin
rumah mewah, aku ingin pekerjaan dengan gaji 10 juta perjam, aku ingin bisa
keliling dunia, aku ingin jadi penulis terkenal, aku ingin jadi seorang dacer
yang handal, aku ingin bisa ngelakuin apa aja tanpa harus khawatir karena gue
nggak punya uang.
Tapi yang terjadi sama kau sekarang, berbalik, berbeda 180
derajat, jauuuuuh, bahkan sangat amat jauh dari yang aku inginkan. Aku harus
berfikir ribuan kali untuk membeli sesuatu. “Kalo gue beli ini, terus ntar
ongkos kerja gue gimana?” “Kalo gue bayar ini, ntar gue nggak punya tabungan??”
“Kalo gue beli ini sekarang, terus selanjutnya gue bayar pake apa?” Hal-hal
itulah yang menjadi pikiran aku sekarang. Aku ngerasa belum cukup bekal, bahkan
aku sama sekali belum punya bekal untuk menatap kehidupan aku selanjutnya. Dari
segi umur, aku udah bukan anak-anak lagi, aku punya banyak hal untuk dihadapi,
aku punya banyak rintangan untuk dilalui, aku punya banyak hal yang kubutuhkan.
Tapi aku sama sekali belum dewasa, aku masih sanga kekanak-kanakan, aku belum
siap menghadapi semua ini.
Aku mungkin telah mempersiapkan batinku, mentalku untuk
sesuatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi, yang membuatku – ato lebih
tepatnya – memaksaku untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Aku telah
mempersiapkan itu semua, bahkan dengan sangat matang. Tapi ternyata kehidupan
menuntutku lebih. Nggak hanya sekedar mental yang kuat, tapi nggak tahan lama.
Yang aku butuhkan lebih dari itu. Aku harus bisa bertahan lama. Aku harus biasa
terus bertahan. Nggak bisa dengan hanya menangis dan merengek lalu kudapatkan
semuanya, nggak, bukan itu caranya. Itu nggak cukup sama sekali. Bahkan, kalo
bisa jangan pernah ada air mata yang keluar. Aku membutuhkan lebih banyak air
mata dan kerja keras. Ya, kerja keras. Aku harus bekerja dengan keras.
Kerja keras sangat dibutuhkan. Aku pernah mengalami beberapa
hal ketika aku ingin mendapatkan sesuatu aku harus bekerja begitu keras, itupun
yang kudapat nggak sesuai dengan apa yang sebenernya aku harapin. Awalnya aku
mengumpat, aku bersumpah serapah, aku nggak bisa nerima semua ini. apa-apan
ini?? Apa hanya ini aja yang kudapatkan setelah kerja kerasku?? Harus sekeras
apa lagi aku bekerja? Apa aku harus sekuat baja? Tapi aku bukan Iron Man, bisa
dibuktikan aku bukan Iron Man, pertama aku bukan man, dan yang kedua, kena
setrika dikit aja kulitku melepuh, dipastikan aku bukan Iron Man. Jadi aku
nggak bisa bekerja lebih keras lagi daripada baja. Aku juga bukan Superman,
dengan alasan yang sama, aku bukan man, dan aku nggak berasal dari Planet
Krypton, terlebih lagi aku nggak hidup
di sebuah peternakan. Mana bisa aku lebih keras dari kedua superhero itu.
Allah sayang..
Aku tahu, Kau ciptakan aku bukan untuk jadi Iron Man atopun
Superman, tapi mungkin aku bisa jadi Iron Woman, terlepas dari “man” itu
sendiri, ato mungkin kalo itu terlalu impor, aku kan bisa jadi temennya Bima
(karena kupikir-pikir nggak ada superhero lokal yang cewek, jadi mungkin aku
bisa jadi temennya superhero yang cowok, aku sempat kepikiran jadi temennya
Wiro Sableng, tapi aku nggak mau berakhir di RSJ, entah untuk alasan apa).
Dengan jadi seorang yang kuat, mungkin aku bisa dengan mudah menghadapi semua
ini. Aku bakal ngeluarin berbagai jurus yang bisa menghalau semua pengganggu
dalam hidup gue. Mungkin pake kekuatan bulan, pake kamehame, pake mantra
patronus, ato pake lightstick (sampe gue inget kalo lightstick itu kalo buat
nonton konser boyband). Tapi apapun itu, paling nggak bisa menjadi senjata buat
naklukin musuh-musuh yang ada di depanku.
Tapi aku sadar, aku bukan superhero apapun. Dari manapun aku
bukan superhero. Dari semua alasan itu, yang paling utama adalah, namaku bukan
hero. Mungkin kalo namaku hero, paling nggak, aku bisa jadi pahlawan, walo
mungkin nggak super, tapi tetep aja, aku adalah hero. Sayangnya, namaku bukan
hero, namaku nggak ada unsur ke-hero-annya. Dan itu semakin bikin aku nggak
mirip superhero. Aku mungkin pernah mimpi jadi superhero, aku pernah mimpi kalo
aku adalah Sailor Moon, tapi cuman mentok mirip doang cepol rambutnya. Aku juga
pernah mimpi jadi penyihir kayak Harry Potter, japi ujungnya cuman bisa motret
pake hape. Akhirnya aku sadar, aku emang bukan superhero.
Dan dengan kesadaran bahwa aku bukan superhero, aku pun
pernah hampir menyerah. Bahkan aku udah nyerah. Saat itu aku berfikir, aku udah
nggak punya harapan lagi. Semua yang kuinginkan nggak pernah jadi kenyataan.
Mungkin beberapa ada yang hampir menjadi nyata, tapi ketika itu, aku nggak pernah
merasa itu cukup, jadi aku anggap itu adalah sebuah kegagalan. Aku merasa ini
semua nggak adil. Ya Allah, maaf ya sebelumnya, saat aku berada pada titik ini,
aku selalu merasa semua ini nggak adil, aku merasa Engkau nggak fair sama aku.
Aku udah berusaha keras, tapi yang kuterima nggak sebanding dengan apa yang
kulakukan selama ini. Nggak sekali dua kali, tapi sering aku merasakan hal ini
Ya Allah. Mungkin apa yang menurutku keras ini, masih belum cukup keras bagiMu,
jadi apakah Kau menuntutku lebih? Tapi harus seperti apa lagi aku berusaha??
Ato mungkin ini semua emang salahku, aku mungkin terlalu
banyak bicara, aku terlalu banyak protes, aku terlalu bayak komplain. Mungkin
aku udah jadi kayak mahasiswa-mahasiswa itu, apa-apa dikit protes, apa-apa dikit
didemoin, mungkin aku sama kayak mereka. Suka ambil ribetnya, suka ambil
ramenya. Minta ini nggak diturutin, marah. Minta itu nggak diturutin, protes.
Minta yang disana nggak diturutin, ngambek. Tapi mungkin aku nggak bisa demo
padaMu, karena kalo aku bener-bener ngelakuin itu, aku berarti sudah
benaer-bener sinting. (kebayang aja aku bawa-bawa spanduk tulisannya “kabulkan
doa saya, kalau tidak dikabulkan saya akan mogok makan” – lalu siapa yang
peduli sama itu??)
Aku emang kebanyakan minta, kebanyakan nuntut, tapi emang
cuman itu yang bisa aku lakuin Ya Allah. Aku ngerasa aku uudah cukup keras
berusaha, ini itu, berdoa setiap hari, maka aku hanya bisa pasrah meminta
kepadaMu, menyerahkan semua ini hanya padaMu. Dan aku akan diam. Seperti yang
udah aku bilang, aku terlalu banyak bicara dan menuntut, dan ternyata itu hanya
membuat aku capek, lelah dengan semua yang nggak aku punya.
Aku nggak harus jadi superhero, jadi yang seperti baja, aku
cuman butuh diam. Menerima. Mungkin dengan diam aku akan belajar bersyukur,
mungkin dengan diam aku akan belajar bersabar, dan mungkin banyak hal lainnya.
Mungkin dengan diam, aku akan mengumpulkan lebih banyak kekuatan, bukan untuk
melawanMu (aku bahkan nggak pernah berfikir aku akan bisa melawanMu), tapi biar
aku bisa bekerja, berusaha lebih keras lagi, sampe aku terlihat cukup kuat
dihadapanMu. Sekali lagi, kuat bukan untuk melawanMu, hanya untuk bekerja lebih
keras lagi agar apa yang kulakukan bisa sesuai dengan apa yang Kau inginkan.
Jadi, aku nggak akan nuntut apa-apa, aku nggak akan kuat untuk menuntutMu, aku
hanya akan diam, sambil terus berharap, berdoa, dan perlahan mengumpulkan
kekuatan untuk bisa terus bertahan lama dan bekerja jauh lebih keras lagi,
untuk bisa mendapatkan sesuatu yang pantas.
Allah sayang..
Aku masih terlalu banyak bicara, aku masih terus berbicara
padaMu, padahal aku hanya akan diam. Jadi maafkan aku yang belum bisa memenuhi
setiap perkataanku. Aku terus memohon kepadaMu, meminta kepadaMu, berdoa
kepadaMu, dan menyerahkan diriku sepenuhnya kepadaMu. Jaga aku, beri aku selalu
kekuatan, beri aku selalu kesabaran, beri aku selalu kebesaranMu untuk terus
selalu istiqomah menjadi hambaMu yang selalu tunduk beriman dan bertaqwa
kepadaMu. Ketakutanku hanyalah kepadaMu, akan kemarahanMu, ketakutanku adalah
ketika Kau tinggalkan aku. Mulai saat ini aku akan diam, kuserahkan semua hanya
kepadaMu, dan bimbinglah aku menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Baiklah Allah sayang, sebenernya ini semua nggak perlu
panjang lebar kutulis begini, Kau tahu segalanya, tapi aku hanya ingin
menuliskan semua ini. pengennya sih bisa jadi buku, dan semoga bener-bener
bisa. Yang ini juga doa lho, mohon dikabulkan…
*ditulis setelah makan jagung rebus*
0 komentar:
Posting Komentar